Dharma Wacana

Warak Kruron,Upacara Khusus Bagi yang Pernah Alami Keguguran atau Menggugurkan Kandungan

Warak Kruron adalah upacara yang dilakukan untuk seseorang yang mengalami keguguran. Ida Rsi Bhujangga Waisnawa mengungkapkan makna upacara ini.

Penulis: Ni Luh Putu Rastiti Era Agustini | Editor: Ngurah Adi Kusuma

Kemudian upacara dilanjutkan dengan pembakaran

“Kemudian setelah itu barulah kita lakukan upacara pembakaran. Itu dibakar. Dari bakar, abunya dimasukan ke dalam nyuh gading kemudian baru dibuatkan yang disebut dengan sekah tunggal, kemudian baru diupacarakan menuju ke laut.” jelasnya.

Selain di laut, upacara juga dilaksanakan di rumah serta pekarangan.

“Kemudian upacara untuk di rumah, biasanya kita buatkan sudah upacara pebersihan rumah dan pekarangan yaitu berupa caru dan tirta pebersihan.” jelasnya.

Upacara ini bisa dilakukan secara bersamaan jika mengalami keguguran lebih dari sekali.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa menjelaskan bahwa orangtua tidak boleh main-main dalam melaksanakan upacara Warak Kruron.

 “Yang penting adalah kembali seperti yang saya katakan, buatlah upacara Warak Kruron, upacarakan, bersihkan itu, dan di samping itu kan pribadi sekarang, bertobatlah. Itu yang pribadi. Oleh sebab itu, kita di Bali itu tidak boleh main-main karena  hal-hal demikian itu kita percaya pada konsep apa yang disebut dengan suksma sarira, antahkarana sarira kemudian stula sarira dan sebagainya itu kita percaya.” jelasnya.

Beliau juga berharap adanya kesadaran dari orangtua untuk melaksanakan upacara ini.

“Dan kita juga percaya kepada karma. Oleh karena itu sering terjadi dan berapa banyak yang sudah mengadu kepada titiyang di sini bahwa setelah dia melakukan upacara, dia tadinya hancur, terbuka  jalannya, itu banyak sekali, itu yang tiyang lakukan. Sehingga kita mengharapkan kepada mereka untuk melakukan itu dalam kesadaran mereka. Jadi kita tidak memaksa mereka tapi percaya atau tidak, demikian.” katanya.

Namun begitu, orangtua yang pernah mengalami keguguran seringkali merasa malu dan menganggap keguguran tersebut menjadi aib.

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa menegaskan rasa malu itu perlu dihilangkan.

Hal tersebut bisa menjadi komitmen untuk melakukan tobat.

 “Mereka kalau mau membersihkan diri hilangkanlah malu, hilangkanlah rasa malu, jangan gengsi, karena itu salah satu komitmen kita melakukan tobat. Kalau tidak begitu kan tobatnya tidak ada, merasa malu, merasa segalanya.” pungkasnya.

Upacara Warak Kruron bisa dilakukan secepatnya, tidak ada waktu khusus untuk melakukannya.

Hal ini untuk menghindari adanya roh-roh gentayangan yang disebut butha cuil.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved