Human Interest Story

KISAH Selembar Kain Gringsing, Sarana Penolak Bala Kebanggaan Masyarakat Tenganan Pegringsingan

KISAH Selembar Kain Gringsing, Sarana Penolak Bala Kebanggaan Masyarakat Tenganan Pegringsingan

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Saiful Rohim
Ni Ketut Sumiartini sedang menenun kain gringsing di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem. 

Warga yang tidak mengenakan kain geringsing akan diberikan sanksi sebagaimana yang sudah disepakati.

"Ini warisan dari turun temurun," kata Suarjana.

Filosofi Kain Tenun Gringsing

Putu Suarjana menjelaskan filosofi yang tersirat dari selembar kain gringsing.

Gringsing berasal dari dua kata, yakni gering dan sing. Gering artinya sakit dan sing berarti tidak.

Sehingga, secara singkat Gringsing bermakna tidak sakit.

Bagi warga setempat, kain gringsing dipercaya sebagai sarana menolak bala.

Ada tiga warna dominan dalam kain gringsing, yaitu merah, kuning atau putih, dan hitam atau biru.

Putu Suarjana menuturkan, ketiga warna tersebut merupakan simbol Trimurti.

Merah adalah simbol api, kuning atau putih simbol angin, dan hitam atau biru simbol air.

"Api, angin, dan air yang ada ditubuh manusia harus  diseimbangkn agar tidak sakit. Makanya di kain geringsing diberikan gambar tapak dara yang miliki makna sebagai penyeimbang tiga kekuatan tubuh manusia," jelasnya.

Filosofi dan keyakinan itu melekat kuat sehingga warga setempat terus berusaha melestrarikan kain gringsing.

Pria yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Karangasem itu menjelaskaan, kedepan kain gringsing akan didaftarkan sebagai warisan budaya dunia.

Saat ini, pihak desa adat bersama pemerintah masih melengkapi syarat dan berkas yang dibutuhkan.

"Kita masih persiapkan persyaratan yang ditentukan," tambah Putu Suarjana. (saiful rohim)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved