Berita Buleleng

Tradisi Sejak 1835, Desa Adat Buleleng Gelar Upacara Mapepada Jelang Nyepi

Tradisi Sejak 1835, Desa Adat Buleleng Gelar Upacara Mapepada Jelang Nyepi

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Fenty Lilian Ariani
Ratu Ayu Astri Desiani
Masyarakat Desa Adat Buleleng saat menggelar Upacara Mapepada, Senin (20/3) 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Serangkaian hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945, masyarakat di Desa Adat Buleleng menggelar upacara Mapepada di Pura Desa Adat Buleleng, Senin (20/3).

Upacara Mapepada ini merupakan tradisi yang digelar Desa Adat Buleleng sejak 1835 silam, untuk mensucikan hewan-hewan yang akan dipersembahkan dalam Upacara Tawur Kesanga, yang dilaksanakan pada Selasa (21/3). 

Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, hewan yang disucikan dalam upacara Mapepada ini berupa kerbau, anak sapi, ayam, angsa, anjing hingga kambing.

Upacara ini dipuput oleh Ida Pandita Mpu Dharma Jaya Nada Kusuma dari Griya Stiti Santi Mutiara. 

Setelah disucikan, pada Selasa (21/3) hewan-hewan itu akan digunakan sebagai sarana pecaruan dalam Upacara Tawur Kesanga yang dilaksanakan di  Catus Pata.

Dikatakan Sutrisna, Upacara Tawur Kesanga di Buleleng memang dipusatkan di catus pata (perempatan) Desa Adat Buleleng. Sebab berdasarkan lontar, catus pata milik Desa Adat Buleleng berada di depan puri dan pasar.

"Jadi menurut lontar, catus pata Desa Adat Buleleng paling tepat. Sehingga Upacara Tawur Kesanga di Buleleng dipusatkan di catus pata Desa Adat Buleleng," terangnya. 

Sementara terkait jalur pengarakan ogoh-ogoh ditambahkan Sutrisna telah dibagi dua.

Dimana untuk wilayah dajan setra seperti Kelurahan Banjar Petak, Peguyangan, Kampung Anyar, Kampung Baru dan Kaliuntu dipusatkan di depan Taman Kota Singaraja.

Ogoh-ogoh kemudian diarak menuju ke Jalan Diponegoro, Gajah Mada dan berakhir di Setra Desa Adat Buleleng

Sementara untuk wilayah dajan setra terdiri dari Kelurahan Penataran, Delod Peken, Banjar Paketan, Bale Agung, Liligundi dan Banjar Tegal dipusatkan di depan SMPN 6 Singaraja.

Ogoh-ogoh selanjutnya diarak menuju Jalan Veteran, Gajah Mada dan berakhir pula di Setra Desa Adat Buleleng

"Dari dua wilayah itu, masing-masing hanya ada satu ogoh-ogoh yang dibakar. Sementara yang lainnya dipralina dengan tirta, biar api pembakarannya tidak terlalu besar," tandasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved