Piala Dunia 2022 Qatar

Pelatih Maroko Berambisi Juarai Piala Dunia 2022 Qatar, Walid: Tidak Ada yang Mustahil!

Usai pertandingan melawan Spanyol di babak 16 besar, Walid Reragui berambisi juarai Piala Dunia 2022 Qatar bersama Timnas Maroko.

Editor: Muhammad Raka Bagus Wibisono Suherman
Glyn KIRK / AFP
Para pemain Maroko melempar pelatih Maroko Walid Reragui ke udara saat mereka merayakan akhir pertandingan sepak bola babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022 antara Maroko dan Spanyol di Education City Stadium di Al-Rayyan, sebelah barat Doha. Selasa (6 Desember 2022). Glyn KIRK / AFP 

TRIBUN-BALI.COM – Setelah pertandingan melawan Spanyol di babak 16 besar, Pelatih Maroko, Walid Regragui berambisi juarai Piala Dunia 2022 Qatar bersama Singa Atlas – (julukan Timnas Maroko).

Seperti yang diketahui, Maroko berhasil melaju ke babak perempat final Piala Dunia 2022 Qatar, setelah menghempaskan Spanyol di babak adu penalti.

Sebelum adu penalti, laga yang digelar di Education City Stadium, Qatar pada, 6 Desember 2022, baik Maroko maupun Spanyol bermain imbang 0-0.

Bahkan sampai dua babak extra time pun, skor kedua tim masih bertahan 0-0 hingga pada akhirnya harus dilanjutkan melalui drama adu penalti.

Baca juga: Piala Dunia 2022 Qatar: Jelang Lawan Argentina, Kiper Belanda Beri Ancaman ke Messi

Di babak adu penalti ini, di luar ekspetasi, Spanyol harus takluk 3-0 atas Maroko, setelah tiga penendang pertama La Furia Roja – (julukan Timnas Spanyol) berhasil ditepis oleh Kiper Sing Atlas, Yassine Bounou.

Atas hasil tersebut, Maroko berhak melaju ke babak perempat final Piala Dunia 2022 Qatar untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.

Sebagian besar dari 44.000 penonton meledak ekspresinya setelah bek Maroko Achraf Hakimi memastikan kemenangan dengan tendangan penalti panenka.

Warga Maroko turun ke jalan-jalan di Casablanca, Rabat, Marrakesh, dan hampir setiap ibu kota di Eropa Barat untuk merayakannya.

Baca juga: Belanda Vs Argentina, Lionel Messi Akan Reuni Dengan Empat Pemain Ini di 8 Besar Piala Dunia 2022

Bahkan Raja Mohamed VI bergabung dengan massa yang bergembira.

Setelah tim menari, berpelukan, dan menangis di ruang ganti, pelatih Walid Regragui membuat pernyataan yang sangat penting dalam konferensi pers pasca-pertandingan.

"Pada titik tertentu di Afrika, kami harus berambisi dan mengapa tidak memenangi Piala Dunia, meski itu akan sulit," katanya, dikutip dari BBC pada Kamis, 8 Desember 2022.

Deklarasi tersebut merupakan tanda perubahan paradigma dalam pendekatan negara-negara Afrika ke Piala Dunia, dan itu diucapkan Walid Regragui yang mewakili perubahan pola pikir di pembinaan Afrika.

Dia tidak hanya menancapkan pengaruhnya di benua itu, menghabiskan bertahun-tahun melatih sepak bola domestik di Maroko, tetapi juga bagian dari kelas Lisensi Caf Pro perdana tahun 2018--kelompok pelatih pertama yang mendapatkan diploma kepelatihan tertinggi sepak bola di benua Afrika.

Dia mewakili semua yang khas sepak bola Afrika: Muda, kompeten, kosmopolitan, tak kenal takut, dan berjiwa pan-Afrika.

Aliou Cisse dari Senegal, Djamel Belmadi dari Aljazair, Radhi Jaidi dari Tunisia, dan Benni McCarthy dari Afrika Selatan adalah contoh lain dari prototipe pelatih Afrika yang baru.

Baca juga: Menakar Skenario Final Piala Dunia 2022: Argentina vs Portugal Pembuktian Messi Lawan Ronaldo

Tapi apakah Walid Regragui benar? Haruskah Afrika yakin bisa juara Piala Dunia?

Pada November 2022, presiden federasi sepak bola Kamerun Samuel Eto'o mengharapkan Kamerun mengalahkan Maroko di laga puncak Piala Dunia, dalam final sesama Afrika.

Dia langsung diejek secara online, kebanyakan oleh rekan senegaranya sendiri, tetapi pernyataannya menimbulkan tanggapan yang berbeda dari jurnalis BBC Maher Mezahi, yang membangkitkan rasa ingin tahunya.

"Apa yang membuat tim Afrika tak biasa juara Piala Dunia di tahun-tahun sebelumnya?" Mezahi bertanya pada dirinya sendiri.

Awalnya dimulai dengan penjajahan benua.

Realitanya adalah selama tujuh Piala Dunia yang berlangsung dari 1930 hingga 1962, Mesir pada 1934 adalah satu-satunya wakil benua Afrika.

Alasannya sebagian karena penjajahan brutal di Afrika oleh negara-negara Eropa Barat, dan sebagian karena mantan bos-bos FIFA yang menolak memberi Afrika tiket otomatis di Piala Dunia, bahkan untuk negara-negara yang telah memperoleh kemerdekaan.

Baca juga: Kiprah Timnas Brasil di Piala Dunia 2022: Tembus Perempat Final dan Torehkan Sejarah Ini

Pada 1966, benua Afrika memboikot Piala Dunia di Inggris untuk menuntut FIFA jaminan tempat di turnamen tersebut, yang kemudian diamankan pada 1970.

Selama tiga dekade berikutnya, tim-tim Afrika membuat kejutan besar termasuk Aljazair mengalahkan Jerman Barat, Maroko mengalahkan Portugal, dan Kamerun mengalahkan Argentina.

Meskipun demikian, FIFA hanya memberi negara-negara Afrika dua slot pada 1982, tiga pada 1994, dan lima pada 1998.

Jadi, salah satu alasan Afrika belum juara Piala Dunia adalah karena jarang berpartisipasi.

Hadiah uang dari partisipasi di Piala Dunia saja bisa disuntikkan ke sepak bola akar rumput di seluruh Afrika, yang secara signifikan dapat meningkatkan kualitas permainan.

Hampir satu abad setelah Piala Dunia perdana diselenggarakan di Uruguay, Afrika akhirnya akan diberikan jumlah yang lebih adil yaitu 9,5 negara pada 2026.

Piala Dunia 2022 juga menunjukkan bahwa hak menjadi tuan rumah bisa sangat berpengaruh.

Baca juga: Hansi Flick Dituding Menjadi Biang Kerok Tersingkirnya Jerman di Piala Dunia 2022: Pilih Kasih!

Korea Selatan mencapai semifinal pada 2002 ketika menjadi tuan rumah bersama Jepang, sedangkan Ghana hanya berjarak satu tendangan penalti dari semifinal pada 2010 di Piala Dunia pertama di Afrika.

Lalu, apakah tim Afrika dan Asia hanya bisa tampil apik saat benuanya menjadi tuan rumah? Piala Dunia 2022 menunjukkan bahwa jawabannya mungkin tidak.

Tiga tim Asia lolos ke fase gugur 2022, dan Piala Dunia Qatar sejauh ini merupakan turnamen paling sukses untuk negara-negara Afrika.

Sekitar 24 poin kumulatif dari 15 pertandingan penyisihan grup mereka memecahkan rekor sebelumnya yaitu 15 poin di Piala Dunia 2002.

Kamerun menjadi negara Afrika pertama yang mengalahkan Brasil di Piala Dunia, Tunisia mencetak kemenangan atas juara bertahan Perancis, dan Maroko menjadi negara Afrika pertama yang juara grup.

Menyaksikan kerumunan pendukung Arab Saudi, Maroko, dan Tunisia menyemangati tim mereka menuju kemenangan bersejarah menarik disaksikan.

Baca juga: Kalahkan Spanyol di Babak 16 Besar Piala Dunia 2022 Qatar, Hakimi Kembali Jadi Sorotan

Kemudian, jika Maroko dapat mewujudkan impian Walid Regragui menjuarai Piala Dunia, tentunya bisa menjadi pelipur lara atas kekecewaan di masa lalu.

Mengingat betapa kokohnya perrtahanan dan bagusnya kiper Yassine Bono, Maroko akan selalu memiliki peluang di Piala Dunia 2022.

Tinggal 270 menit tersisa di Piala Dunia 2022, apakah Maroko dapat mengangkat trofi di akhir turnamen?

Tentunya hanya waktu serta performa dari semua pemain dan pelatih Maroko yang dapat menjawabnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Bisakah Tim Afrika Juara Piala Dunia?

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved