KKB Papua
Redam KKB Papua, Brigjen Izak Pangemanan Kirim 1 Regu Pasukan TNI ke Suru Suru
Kabupaten Mimika, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Intan Jaya menjadi lokasi yang sering terjadi kontak tembak antara KKB dengan TNI-Polri.
TRIBUN-BALI.COM, PAPUA - Kontak tembak antara aparat keamanan dengan KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di wilayah pegunungan Papua terus terjadi pada dua bulan terakhir ini.
Kabupaten Mimika, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Intan Jaya menjadi lokasi yang sering terjadi kontak tembak antara KKB dengan TNI-Polri.
Tak sedikit korban berjatuhan dari kedua kubu.
Terbaru kasus terjadi di Distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo terjadi kontak tembak yang mengakibatkan anggota TNI gugur dan lainnya mengalami luka tembak.
Tercatat lima prajurit TNI terluka, dua di antaranya gugur di Suru-suru sejak 20 November lalu, yakni Sertu Ari Baskoro dan Serda Putra Rahaldi.
Melihat hal tersebut, Komandan Korem 172/PWY, Brigjen Izak Pangemanan mengaku, sudah menambah satu regu ke Suru-suru dan diharap dapat memperkuat pertahanan dari gangguan KKB.
Sebetulnya jumlah prajurit di wilayah itu sudah cukup banyak, yakni sekitar 70 orang termasuk dari Satuan Tugas Apter yang bertugas di Koramil Persiapan Suru-suru.
Izak Pangemanan berharap prajurit selalu siaga dan tidak boleh lengah. Sebab di saat lengah itulah kelompok bersenjata meyerang.
"Kekuatan mereka yang teridentifikasi oleh kita sekitar 20 orang dengan senjata kita perkirakan tiga sampai lima pucuk saja, jenisnya kita belum tahu tapi kalibernya 5,56 milimeter," kata Izak yang juga merupakan jebolan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Tokoh Adat Papua Minta Presiden Buka Ruang Dialog
Sementara itu, tokoh adat Papua atau Ondofolo Kampung Babrongko, Sentani, Ramses Wally meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka ruang dialog bersama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Hal ini guna mengatasi konflik bersenjata yang berakibat jatuhnya korban sipil dan militer di Bumi Cenderawasih.
"Bapak Presiden Jokowi perlu mengambil langkah netral dengan melibatkan pemerintah pusat dan kelompok yang memiliki perbedaan ideologi baik di dalam maupun luar negeri untuk berdialog, dan membicarakan serta menyelesaikan seluruh pertikaian di atas tanah Papua," kata Ramses, Rabu (8/12/2021).
Menurut Ramses, inti dari seluruh aksi yang dilakukan KKB di Papua adalah soal ideologi.
Cara mengatasinya, lanjut dia, hanya dengan dialog melibatkan pihak ke-tiga atau mediator.
"Jangan melihat perjuangan mereka sebagai ancaman karena bagaimanapun mereka adalah warga negara Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan pola pendekatan dan komunikasi dengan pemimpin mereka, baik di dalam maupun luar negeri."
"Saya pikir cara tersebut, semuanya akan menemukan titik persoalan yang menguntungkan.
Sebab perjuangan mereka ini soal ideologi, tidak bisa dengan pola kekerasan," jelas Ramses yang juga Sekretaris Nasional Jaringan organisasi komunitas warga Indonesia pendukung Jokowi (Seknas-Jokowi).
Apabila negara mengatasi KKB Papua dengan pola kekerasan, kata Ramses, maka akan menimbulkan jalan buntu.
"Kalau kita lakukan dengan cara kekerasan, saya rasa mungkin sulit. Sebab ideologi yang ditanamkan sudah bertumbuh subur, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri dengan bentuk membangun kekuatan yang didukung oleh negara-negara lain," katanya.
Ramses lalu mengatakan, ideologi dimaksud sudah tertanam dan bertumbuh dengan sendirinya bagi setiap generasi di Papua sejak 1961.
"Biarpun saat ini semua sudah dibangun di Papua, tetapi menurut mereka itu tidak ada arti, berarti ada sesuatu diinginkan. Oleh sebab itu perlu dialog, dengan begitu Papua, Indonesia dan dunia akan damai." pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Danrem Jebolan Kopassus: Jumlah KKB Tak Bayak, Tapi Kuasai Medan,