Berita Nasional
Bos Robot Trading Fahrenheit Ditangkap Polisi, 300 Korban di Bali Merugi hingga Rp 5 Triliun
Bos Robot Trading Fahrenheit yang diketahui adalah Hendry Susanto ditangkap pihak kepolisian
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Wema Satya Dinata
Tak main-main, beberapa nasabah tersebut ada yang mengalami kerugian dari puluhan juta hingga ratusan juta rupiah dengan nilai kerugian dari korban yang ada di Bali mencapai ratusan miliar rupiah.
Syamsi menjelaskan, kasus tersebut ditangani tim Siber Mabes Polri karena korbannya ada dari berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya Bali saja.
"Terkait kasus investasi bodong karena korbannya ada di berbagai daerah di Indonesia penanganannya di Siber Mabes Polri. Wilayah menerima laporan/pengaduannya selanjutnya dilaporkan ke pusat dan prosesnya di Mabes," jelas Kabid Humas Polda Bali saat dikonfirmasi Tribun Bali, Kamis 17 Maret 2022.
Adapun menurut keterangan pelapor, Beni dan Murni, perusahaan milik Hendry Susanto itu telah melakukan penipuan berkedok trading menggunakan robot.
Baca juga: Ratusan Miliar Uang Nasabah Raib, Korban Investasi Robot Trading Fahrenheit Melapor ke Polda Bali
"Kita sudah laporkan, mewakili 300 orang nasabah yang menjadi korban. Ada yang puluhan juta hingga ratusan juta," ujar Murni.
Sebelumnya, korban robot trading Fahrenheit ini mengatakan perusahaan PT FSP yang didirikan dari bulan Juli 2021 lalu ini tidak menuai masalah.
Nasabah Tiba-tiba Alami Margin Call
Namun secara tiba-tiba, nasabah mengalami margin call pada tanggal 18 Januari 2022 dengan alasan mengurus perizinan yang belum lengkap, dan tanggal 25 Februari 2022 nasabah bisa withdraw atau menarik modal.
"Tadinya ya aman-aman saja, trading setiap hari ada profit. Baru tanggal 18 Januari 2022 diberhentikan, alasannya mereka mengurus perizinan," terang Murni didampingi Beni.
"Tanggal 25 Februari 2022 mereka kemudian menjanjikan akan trading dan bisa WD (withdraw), menarik modal, ternyata tidak terjadi. Mereka tetap trading tapi kita tidak bisa withdraw," lanjut Murni.
Baru di tanggal 7 Maret 2022, nasabah mulai mengalami hal yang tidak diinginkan atau lebih tepatnya mulai kehilangan modal yang mereka investasikan.
Meskipun robot trading tetap masuk ke pasar, namun hasilnya membuat mereka kecewa akibat tidak ada hasil yang didapatkan.
"Malamnya, trading lagi tapi minus yang luar biasa dan itu terus menerus tidak stop sampai equity kita terkuras," ungkap Murni.
Baca juga: Crazy Rich Bandung Doni Salmanan Diduga Jebak 25 Ribu Orang Main Trading, Tak Satu pun Menang
Murni dan Beni saat buka suara kepada awak media di lobi depan Gedung Ditreskrimsus Polda Bali pada Senin 14 Maret 2022 mengungkapkan, korban investasi bodong tidak hanya berjumlah 300, tapi lebih dari itu.
"Di Bali ini ada 300 orang yang menjadi korban, sedangkan untuk di seluruh Indonesia masih lebih dari itu. Total kerugian kalau dijumlahkan ada mencapai Rp 5 triliunan," tambahnya.