Berita Denpasar
Lepas 40 Ekor Tukik di Pantai Mertasari Denpasar, Kepala BKSDA Bali Edukasi Terkait Penyu
Lepas 40 Ekor Tukik di Pantai Mertasari Denpasar, Kepala BKSDA Bali Edukasi Terkait Penyu
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Lepas Tukik 40 Ekor di Pantai Mertasari Denpasar, Kepala BKSDA Bali Edukasi Terkait Penyu.
Kepala BKSDA Bali Raden Agus Budi Sentosa bersama Darma Persatuan Wanita Pusat melakukan kegiatan pelepasan 40 ekor tukik di Pantai Mertasari, Kota Denpasar, Bali, Kamis 20 Januari 2022.
"Kita lepas 40 ekor, anakan dari dua jenis, ada penyu sisik dan penyu lekang. Sebagian besar memang penyu lekang, penyu sisik memang agak sedikit populasinya bisa bertelur di Pulau Bali.
Ada tiga kelas umur yang kita lepas, dari mulai yang kurang dua Minggu, kemudian umur 2 bulan dan umur 5 bulan," ungkapnya.
Baca juga: Pelaksanaan Tumpek Uye di Klungkung Akan Diisi Dengan Lepas Tukik, Udang Hingga Rajungan
Sebetulnya, umur tukik yang semakin tua survive atau bertahan hidupnya semakin besar, tapi di sisi lain biaya pakannya juga terlalu besar kalau ditahan terlalu lama.
Jadi memang beberapa literatur menyebutkan, sebaiknya dilepas sebelum umur 6 hari, karena dia masih punya cadangan sampai umur 6 hari, dan penyu tidak perlu makan, nanti setelah di laut dia akan mengenali makanan-makanan di habitat aslinya.
"Tujuan (pelepasan) sebenarnya untuk aspek konservasi, untuk menambah ketersediaan penyu. Karena kita pengen Pulau Bali ini kembali seperti 20 atau 30 tahun lalu menjadi surganya untuk penyu bertelur," tambahnya.
Sekarang sudah mulai banyak aktivitas yang memanfaatkan garis pantai sehingga penyu sekarang mulai enggan untuk bertelur.
Selain itu kebanyakan saat ini dipantai banyak ditemukan lampu, padahal kalau tidak gelap penyu tidak mau datang untuk bertelur, jika terdapat suara nyaring bising, penyu juga tidak akan mau bertelur.
Terlebih di beberapa bibir pantai diberikan bangunan untuk pemecahan ombak yang menyebabkan penyu tidak bisa bertelur karena pasirnya sudah gak ada lagi.
"Jadi sebetulnya 5 tahun terakhir ini masyarakat yang tadinya mengonsumsi penyu sekarang sudah turun sangat jauh. Sangat kecil persentasenya, juga untuk pemanfaatan yang lain sudah mulai berkurang.
Yang perlu saya ingatkan kepada teman-teman semua, kepada masyarakat luas terutama, karena penyu ini sekarang sudah masuk menjadi Apendiks I CITES, sehingga perdagangan komersial itu dilarang. Nah untuk itu kami berharap, mohon kita jaga bersama-sama," imbaunya.
Daripada penyu dikonsumsi lebih baik dapat uang dengan cara yang lain, yaitu dengan cara adopsi tukik penyu.
Baca juga: Lestarikan Satwa Laut, Kapolres Badung Melepas Ratusan Tukik & Berbagi Sembako di Pantai Petitenget
Hal tersebut diklaim akan lebih mendatangkan uang yang lebih banyak dan alam lebih sejahtera sama hal nya dengan penyu juga akan sejahtera.
