Human Interest Story
Alami Gangguan Pendengaran Sejak Lahir, Kadek Purnama Tersenyum Pertama Kali Coba Alat Bantu Dengar
Ni Kadek Purnama Wati (18), remaja asal Desa Bunga Mekar, Nusa Penida sejak lahir mengalami gangguan pada pendengarannya.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Ni Kadek Purnama Wati (18), remaja asal Desa Bunga Mekar, Nusa Penida sejak lahir mengalami gangguan pada pendengarannya.
Hal itu membuatnya tidak bisa bersekolah seperti remaja seusianya.
Ni Kadek Purnama Wati (18), tersenyum sesaat setelah dipasangkan alat bantu pendengaran oleh Wabup Klungkung I Made Kasta, Kamis 19 Mei 2022.
Baca juga: Peredaran Narkoba Marak, Pemkab Minta BNN Klungkung Libatkan Perangkat Desa untuk Pencegahan
Ketika itu untuk pertama kalinya ia menggunakan alat bantu dengar, setelah 18 tahun mengalami gangguan pendengaran.
Kadek Purnama yang selama ini tuna rungu, lalu merespons sapaan rombongan Wabup Made Kasta dengan menunjukan jempolnya.
" Adik saya tuna rungu sejak lahir, baru sekarang ia mencoba alat bantu dengar," ujar kakak dari Kadek Purnama, I Wayan Indrawan (21).
Baca juga: Temukan Tujuh Gigitan Positif, Tim Langsung Vaksinasi Emergensy di Klungkung
Ketika itu rombongan Wabup Made Kasta sengaja mengunjungi keluarga Kadek Purnama di rumahnya yang sangat sederhana di Banjar Pikat, Desa Bungamekar, Nusa Penida, Klungkung, Bali.
Sebelumnya ia mendapatkan informasi, masih ada remaja di Nusa Penida yang mengalami tuna rungu sehingga tidak bisa bersekolah.
Kadek Purnama Wati merupakan putri kedua dari pasangan I Made Latra seorang buruh bangunan, dan Ni Nyoman Sandra yang merupakan seorang petani.
Kondisi ekonomi keluarga, membuatnya selama ini belum bisa membeli alat bantu dengar.
Baca juga: Terima Cek Rp 190 Juta dari Kemensos, Bupati Klungkung Suwirta Serahkan ke Pemerdayaan Petani Garam
" Karena kondisi ekonomi juga, jadi belum bisa beli alat bantu dengar. Ini baru pertama kali adik saya pakai alat bantu dengar," ujar Indrawan.
Indrawan sesekali menatap senyum adiknya, setelah memakai alat bantu dengar.
Di usia remajanya, ia berharap adiknya itu bisa hidup normal seperti semaja seusianya.
Mengingat karena keterbatasannya, Kadek Purnama Wati terpaksa tidak bersekolah.