Berita Gianyar

KASUS HIV/AID di Gianyar Memprihatinkan, Pertengahan tahun ini Ditemukan 91 Kasus

Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Gianyar, Bali cukup memprihatinkan.Dan Per Juli 2022, telah terdeteksi sebanyak 91 kasus.

intisari-online.com
Ilustrasi - Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Gianyar, Bali cukup memprihatinkan. Di mana setiap tahun jumlahnya fluktuatif. Dan Per Juli 2022, telah terdeteksi sebanyak 91 kasus. Hal ini diketahui, lantaran Dinas Kesehatan Gianyar, mewajibkan test HIV/AIDS untuk setiap ibu hamil. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gianyar, Kamis 11 Agustus 2022, mereka telah mewajibkan ibu mengandung test HIV/AIDS sejak tahun 2018. Rata-rata masyarakat yang ditest HIV/AIDS sebanyak 8.250 orang. Dari tes HIV tersebut, tahun 2018 terdapat 193 orang terjangkit HIV, dan 2019 sebanyak 150 orang, Tahun 2020 sebanyak 140 orang, tahun 2021 sebanyak 172 orang, dan Januari sampai Juli 2022, sebanyak 91 orang. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Gianyar, Bali cukup memprihatinkan.

Di mana setiap tahun jumlahnya fluktuatif.

Dan Per Juli 2022, telah terdeteksi sebanyak 91 kasus.

Hal ini diketahui, lantaran Dinas Kesehatan Gianyar, mewajibkan test HIV/AIDS untuk setiap ibu hamil.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gianyar, Kamis 11 Agustus 2022, mereka telah mewajibkan ibu mengandung test HIV/AIDS sejak tahun 2018.

Rata-rata masyarakat yang ditest HIV/AIDS sebanyak 8.250 orang.

Dari tes HIV tersebut, tahun 2018 terdapat 193 orang terjangkit HIV, dan 2019 sebanyak 150 orang,

Tahun 2020 sebanyak 140 orang, tahun 2021 sebanyak 172 orang, dan Januari sampai Juli 2022, sebanyak 91 orang.

Baca juga: KABAR BURUK, Seorang Siswa SD di Gianyar terjangkit HIV/AIDS

Baca juga: PEKERJA CAFE Dicek HIV/AIDS dan TBC di Gilimanuk, Simak Selengkapnya!

Ilustrasi - Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Gianyar, Bali cukup memprihatinkan.

Di mana setiap tahun jumlahnya fluktuatif.

Dan Per Juli 2022, telah terdeteksi sebanyak 91 kasus.

Hal ini diketahui, lantaran Dinas Kesehatan Gianyar, mewajibkan test HIV/AIDS untuk setiap ibu hamil.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gianyar, Kamis 11 Agustus 2022, mereka telah mewajibkan ibu mengandung test HIV/AIDS sejak tahun 2018.

Rata-rata masyarakat yang ditest HIV/AIDS sebanyak 8.250 orang.

Dari tes HIV tersebut, tahun 2018 terdapat 193 orang terjangkit HIV, dan 2019 sebanyak 150 orang,

Tahun 2020 sebanyak 140 orang, tahun 2021 sebanyak 172 orang, dan Januari sampai Juli 2022, sebanyak 91 orang.
Ilustrasi - Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Gianyar, Bali cukup memprihatinkan. Di mana setiap tahun jumlahnya fluktuatif. Dan Per Juli 2022, telah terdeteksi sebanyak 91 kasus. Hal ini diketahui, lantaran Dinas Kesehatan Gianyar, mewajibkan test HIV/AIDS untuk setiap ibu hamil. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Gianyar, Kamis 11 Agustus 2022, mereka telah mewajibkan ibu mengandung test HIV/AIDS sejak tahun 2018. Rata-rata masyarakat yang ditest HIV/AIDS sebanyak 8.250 orang. Dari tes HIV tersebut, tahun 2018 terdapat 193 orang terjangkit HIV, dan 2019 sebanyak 150 orang, Tahun 2020 sebanyak 140 orang, tahun 2021 sebanyak 172 orang, dan Januari sampai Juli 2022, sebanyak 91 orang. (Tribun Manado)

Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ida Komang Upeksa, mengatakan permasalahan HIV/AIDS merupakan masalah global.

Pihaknya pun telah menyiapkan upaya-upaya jika ditemukan kasus HIV/AIDS.

"Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS yang memerlukan pelayanan kesehatan, termasuk pengobatan ARV (antiretroviral), maka strategi penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya perawatan, dukungan orang sekitar," ujarnya.

Sementara dalam mendeteksi anak terjangkit HIV/AIDS, kata dia, dapat dilihat dari berbagai gejala.

"Indikasi pada anak, biasanya bila, anak yang lahir dari orangtua ODHA itu sakit, yang sakitnya berhubungan dengan HIV seperti TB berat, malnutrisi, diare kronis, pneumonia kronis atau berulang," jelasnya. 

Ilustrasi - Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ida Komang Upeksa, mengatakan permasalahan HIV/AIDS merupakan masalah global.

Pihaknya pun telah menyiapkan upaya-upaya jika ditemukan kasus HIV/AIDS.
Ilustrasi - Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ida Komang Upeksa, mengatakan permasalahan HIV/AIDS merupakan masalah global. Pihaknya pun telah menyiapkan upaya-upaya jika ditemukan kasus HIV/AIDS. "Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS yang memerlukan pelayanan kesehatan, termasuk pengobatan ARV (antiretroviral), maka strategi penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya perawatan, dukungan orang sekitar," ujarnya. Sementara dalam mendeteksi anak terjangkit HIV/AIDS, kata dia, dapat dilihat dari berbagai gejala. "Indikasi pada anak, biasanya bila, anak yang lahir dari orangtua ODHA itu sakit, yang sakitnya berhubungan dengan HIV seperti TB berat, malnutrisi, diare kronis, pneumonia kronis atau berulang," jelasnya. (Kompas.com)

Dalam menanggulangi HIV/AIDS di Gianyar, kata Upeksa, Saat ini seluruh UPTD puskesmas telah melayani test HIV dan skrening pada ibu hamil.

Adapun rumah sakit tersebut, RSUD Sanjiwani Gianyar, RSU Payangan, RSU Ari Santi, RSU Ganesha, RSU Famili Usada dan Klinik Bumi Sehat.

Sementara untuk pelayanan pengobatan, bisa dilakukan di RSUD Sanjiwani Gianyar, UPTD Puskesmas Ubud II, dan UPTD Puskesmas Sukawati I.

"Per Juli 2022 sebanyak 994 orang ODHA memperoleh layanan pengobatan ARV.

Sementara, anak yang terjangkit HIV dan telah mendapatkan pelayanan di tahun ini sebanyak 25 orang.

Yakni, 20 orang di RSUD Sanjiwani dan 5 orang di Puskesmas Ubud II," ujar Upeksa.

Dari lima orang anak yang terjangkit HIV/AIDS ini, kata dia, satu orang telah dirujuk ke RSUP Sanglah.

"Anak ODHA dirujuk ke RSUP Sanglah, karena adanya indikasi gagal pengobatan dengan tanda-tanda akan sering sakit, berat badan tidak kunjung meningkat, dan hasil pemeriksaan viral load masih tinggi," ujarnya.

Adapun bentuk pelayanan di puskesmas terhadap anak positif HIV/AIDS ini, kata dia, meliputi kajian status asupan nutrisi, berat badan, pertumbuhan, pemberian vitamin A secara berkala, serta memantau tanda infeksi oportunistik dan pajanan TB.

"Pasien diberikan pengobatan bila mengalami infeksi oportunistik sebelum pemberian ART (Antiretroviral Terapi) sebagai pengobatan HIV," imbuhnya.

Dia mengungkapkan, peran pengasuh atau orangtua sangat penting agar pengobatan ART bisa berhasil dalam mengobati anak ODHA.

"Pengobatan ART bisa berhasil pada anak, bila ada kerjasama pengasuh atau orangtua, karena mereka harus memahami tujuan pengobatan, mematuhi program pengobatan dan pentingnya kontrol kesehatan," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved