Travel

Wisata Edukasi Ekomangrove Kedonganan di Badung,Bisa Dijadikan Alternatif Kunjungan Delegasi KTT G20

Tetapi Desa Adat Kedonganan mulai menggarap hal tersebut dan diterapkan di kawasan ekowisata mangrove, Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Perahu yang digunakan untuk melakukan kegiatan wisata di kawasan ekowisata mangrove Desa Adat Kedonganan. 

TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Wisata edukasi khususnya sambil melakukan konservasi belum banyak digarap oleh para pelaku pariwisata di Bali.

Tetapi Desa Adat Kedonganan mulai menggarap hal tersebut dan diterapkan di kawasan ekowisata mangrove, Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

"Di kawasan ini, pengunjung dapat menikmati kegiatan wisata dengan memanfaatkan keragaman hutan mangrove sebagai daya tarik utama dan kelestariannya," ujar Bendesa Adat Kedonganan, dr. I Wayan Mertha kepada tribunbali.com, Minggu 13 Maret 2022.

Ia menambahkan sebelumnya kawasan ekowisata mangrove di sini memang disiapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama para nelayan yang ada di pantai timur Kedonganan. 

Baca juga: Masuk Bali Tanpa Karantina Untungkan Pariwisata, PHRI Badung Berharap Kunjungan Wisatawan Meningkat

"Konsepnya ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan. Seperti ekomangrove tour atau sight seeing yang mana, para wisatawan atau pengunjung diperkenalkan pada kegiatan untuk menelusuri mangrove yang total luasnya yaitu adalah 22 hektar yang ada di desa adat Kedonganan," jelas Mertha.

Hutan mangrove yang ada di sini, kata Bendesa Adat Kedonganan, adalah bagian dari Tahura Ngurah Rai.

Selain itu, ada juga kegiatan lain yang dilakukan salah satunya adalah penanaman mangrove.

"Karena konsep dari ekomangrove ini sebetulnya mengadopsi kegiatan wisata ekologi atau ecotourism.

Jadi ada beberapa prinsip di sana, yang pertama adalah konservasi dan yang kedua ada edukasi, dan yang ketiga adalah manfaat bagi masyarakat lokal," imbuh Mertha.

Namun, saat ini ada sejumlah kendala dalam pengembangan ekomangrove ini seperti akses di dalam kawasan yang masih belum ada.

Untuk itu, pihaknya berencana untuk membuat jalan inspeksi dari bambu menuju lokasi pos pemantauan, untuk mempermudah menjangkau lokasi Perahu.

Pasalnya, selama ini, kondisi pasang surut air, yang tidak bisa diprediksi.

"Kami berencana akan membuat jalan inspeksi menuju lokasi pos pantau, untuk mempermudah akses pengunjung menuju perahu sebelum melakukan ekomangrove tour," tambahnya.

Untuk saat ini pengembangan ekomangrove baru bisa dilakukan bertahap, pertama baru bisa dilakukan adalah aktivitas yang terkait dengan konservasi atau kegiatan menjaga kebersihan mangrove.

Baca juga: Catat 368 Kasus Sembuh di Badung, Satgas Covid-19 Berharap Pariwisata Bali Cepat Pulih

Pelestarian mangrove ini menurutnya justru menjadi daya tarik utama dari kegiatan wisata Eco mangrove.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved