Mantan PM Jepang Shinzo Abe Meninggal

Penembakan Eks PM Shinzo Abe Disebut Akan Mengubah Jepang Selamanya, Mengapa?

Shinzo Abe mungkin tidak lagi menjadi perdana menteri Jepang, tetapi dia masih menjadi tokoh besar dalam kehidupan publik Jepang, dan mungkin politisi

Penulis: Sunarko | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Philip FONG / AFP
Mobil yang diyakini membawa jenazah mendiang mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe melewati polisi dan media di luar Rumah Sakit Universitas Medis Nara di Kashihara, Prefektur Nara pada 9 Juli 2022. Abe dinyatakan meninggal setelah dia ditembak di sebuah kampanye, pada tanggal 8 Juli di kota Nara. 

TRIBUN-BALI.COM - Penembakan eks PM Jepang Shinzo Abe disebut bakal bisa mengubah selamanya kebijakan Jepang terkait keamanan.

Demikian yang ditulis oleh Rupert Wingfield-Hayes, dari Nara, Jepang, seperti dilansir BBC News pada Jumat 8 Juli 2022.

Dalam artikel berjudul "Shinzo Abe death: Shock killing that could change Japan forever", secara garis besar Rupert menulis bahwa peristiwa penembakan itu mengguncang Jepang dan benar-benar tak terduga, mengingat persepsi selama ini mengenai Jepang yang dikenal aman dari jenis  kriminalitas kekerasan seperti pembunuhan terhadap Abe itu.

Rupert menulis, sejak tersiar kabar Jumat pagi itu tentang penembakan Shinzo Abe, pesan mengalir dari teman dan kontaknya, semua  menanyakan pertanyaan yang sama: bagaimana ini bisa terjadi di Jepang?

Ia sendiri merasakan hal yang sama. Menurut dia, tinggal di Jepang, seseorang tentu terbiasa untuk tidak memikirkan kejahatan kekerasan.

"Identitas korban hanya membuat berita tentang ini lebih mengejutkan," tulis Rupert.

Baca juga: Mantan PM Jepang Shinzo Abe Meninggal, Bagian Dada Diterjang Dua Peluru Tetsuya Yamagami

Disebutkan, Shinzo Abe mungkin tidak lagi menjadi perdana menteri Jepang, tetapi dia masih menjadi tokoh besar dalam kehidupan publik Jepang, dan mungkin politisi Jepang yang paling dikenal dalam tiga dekade terakhir.

Oleh karena itu, pertanyaan tentang siapa yang ingin membunuh Abe, dan apa alasannya menjadi rasa penasaran banyak orang.

Rupert menyebut padanan kejadian terhadap Abe adalah penembakan Perdana Menteri Swedia Olof Palme pada tahun 1986, yang  mengguncang warga setempat Swedia.

"Ketika saya mengatakan orang tidak berpikir tentang kejahatan kekerasan di sini (Jepang), saya tidak melebih-lebihkan," tulis Rupert.

"Ya memang ada Yakuza, geng kriminal terorganisir yang terkenal kejam di Jepang. Tetapi kebanyakan orang tidak pernah berhubungan dengan mereka. Bahkan Yakuza menghindar dari senjata karena hukuman untuk kepemilikan ilegal senjata  tidak sepadan," lanjut dia.

Memiliki senjata di Jepang sangat sulit. Itu mensyaratkan tidak adanya catatan kriminal, ada pelatihan wajib, evaluasi psikologis, dan pemeriksaan latar belakang yang ekstensif, termasuk polisi mewawancarai para tetangga dari orang yang akan mengajukan kepemilikan senjata.

Akibatnya, kejahatan senjata hampir tidak ada di Jepang.  Rata-rata, ada kurang dari 10 kematian terkait senjata di Jepang setiap tahun.  Pada 2017, hanya ada tiga.

Tidak heran, kata Rupert, jika banyak perhatian terfokus pada pria bersenjata itu dan senjata yang dia gunakan.

"Siapa dia?  Dari mana dia mendapatkan pistol itu?  Media Jepang melaporkan bahwa pria berusia 41 tahun itu adalah mantan anggota pasukan bela diri negara itu, setara dengan tentara," demikian Rupert.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved