Bali United
Pernah Rasakan Rivalitas Fans Sebelum Latih Bali United, Coach Teco Kini Sambut Perdamaian Suporter
Coach Teco sempat merasakan kerasnya rivalitas fans sebelum latih Bali United, kini ia pun menyambut baik adanya perdamaian suporter.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Kartika Viktriani
Pernah Rasakan Rivalitas Fans Sebelum Latih Bali United, Coach Teco Kini Sambut Perdamaian Suporter
TRIBUN – BALI.COM, BADUNG – Pasca Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 131 nyawa orang usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 lalu, perdamaian basis-basis supporter besar yang selama ini melestarikan rivalitas mulai digaungkan.
Sebelumnya rivalitas suporter di Indonesia memang tergolong cukup keras hingga maraknya terjadi kasus bentrok antar suporter.
Pelatih Bali United, Stefano Cugurra menjadi salah satu pelatih yang merasakan pertandingan dengan rivalitas tensi tinggi di dua klub di Indonesia, yakni saat bertugas di Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta.
Rivalitas antar kelompok supporter di Indonesia kerap menjadi konsumsi publik, nuansa kental rivalitas antara Persebaya Surabaya dengan Arema Malang dan Persija Jakarta dengan Persib Bandung pernah dirasakan pelatih yang akrab disapa Coach Teco itu.
Kini Coach Teco menyambut baik perdamaian antar kelompok yang memiliki rivalitas tinggi di Indonesia itu.
Menurutnya, supporter harus benar-benar berkaca dari tragedi kelam salah satu yang terparah dalam sejarah sepak bola dunia.
“Ini momentum bisa lihat positif, ada yang negatif sekali saudara kami meninggal kami sedih,'
"Tapi sekarang kami harus lihat dari secara positif dari sini kedepan ada supporter sebelum terlalu fanatik,"
"Bisa lebih dekat pasti lebih bagus buat sepak bola tidak ada masalah meninggal dunia lagi antara supporter,” kata Coach Teco kepada Tribun Bali, pada Minggu 16 Oktober 2022
“Saya pikir waktu yang bagus buat supprter lebih berteman dari rivalitas terlalu ekstrem sebelum masalah ini,"
"Sekarang ada berapa suporter sudah lebih dekat, saya pikir ini bisa juga perubahan positif di dalam sepak bola Indonesia,” pungkasnya.
Baca juga: Bali United Lewatkan Laga Krusial Saat Liga 1 Dihentikan, Teco Tak Masalah Jika Ada Revisi Jadwal
Tragedi Kanjuruhan yang mencengangkan publik bahkan dunia, menyisakan hikmah bagi rivalitas dunia supporter di Indonesia yang terlampau ekstrem.
Bukan hanya 1 atau 2 nyawa supporter yang melayang akibat fanatisme buta antar kelompok supporter di Indonesia, dari tahun ke tahun konflik antar supporter selalu mengisi lini pemberitaan.
Berbagai upaya perdamaian dari beberapa kelompok suporter ditempuh namun tak kunjung langgeng, meski di elit supporter sepakat damai namun dari kelompok supporter arus bawah masih saja mengabadikan rivalitas.
Sebut saja beberapa kelompok yang memiliki rivalitas kental di Indonesia adalah Aremania (Arema fc) dan Bonekmania (Persebaya Surabaya), The Jakmania (Persija Jakarta dan Viking (Persib Bandung) serta Pasoepati (Persis Solo) dan Brajamusti (PSIM Yogyakarta).
Masing-masing kelompok supporter tersebut memiliki akar dan latar belakang berbeda-beda dalam sejarah rivalitas abadi mereka.
Tragedi Kanjuruhan yang menjadi tragedi kelam dan terbesar kedua catatan sepak bola dunia diharapkan menjadi momentum perdamaian, akhir dari rivalitas ekstrem antar kelompok supporter.
Bukan isapan jempol belaka, hal itu sudah dimulai kelompok supporter Persis Solo, Pasoepati yang sudah memulai asa perdamaian dengan supporter PSIM Yogyakarta, Brajamusti, mereka bertemu, berkumpul dan berdoa bersama untuk tragedi Kanjuruhan dan sepak bola Indonesia.
Di Malang, sekelompok supporter Persebaya, Bonekmania juga hadir langsung ke Malang untuk mengucapkan belasungkawa dan berdoa atas Tragedi Kanjuruhan di bumi Arema.
Konflik dan rivalitas itu kini mulai berujung ke ranah cinta dan perdamaian, membuka cakrawala football for unity.
Tragedi Kanjuruhan yang merenggut nyawa 131 orang menjadi pukulan bagi pelaku industri sepak bola di Indonesia, tidak hanya Arema FC saja, tapi juga seluruh klub-klub peserta BRI Liga 1 2022/2023. (*)