Berita Denpasar
Kenaikan BBM Pengaruhi Penjualan Makanan, Pedagang Segera Sesuaikan Strategi
Pemerintah Indonesia melalui Presiden Jokowi akhirnya mantap memutuskan untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Indonesia melalui Presiden Jokowi akhirnya mantap memutuskan untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kenaikan harga BBM ini kemudian menuai banyak keluhan dari berbagai lapisan masyarakat.
Tidak terlepas dari para pedagang olahan makanan, seperti pedagang nasi di Kota Denpasar.
Sapiha, pemilik Warung Nasi Pecel Madiun ini masih menjual dagangannya dengan harga normal.

Ia mengatakan pembelian bahan-bahan makanan baik di pasar maupun supplier masih belum ada tanda-tanda kenaikan.
Sapiha juga terselamatkan dalam berjualan dikarenakan pengeluaran BBMnya yang tidak banyak.
Namun demikian, ia cukup khawatir dengan kenaikan harga BBM dapat mempengaruhi penjualannya.
"Sejauh ini masih normal, masih bisa jualan dengan porsi normal.
Saya terbantu karena rumah saya dekat dengan pasar dan punya supplier sendiri, jadi ga banyak pakai motor," jelasnya.
Berbeda dengan Zarkasih, pedagang bakso keliling yang sudah mengubah harga dagangnya sejak awal kenaikan.
Ia menuturkan semenjak kenaikan harga BBM, ia pun terpaksa mengatur ulang strategi berjualannya.
Salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah item di setiap porsi satu mangkok baksonya.
"Untuk harga satu mangkoknya biasanya tetap Rp 10.000.
Tapi isiannya tidak seperti dulu, agak dikurangi menyesuaikan dengan harga pasar," ujar Zarkasih.