Pesta Kesenian Bali
Kisah Suwarni Membangun Usaha Rajutan di Bali, Berawal dari Keisengan Membeli Topi di Bedugul
Ni Ketut Suwarni sudah memulai usaha Bali Rajut sejak 2001. Bersama sang suami, ia menjalankan industri di kediamannya di Jembrana
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam pergelaran Pesta Kesenian Bali 2022, berbagai industri kecil menengah (IKM) turut terlibat.
Lokasi stand yang berada di Gedung Ardha Candra ini memperlihatkan berbagai produk industri asli Bali.
Di tengah-tengah yang sebagian besar menjajakan produk busana endek, ada satu stand yang unik.
Stand tersebut adalah stand Bali Rajut yang menjadi satu-satunya stand rajutan di pameran IKM ini.
Baca juga: Sanggar Rare Angon Berani Bahas Agama Hindu di Wimbakarma Taman Penasar Pesta Kesenian Bali 2022
Ialah Ni Ketut Suwarni, pemilik usaha rajutan khas Bali ini.
Ni Ketut Suwarni sudah memulai usahanya sejak 2001.
Bersama sang suami, ia menjalankan industri di kediamannya di Jalan Sriwijaya, Sangkaragung, Jembrana, Bali.
Berawal dari keisengan membeli produk topi rajutan di Bedugul, Ni Ketut Suwarni bersama suami mulai serius menjalankan usaha.
Awalnya ia hanya menjadi reseller untuk seorang tamu, namun Ni Ketut Suwarni melihat adanya peluang usaha.
Ia pun mulai mengajak saudara-saudaranya yang pandai merajut untuk ikut menghasilkan produk pesanan.
“Waktu itu saya dibelikan topi sama suami di Bedugul, terus ada tamu dari luar negeri yang mau topi serupa. Akhirnya saya pesan sedikit demi sedikit dari Bedugul. Ternyata banyak keluarga saya yang bisa merajut, jadi saya pikir ini bisa jadi peluang usaha. Mereka yang merajut, saya membantu untuk ide dan pemasarannya,” jelas Ni Ketut Suwarni.
Bali Rajut telah memproduksi berbagai macam barang, diantaranya tas, topi, syal, kipas, dan payung.
Dari berbagai macam produk itu, tas menjadi produk terlarisnya.
Ada dua jenis aksesoris yang digunakan dalam pembuatan tas, yaitu emas dan perak.
Aksesoris emas sendiri baru saja ia luncurkan pada tahun 2022.
Demi mempertahankan kualitas, Bali Rajut harus menggunakan bahan yang berkualitas juga, termasuk benangnya.
Mengingat saat ini belum ada yang memproduksi benang yang sesuai di Bali, ia mendatangkan benang dari Bandung.
Baca juga: Jadwal Acara Pesta Kesenian Bali 16 Juni 2022, Ada Lokakarya Wayang Kulit Calonarang di PKB
Keunikan dari Bali Rajut adalah pada knitting yang berasal dari ide pemiliknya.
Setiap knitting yang disentuhkan pada setiap produk memiliki ciri khas sendiri.
Hal ini menjadi keunggulan lainnya karena pembeli tidak perlu khawatir menggunakan produk yang sama.
Ni Ketut Suwarni menambahkan di Bali Rajut, pembeli juga bisa memesan produk sesuai dengan seleranya sendiri.
“Di sini kita juga bisa buatkan produk sesuai dengan model yang tamu minta. Nanti, kita kasi sampel dan kalau dia suka baru kita produksi sesuai dengan permintaannya,” ujarnya.
Dalam menjalankan industrinya ini, Ni Ketut Suwarni dibantu oleh karyawannya.
Mereka berasal dari Jembrana dengan berbagai latar belakang.
Ada yang merupakan ibu rumah tangga, remaja, dan bahkan ada yang merupakan guru sekolah.
Selain sebagai ladang rezeki, Bali Rajut juga dijadikan tempat untuk berkumpul dan mengisi waktu luang.
Jumlah karyawan yang dipekerjakan sifatnya fleksibel dan tidak menentu.
Ini bergantung pada jumlah barang yang dipesan oleh pelanggan.
Saat ramai pesanan, ia bisa mempekerjakan 150 orang karyawan.
Namun, saat pandemi, jumlah karyawan menurun drastis menjadi 25 orang.
Semua pembuatan produknya dilakukan secara manual dengan tangan.
Alatnya menggunakan jarum dan kayu sesuai dengan produk yang ingin dihasilkan.
Setiap produk dapat dihasilkan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan jenisnya.
“Dalam sehari dapat menghasilkan dua picis syal. Yang agak lama itu tas karena ada pemasangan aksesoris. Di sini juga ada payung sebagai hiasan yang dibuatkan selama satu bulan,” jelasnya.
Selama 20 tahun menjalankan industri, Ni Ketut Suwarni berhasil mengekspor produknya ke lima negara.
Negara itu diantaranya Amerika, Jepang, Austria, Singapura, dan Australia.
Selain untuk dijual ke luar negeri, Ni Ketut Suwarni mengatakan, produknya juga diminati warga lokal.
Dikarenakan pandemi, produk Bali Rajut belum pernah mendapatkan orderan lagi.
Namun ia tak patah semangat dan tetap melanjutkan industrinya.
Tahun 2022 ini, ia sangat bersyukur dapat kembali ikut serta dalam Pesta Kesenian Bali (PKB).
Ini merupakan kesempatan yang besar bagi Ni Ketut Suwarni untuk bangkit dan menggencarkan promosi.
“Astungkara tahun ini saya dimudahkan bisa lolos kurasi sehingga bisa dapat tempat untuk menjajakan produk di PKB. Ada berbagai macam produk-produk baru baik dari segi warna, model, dan knitting yang saya siapkan. Ya harapannya semoga bisa dapat pembeli baru,”ujarnya saat ditemui di stand IKM.
Semua produk yang dari Bali Rajut ini dibandrol dengan harga yang terjangkau.
Ia memberikan potongan harga bagi pembeli yang langsung datang ke standnya di PKB.
“Kalau tas itu paling mahal 700 ribu rupiah, paling murah ada yang 100 ribu rupiah. Ada topi juga untuk cewek atau cowok harganya maksimal 70 ribuan. Syal kita jual 150 ribuan, tergantung benang yang dipakai juga. Ini sudah lebih murah dari harga yang biasa saya pasarkan,” katanya.
Di PKB, ia sudah mendapatkan pelanggan dari Jakarta yang sudah memborong banyak produknya.
Dan selama lima hari berjualan di PKB, ia berhasil mengumpulkan omset sekitar Rp 4.000.000,.
Dalam memasarkan produknya, Ni Ketut Suwarni aktif menggunakan media sosial, seperti Instagram dan Facebook.
Usaha Bali Rajut milik Ni Ketut Suwarni dapat dilihat melalui instagramnya @balirajut_shop dan Facebook TUT ANI DITA.
Selain itu, ia juga aktif untuk mengikutsertakan diri dalam berbagai pameran.
Ia berharap, setelah PKB 2022 ini, Bali Rajut dapat terus berpartisipasi dalam berbagai pameran.
Dengan bangkitnya industri Bali Rajut, ia berharap dapat juga membangkitkan perekonomian Bali. (*).
Kumpulan Artikel PKB