Gempa Turki
PMI Bali Supini Meninggal Akibat Gempa Turki, Keluarga Sempat Dapat Firasat, Didatangi dalam Mimpi
Ni Wayan Supini meninggal dunia akibat gempa bumi dasyat berskala 7,8 SR di Turki, kerabat bermimpi didatangi Supini sambil menangis
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA – Gempa besar berskala 7,8 SR mengguncang Turki pada 6 Februari 2023.
Gempa tersebut menewaskan banyak orang, termasuk beberapa Warga Negara Indonesia (WNI).
Salah satunya adalah Ni Wayan Supini (44) asal Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali.
Ni Wayan Supini merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai terapis spa profesional di Diyarbakir, salah-satu wilayah di Turki yang terdampak parah gempa.
Baca juga: Terapis Spa Asal Klungkung Jadi Korban Gempa di Turki, Supini Video Call Anak Sebelum Musibah
Apartemen tempat Ni Wayan Supini tinggal, yakni Galeria Residence, hancur total akibat digoyang gempa.
Suasana duka menyelimuti kediaman I Nyoman Ranten (50) di Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Minggu 19 Februari 2023.
Pria tersebut berusaha tegar walau istrinya Ni Wayan Supini meninggal dunia akibat gempa bumi dasyat berskala 7,8 SR di Turki.
Setelah mendapat kabar dari kerabat bahwa terjadi gempa besar di Turki pada 6 Februari 2023, Ranten berusaha menghubungi istrinya.
Namun, berulangkali upaya Ranten menghubungi istrinya via telepon dan pesan WA serta messenger, tak mendapat respon.
Meskipun demikian, Ranten terus berusaha mencari informasi tentang keberadaan istrinya.
Ranten mulai curiga ada sesuatu yang buruk menimpa istrinya setelah beberapa kerabatnya bercerita bahwa mereka bermimpi ada giginya yang tanggal.
Ada juga kerabat lain yang bermimpi didatangi Supini sambil menangis.
"Ada firasat-firasat seperti itu, sementara istri belum ada kabar keadaannya. Saya tentu perhatikan juga kondisi anak-anak. Kemudian saya sampaikan ke mereka bahwa apapun berita yang kita dapat nanti tentang keadaan ibu, kita harus tabah menerimanya," ungkap Ranten.
Sebelum bekerja di Turki, Ni Wayan Supini dan I Nyoman Ranten merupakan pekerja pariwisata di kawasan Kuta.
Pandemi Covid-19 membuat keduanya harus pulang kampung ke Klungkung karena industri pariwisata sedang sepi saat itu.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.