AC Milan
AC Milan Rengkuh Scudetto Setelah 11 Tahun, Tak Lepas Dari Peran Maldini dan Zlatan Ibrahimovic
Titel juara AC Milan di Liga Italia 2021-2022 tak lepas oleh pengalaman dan mata seorang legenda, Paolo Maldini serta peran besar Zlatan Ibrahimovic.
TRIBUN-BALI.COM - Title juara AC Milan di Liga Italia 2021-2022 tak lepas oleh pengalaman dan mata seorang legenda, Paolo Maldini.
Paolo Maldini, legenda hidup yang mempersembahkan 7 gelar juara Liga Italia dan 5 titel Liga Champions buat Rossoneri bertugas sebagai Direktur Teknik.
Secara garis besar, Maldini bertanggung jawab terhadap lalu lintas transfer serta berbagai perihal yang bersangkutan dengan aspek teknik tim utama.
Maldini punya intuisi tajam, sesuatu yang jelas tak bisa diberikan oleh departemen data statistik AC Milan.
Contoh paling simpel tapi brilian adalah perekrutan pelatih Stefano Pioli pada 2019 untuk mengisi pos Marco Giampaolo yang didepak manajemen Rossoneri.
Media-media Italia menyebut pengangkatan Pioli adalah ide dari Maldini.
Saat itu, fan banyak meragukan kapasitas Pioli.
Bahkan, tagar #PioliOut sudah membanjiri jagat maya meski Pioli belum resmi bertugas bersama Milan.
“Pioli bukanlah pertaruhan,” kata Maldini pada 2019, pernyataan yang saat itu jelas banyak membuat fan Milan mengernyitkan dahi.
Baca juga: Rahasia Besar Stefano Pioli Bisa Bawa AC Milan Bisa Juarai AC Milan, Boyong 2 Orang Pembisik Data
Intuisi Maldini terbukti tak keliru.
Stefano Pioli mampu tampil sebagai figur ayah bagi sejumlah pilar muda AC Milan.
Maldini, bersama Zvonimir Boban selaku Chief Football Officer, juga meyakinkan pemegang keputusan tertinggi AC Milan untuk terus bertahan kepada Pioli.
Perlu diketahui, Pioli sempat hanya akan dijadikan “karpet” pembuka jalan buat Ralf Rangnick yang intens menjalin komunikasi personal dengan CEO Milan, Ivan Gazidis.
Boban secara terbuka mengkritik pendekatan Gazidis kepada Rangnick. Atas aksinya itu, Boban lantas didepak dari manajemen Milan per Maret 2020
Baru-baru ini, Maldini mengaku dirinya sempat ingin ikut pergi menyusul Boban meninggalkan manajemen Milan kala itu. Beruntung buat Milan, Maldini bertahan dan meneruskan kolaborasinya dengan Ricky Massara, sang Direktur Olahraga.
Riak perselisihan tadi justru membuktikan ketajaman intuisi dari Maldini yang bekerja beriringan bersama Boban serta Massara.
Pioli akhirnya dipertahankan dan sejak kompetisi Serie A 2019-2020 dimulai lagi setelah periode lockdown akibat pandemi Covid-19, AC Milan asuhan Pioli tampil trengginas selama sisa musim.
Performa Milan terus melejit hingga akhirnya mampu finis di peringkat dua dan meraih tiket ke Liga Champions pada Serie A 2020-2021, lalu kini jadi juara Liga Italia 2021-2022.
Baca juga: Medali Juara Liga Italia Milik Pelatih AC Milan Dicuri, Pioli: Tolong Kembalikan, Itu Satu-satunya
Maldini juga berjasa menciptakan kestabilan di tubuh AC Milan via perekrutan Zlatan Ibrahimovic serta Simon Kjaer pada Januari 2020.
Ketika Ivan Gazidis begitu mantap soal proyek pemain muda Milan, Maldini datang dengan saran soal pentingnya keberadaan seorang veteran.
Kekalahan telak 0-5 dari Atalanta pada 22 Desember 2019 menjadi pelatuk yang melontarkan peluru saran Maldini menuju realisasi.
Kala itu, Milan yang didominasi muka-muka belia seperti kehilangan arah dan butuh seorang figur yang mampu menyerap semua tekanan itu dari pundak mereka.
Kepemimpinan dan Cinta Zlatan Ibrahimovic
Zlatan Ibrahimovic menjadi sosok yang tepat untuk memandu talenta belia AC Milan.
Sorot media segera berpindah ke arahnya, sehingga daun-daun muda Rossoneri bisa bertumbuh tanpa gangguan.
“Sangat penting,” kata Stefano Pioli soal peran Ibrahimovic bagi Milan asuhannya.
“Dia membawa mentalitas, kualitas, dan dia adalah pemain hebat di atas segalanya berkat kecerdasannya. Dia membawa kepribadian yang dibutuhkan oleh tim muda,” ujar Pioli.
Baca juga: HASIL EPL: Manchester City Juara Liga Inggris Usai Kalahkan Aston Villa 3-2, Ini Kata Pep Guardiola
“Dia adalah titik referensi dan rekan setim bagus dalam mengikutinya dan menjadi lebih kuat,” ujar sang pelatih Milan menambahkan.
Ibrahimovic bisa sangat menuntut kepada anak-anak muda Milan.
Tak jarang Ibra memperlihatkan raut sebal dan mengeluarkan kata-kata kasar ketika rekan setim salah memberikannya umpan.
Namun, begitulah cara Ibrahimovic memecut pasukan belia Rossoneri.
Tak cuma dengan murka, Ibrahimovic memantik gairah pemain muda Milan dengan cinta.
Ibrahimovic begitu mencintai tim Milan sekarang, sampai-sampai dia ogah pensiun kalau belum juara bersama pasukan arahan Pioli saat ini.
Cinta Ibrahimovic terwujud dari pilihannya untuk tetap duduk di bangku cadangan bersama tim kala dirinya terpaksa absen karena cedera dalam beberapa kesempatan musim ini.
Padahal, Ibra bisa saja berdiam nyaman di rumahnya atau di tribune stadion.
Perhatian besar Ibrahimovic juga dibuktikan via kado PlayStation 5 yang diberikan kepada sejumlah personel Milan pada Natal 2020.
Baca juga: INILAH 3 Fakta Menarik Manchester City Juara Liga Premier Inggris, Guardiola Lewati Rekor Mourinho
Ibrahimovic yang kini berusia 40 tahun menjawab kebutuhan AC Milan akan figur pemimpin di ruang ganti.
Cedera memang membuat kontribusinya di lapangan kian tergerus, namun pengaruhnya di ruang ganti tetap jalan terus.
“Tak ada makna khusus, selain kepemimpinan yang luar biasa dari pemain asal Swedia,” demikian ulasan Tuttomercatoweb soal aksi Ibrahimovic memeluk setiap pemain Milan usai laga pekan ke-37 silam kontra Atalanta.
Sir Alex Ferguson, pelatih legendaris Man United pernah bilang bahwa lini serang memenangkan pertandingan, tapi pertahanan lah yang memenangkan Anda titel juara.
Khusus buat Milan, ujar-ujar Sir Alex tersebut boleh sedikit dimodifikasi. Analisis data ditambah cinta Ibra dan intuisi Maldini, adalah resep yang memenangkan Rossoneri trofi.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AC Milan Juara Liga Italia: Kemenangan Data, Cinta Ibra, dan Intuisi Maldini".