Berita Bali

Kasus Penolakan Pasien yang Berujung Kematian di Denpasar, Penyidik Periksa 23 Saksi dari Dinkes

Kasus penolakan pasien oleh dua RS di Denpasar, Penyidik telah memeriksa 23 orang saksi

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Ida Bagus Putu Mahendra
Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol. Stefanus Satake Bayu Setianto. Sebut Polda Bali telah periksa 23 saksi dalam kasus dugaan penolakan pasien - Kasus Penolakan Pasien yang Berujung Kematian di Denpasar, Penyidik Periksa 23 Saksi dari Dinkes 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kasus penolakan pasien oleh dua RS di Denpasar yang berujung kematian, masih bergulir di Polda Bali.

Penyidik mengaku telah memeriksa 23 orang saksi dalam kasus ini.

Kabid Humas Polda Bali, Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto menyebut, 23 orang saksi itu berasal dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

“Jadi yang Rumah Sakit Wangaya, sudah dilakukan pemeriksaan. Sudah ada 23 saksi yang diperiksa. Termasuk dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan Dinas Kesehatan Provinsi (Bali),” jelas Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto, Kamis 1 Desember 2022.

Baca juga: UPDATE! Kasus Penolakan Pasien di Denpasar, CCTV Akan Segera Diperiksa

Soal kabar adanya pengerusakan CCTV di area rumah sakit, Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto menegaskan, hal tersebut tidak benar.

“Terkait perusakan CCTV itu tidak ada, tidak ada perusakan CCTV,” kata dia.

Saat ini, kasus dugaan penolakan pasien sedang menunggu gelar perkara.

Dari hasil gelar perkara, akan diketahui posisi kasus, bisa ditingkatkan ke penyidikan atau dihentikan.

Kasus ini berawal, seorang wanita paruh baya meninggal dunia dalam perjalanan setelah tak mendapat pertolongan dari beberapa rumah sakit di Kota Denpasar pada Sabtu 24 September 2022 lalu.

Pasien berinisial NS (44) meninggal dunia setelah tak mendapat pertolongan dari dua rumah sakit di Kota Denpasar.

Anak dari pasien, MAP (20) menuturkan, mulanya sang ibu menderita batuk berdarah saat masih berada di rumah.

MAP kemudian membawa sang ibu menggunakan sepeda motor bersama kakaknya.

“Pas di rumah, ibu saya batuk darah dan saya sama kakak bawa ibu saya ke rumah sakit menaiki sepeda motor, bertiga,” ucap MAP.

Sesampainya di rumah sakit pertama, NS masih sadarkan diri.

MAP kemudian meminta pertolongan kepada satpam agar segera dicarikan dokter untuk mendapat penananganan.

MAP menuturkan, saat berada di rumah sakit pertama, NS tak mendapat pertolongan.

Rumah sakit tersebut berdalih, ketersediaan bed saat itu sedang penuh.

Rumah sakit tersebut kemudian merujuk untuk menuju ke rumah sakit lainnya.

MAP meminta bantuan agar diberikan pinjaman mobil ambulans.

Namun, MAP tak kunjung diberikan bantuan ambulans tersebut.

“Setelah sampai di RS pertama, ibu saya masih sadarkan diri. Sampai di sana, saya bertemu dengan satpam dan pihak satpam mencari dokter dan setelah itu dokter datang. Saya minta bantuan sangat-sangat meminta sampai ngemis, tetapi pihak di sana bilang kalau lagi penuh dan tidak ada bed. Pihak sana mengusulkan ke RS lainnya. Saya meminta tolong untuk meminjam ambulans supaya saya cepat menuju ke RS lain karena ibu saya sekarat. Tetapi pihak sana tidak memberi atau menolong ibu saya,” tutur MAP.

Sesampainya di RS kedua, ibunya kembali dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar.

MAP kembali meminta bantuan kepada RS kedua agar diberikan bantuan mobil ambulans.

Namun MAP juga tak mendapat bantuan ambulans.

“Saya berangkat ke RS kedua, dan sampai di sana, pihak sana menyuruh saya bawa ke RSUP Sanglah. Saya meminta pihak RS kedua untuk meminjamkan ambulans tapi tidak dikasih juga,” ucap MAP.

MAP menuturkan, selama perjalanan dari RS kedua menuju RSUP Prof Ngoerah, kaki ibunya yang digonceng sepeda motor sampai menyentuh aspal sehingga menderita luka karena terseret selama perjalanan.

“Saya langsung menuju ke RSUP Sanglah. Sangat sedih saya, di jalan menggonceng seorang ibu sendiri yang sangat butuh bantuan tetapi tidak diperhatikan. Sampai kaki ibu saya terseret di jalan sampai luka,” jelas MAP.

Setelah sampai di RSUP Prof Ngoerah, NS langsung mendapat pertolongan.

Namun, NS telah meninggal dunia dalam perjalanan menuju RSUP Prof Ngoerah.

Tak terima mendapatkan perlakuan dari RS pertama dan kedua, keluarga NS melaporkan kasus ini ke Polda Bali.

Kabid Humas Polda Bali, Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto membenarkan adanya laporan tersebut.

“Iya, jadi benar ada laporan itu ya. Laporan dibuat oleh keluarga korban,” ucap Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto.

Menurut Kabid Humas Polda Bali, laporan tersebut ditangani oleh Ditreskrimsus Polda Bali. (mah)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved