Human Interest Story

KISAH Selembar Kain Gringsing, Sarana Penolak Bala Kebanggaan Masyarakat Tenganan Pegringsingan

KISAH Selembar Kain Gringsing, Sarana Penolak Bala Kebanggaan Masyarakat Tenganan Pegringsingan

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Saiful Rohim
Ni Ketut Sumiartini sedang menenun kain gringsing di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem. 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Para kolektor atau pecinta kain etnik tentu sudah tidak asing lagi dengan kain tenun gringsing.

Ya, tenun gringsing adalah kain khas Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali.

Kain gringsing dengan motifnya yang ikonik itu menjadi salah satu warisan budaya kuno di Bali yang memiliki banyak penggemar.

Lantas, bagaimana kisah kain gringsing yang menjadi kebanggaan masyarakat Tenganan Pegringsingan tersebut?

Ni Ketut Sumiartini adalah salah satu perajin atau penenun kain gringsing yang masih bertahan saat ini.

Perempuan asli Tenganan Pegeringsingan itu telah menggeluti kerajinan kain gringsing sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Bagi warga setempat, kain tenun gringsing memang dilestarikan sebagai warisan leluhur.

Itu pula yang mendorong Sumiartini setia menenun dari kecil hingga memilki dua orang anak seperti sekarang.

Semula Sumiartini belajar menenun secara sembunyi-sembunyi lantaran takut dimarah orang tua jikalau alat tenunnya rusak.

"Saya belajar tenun gringsing dari kecil, saat duduk di bangku kelas IV. Belajarnya sembunyi, tanpa pengetahuan orang tua. Kalau diketahui orang tua pastinya tidak dikasih izin. Khawatir alat tenunnya rusak," tutur Ketut Sumiartini saat ditemui di rumah di Tenganan Pegeringsingan, belum lama ini.

"Keluarga saya menenun gringsing dari dulu. Nanti kemungkinan anak saya yang lanjutkan," imbuhnya.

Material yang digunakan untuk membuat gringsing adalah bahan-bahan alam, mulai dari pewarna maupun benangnya.

Itulah sebabnya, harga per lembar kain gringsing asli cukup fantastis, yakni mencapai jutaan rupiah tergantung ukuran kain. 

Tenun gringsing yang diproduksi Sumiartini juga untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.

Putu Suarjana, suami Sumiartini yang juga seorang kelihan di sana menjelaskan, gringsing merupakan kain sakral yang digunakan oleh krama adat Tenganan Pegringsingan dalam berbagai kegiatan adat.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved