Berita Bali
Beri Pengaruh Besar Pada Usaha Travel, Ini Kata Arief MTrans Soal Kenaikan Harga BBM
Kenaikan harga BBM yang telah ditetapkan Presiden beberapa hari lalu memberikan dampak yang signifikan.
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kenaikan harga BBM yang telah ditetapkan Presiden beberapa hari lalu memberikan dampak yang signifikan.
Bagi mereka yang bergerak dalam usaha yang memanfaatkan BBM, tentu hal ini menjadi tantangan dalam jalannya usaha.
Seperti yang dialami oleh usaha jasa transportasi, tour, dan travel PT Kacebe Murni Transport atau lebih dikenal dengan MTrans.
Arief Irawan selaku admin operasional MTrans mengatakan kenaikan harga BBM sangat jelas terasa pengaruhnya.

Apalagi saat ini bus reguler Jawa-Bali dan bus malam masih berjalan seperti biasanya.
“Biaya operasional kita terasa sekali pembengkakannya.
Kita bisa hitung dari selisih kenaikan harga BBM bisa menyebabkan selisih pembelian BBM bus sekarang bisa mencapai 1 juta rupiah dibanding harga lama ,” jelas Arief.
Arief menambahkan kenaikan harga solar lebih berat dibandingkan kenaikan harga Pertalite.
Walaupun jumlah kenaikan Pertalite lebih besar daripada solar, namun kuota pada tangki bahan bakar Pertalite tidak terlalu besar.
Tangki Pertalite diperkirakan yang paling besar berada di angka 30-40 liter.
Berbeda dengan solar yang digunakan pada bus memiliki kuota tangki bahan bakar sebesar 320 liter atau 8 kali lebih banyak dari Pertalite.
Bahkan tangki bahan bakar untuk salah satu bus yang dimiliki oleh MTrans ada yang mencapai 400 liter.
Saat ditemui di kantor MTrans di Jalan Gurita, Denpasar, Arief menjelaskan jumlah armada yang mereka miliki sebanyak 25 unit.
16 unit merupakan bus besar, 4 unit bus medium, dan 5 unit armada kecil.
Dari 25 unit kendaraan tersebut, hanya 3 unit kendaraan kecil yang menggunakan Pertalite, sementara sisanya menggunakan solar.
Melihat kondisi ini, Arief mewakili pihak MTrans pun telah melakukan penyesuaian harga tiket.
Ia menuturkan kondisi saat ini membuat mereka tidak bisa bertahan dengan harga tiket yang lama.
Walaupun demikian, penyesuaian ini tidak dilakukan secara terburu-buru namun tetap akan segera diterapkan.
Pihak MTrans telah memperhitungkan penyusutan ongkos ditambah dengan bahan bakar untuk setiap perjalanannya.
“Contoh Denpasar-Malang dengan bus executive naik 35 ribu dari harga awal Rp 230.000 menjadi Rp 265.000,.
Kemudian bus Sultan Denpasar-Malang-Batu-Kediri naik dari harga awal RP 325.000 menjadi RP 390.000,” terang Arief.
Sebelum tanggal 5 September 2022, harga tiket yang diterapkan masih dalam tarif normal, baik on the spot maupun online.
Arief menuturkan saat itu antusias masyarakat yang membeli tiket masih cukup tinggi.
Harga baru tiket di MTrans sendiri akan diterapkan per tanggal 6 September 2022 yang disesuaikan dengan tujuan keberangkatan.
Dalam penerapan harga tiket baru ini, Arief melihat adanya penurunan jumlah pelanggan sekitar 10-20 persen.
Saat ini, fokus perusahaan MTrans masih dalam penentuan harga tiket guna menjaga pasar dan pelanggannya.
Terkait dengan kenaikan harga BBM, Arief yang juga mewakili pihak MTrans ia akan mengikuti aturan pemerintah.
Namun, ia berharap pengambilan keputusan besar seperti ini sebaiknya perlu perhitungan yang matang.
“Tentu kami ingin yang terbaik untuk negara ya, tidak apa-apa naik kalau memang tujuannya untuk mengatasi inflasi,” harapnya.
Saat ini, Arief menuturkan pihaknya mengalami kendala dikarenakan adanya mekanisme pembelian bahan bakar khususnya solar yang dibatasi.
Oleh karena itu, Arief berharap mekanisme tersebut agar dapat ditinjau kembali oleh pemerintah untuk kelancaran operasional usaha sepertinya. (yun)