Wawancara Eksklusif

dr Sumy Hastry Ungkap Medsos sebagai Tambahan Data Antemortem, Sebut Kasus Subang Paling Mengesankan

Kombes Pol DR dr Sumy Hastry, Kabiddokkes Polda Jawa Tengah mengungkapkan Pusdokkes Polri tengah mengambil sampel DNA dari para tahanan kasus besar.

Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Jateng/RTP
Kombes Pol DR dr Sumy Hastry 

TRIBUN-BALI.COM - Kombes Pol DR dr Sumy Hastry, Kabiddokkes Polda Jawa Tengah mengungkapkan jika Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pusdokkes Polri) tengah mengambil sampel DNA dari para tahanan kasus besar.

Didunia forensik, Dokter Hasty merupakan satu-satunya Polwan di Asia yang menyandang gelar DR Forensik.

Bahkan, ia pun telah mengungkap berbagai kasus besar di Indonesia.

Dikutip Tribun-Bali.com dari kanal YouTube TribunJateng.com dalam video wawancara bersama News Manager TribunJateng Iswidodo yang tayang pada 17 Februari 2022 mengungkapkan jika saat ini, pihak kepolisian baru menggunakan sidik jari dan susunan gigi sebagai data primer dalam pengiddentifikasian jenazah.

Namun, dr Hastry mengatakan, di Australia pelaku dapat terungkap lewat mengidentifikasi DNA lantaran saat bayi baru lahir, sampel DNAnya telah diambil terlebih dahulu.

“teman-teman dari tim DNA di Lab Pusdokkes sudah mulai mengumpulkan sampel DNA dari lapas-lapas pelaku kejahatan besar. Kalau di Australia pelaku bisa terungkap lewat DNA cepat, karena saat bayi sudah lahir sudah di ambil DNAnya,” jelasnya dikutip Tribun-Bali.com dari Kanal YouTube TribunJateng.com pada Senin 21 Februari 2022.

Lebih lanjut, ia pun mengungkapkan jika harga sampe DNA di Indonesia sebesar Rp 8 juta.

Gunakan Medsos Untuk Mengambil Data Antemortem

Saat diitanya soal pengidentifikiasian Jenazah yang meninggal di dalam laut, ia mengatakan hal tersebut dapat diidentifikasi dengan menggunakan susunan gigi.

Penggunaan sidik jari sebagai data antemortem pun memungkin jika kulit tangan jenazah belum mengembang.

Baca juga: Kombes Pol DR dr Sumy Hastry: Jenazah Itu Bisa Berbicara

Selain itu, jenazah yang berada di dalam laut dapat teridentifikasi dengan cara mengecek susunan giginya.

“Kalu susunan gigi hilang, pasti masih ada kerangkanya, kalua tidak, kita minta foto dari keluarganya, biasanya kita ambil juga lewat medsos,” jelasnya.

“Kayak kasus di Danau Toba, kapalnya tenggelam, penumpah sempat selfie dulu, nah itu yang kita ambil sebagai data antemortem,” jelasnya.

Meminta Warga Lapor Polisi Ketika Menemukan Jenazah

Lebih lanjut, dr Hastry pun meminta warga untuk tidak melakukan hal-hal tidak penting kepada jenazah saat mereka menemukannya.

“Kalau memang bingung tunggu sampai Polisi datang. Kalau mau membantu foto saja dulu dan beritahu polisi atau kalau curiga meninggal di rumahnya, biasanya pelapor adalah terduga pelaku. Dia balik lagi, pura-pura menonton, atau melayat,” ujarnya.

dr Hastry pun mengatakan jika pihaknya memirkasa jenazah dengan berburu waktu kematian.

“Jadi kami harus memeriksa jenazah berburu dengan waktu kematian. Nanti saya bilang ke penyidik alibi atau alasan yang membuktikan seseorang berada di tempat lain saat tindakan kriminal terjadi.”

“Misal ini meninggal antara pukul 02.00 sampai 04.00, nanti penyidik mencari dari menelpon sampai melihat CCTV. Alibi bisa dikroscek dengan CCTV. Kan sudah dua alat bukti. Pelaku sudah tidak bisa mengelak,” jelasnya.

Jenazah Meninggal Tidak Wajar

dr Hastry menyebutkan jenazah yang disebut meninggal secara tidak wajar.

Menurutnya, kekerasan baik benda tumpul, maupun tajam. Kemudian posisi korban yang tidak pakai baju atau banyak darah.

Baca juga: TERKINI Kasus Subang: dr Hastry Ungkap Cara Ketahui Pelaku, Tubuh Amalia Dibersihkan Cepat-cepat?

“Ada juga yang tergantung, maupun dibakar seperti kecelakaan mobil kemarin harus diselidiki. Kalau kami di dunia kedokteran forensik menyebutnya meninggal tidak wajar. Kami juga berpikir lagi apakah jenazah benar korban pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan,” ungkapnya.

Selain itu, hal itu bisa dilihat dan diperiksa dari luka-luka di tubuhnya. Jadi jangan diapa-apakan atau dimanipulasi tubuh jenazah yang penuh luka ini.

“Di dunia forensik ada simbol yaitu death body talk atau jenazah bisa bicara,” jelasnya dikutip Tribun-Bali.com dari TribunJateng.com pada Senin 21 Januari 2022 dalam artikel berjudul WAWANCARA : Kombes DR dr Sumy Hastry, Kabiddokkes Polda Jateng : Menguak Tabir Jenazah Bisa Bicara.

Semua itu bisa dilihat dari waktu kematian. Memang kalau baru meninggal belum terlihat adanya lebam mayat, kaku mayat, pembusukan, penulangan.

Kalau kondisinya dingin bisa terjadi Mumifikasi. Saya pernah autopsi di daerah ketinggian Dieng menemukan jenazah masih bagus karena di suhu dingin.

Jenazah itu sudah lima bulan. Akhirnya kami bisa periksa lagi, kami bongkar dan mendapat petunjuk dari jenazah itu.

Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang

Saat pengujung wawancara, ketika ditanya kasus paling mengesankan dr Hastry menjawab kasus pembunuhan Ibu dan Anak di Subang.

“Kasus Subang belum selesai, tugas saya sudah selesai, tinggal penyidik Jabar bekerja lebih keras, dan saya yakin mereka bekerja keras agar kasus ini terungkap.”

“Memang butuh waktu, untuk terungkap secara pasti secara ilmiah dan tidak bisa diganggu gugat,” jelasnya.

Lebih lanjut, ketika ditanya apakah dalang dibalik pembunuhan mendiang Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) orang terdekat ia tak menjawab.

“Saya gamu ngomong, waktu itu pernah ngomong, entar dikira saya yang ngomong,” tuturnya.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved