Berita Bali

Tragedi Pembantaian G30S-PKI di Gianyar, Anggota PKI Pilih Akhiri Hidup Usai Lihat Temannya Tewas

Seperti diketahui bahwa tragedi berdarah yang terjadi kala itu, adalah pembantaian terhadap WNI yang dicap sebagai bagian dari PKI.

Tribun Bali/Prima
Ilustrasi mayat - Wayan S mengatakan, dalam peristiwa itu, buyutnya tidak tewas dengan cara dibantai. Namun dia memilih meminum zat beracun, karena lelah bersembunyi. Pilihan itu dilakukan setelah buyutnya mengetahui temannya dihabisi saat sedang makan bersama anak-anaknya. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Presiden Jokowi, mengakui secara resmi terjadinya berbagai peristiwa pelanggaran HAM berat di masa lalu.

Pernyataan itu diucapkan Presiden Jokowi, setelah menerima laporan akhir Tim Pelaksana Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat Masa Lalu (PPHAM) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 11 Januari 2023.

Peristiwa 1965-1966, adalah salah satu peristiwa pelanggaran HAM berat tersebut.

Seperti diketahui bahwa tragedi berdarah yang terjadi kala itu, adalah pembantaian terhadap WNI yang dicap sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca juga: Jadi Saksi Hidup Pembantaian 1965-1966, Guru Besar Bagus Wirawan Bercerita, Simak Ulasannya

Baca juga: Presiden Jokowi Akui Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu, Korban Semanggi I Sebut Pencitraan!

Presiden Jokowi, mengakui secara resmi terjadinya berbagai peristiwa pelanggaran HAM berat di masa lalu.

Pernyataan itu diucapkan Presiden Jokowi, setelah menerima laporan akhir Tim Pelaksana Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat Masa Lalu (PPHAM) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 11 Januari 2023.
Presiden Jokowi, mengakui secara resmi terjadinya berbagai peristiwa pelanggaran HAM berat di masa lalu. Pernyataan itu diucapkan Presiden Jokowi, setelah menerima laporan akhir Tim Pelaksana Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat Masa Lalu (PPHAM) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 11 Januari 2023. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

 

Warga di Kabupaten Gianyar sendiri pun, cukup banyak yang menjadi korban pembantaian.

Seorang cicit PKI, Wayan S yang enggan disebut identitasnya turut memberi keterangan.

Saat ditemui, Kamis 12 Januari 2023, ia mengatakan pada peristiwa 1965-1966, buyutnya dulu merupakan salah satu pimpinan PKI di salah satu kecamatan di Kabupaten Gianyar.

Menurut cerita neneknya, sebelum peristiwa pembantaian itu, aktivitas buyutnya sama seperti masyarakat umum.

Berbaur dengan semua masyarakat, termasuk juga dengan anggota partai PNI.

"Sekarang kan image PKI itu tidak beragama.

Tapi buyut saya biasa bersembahyang layaknya krama banjar.

Kehidupan PKI dan PNI akur.

Hubungan keduanya pecah, setelah ada kabar dari Jakarta akan ada pembantaian PKI," ujarnya.

 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved