Serda MHF

Update Kasus Kematian Serda MHF, Ada Bekas Cambukan Hingga Lebam, Keluarga Minta Otopsi Ulang

Kasus kematian Serda MHF dinilai janggal oleh pihak keluarga karena adanya bekas cambukan hingga lebam di sekujur tubuh

ist
ilustrasi - Update Kasus Kematian Serda MHF, Ada Bekas Cambukan Hingga Lebam, Keluarga Minta Otopsi Ulang 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kasus kematian Serda MHF dinilai janggal oleh pihak keluarga karena adanya bekas cambukan hingga lebam di sekujur tubuh.

Pihak keluarga Serda MHF meminta pihak penyidik melakukan otopsi ulang karena ada kemungkinan tekanan dari senior yang diduga menjadi alasan korban melakukan aksi bunuh diri.

Keluarga korban juga meminta penyelidikan ulang karena pihak keluarga tidak yakin soal aksi bunuh diri melainkan karena adanya aksi pembunuhan.

Seperti diketahui, Serda MHF (20) ditemukan tewas dalam keadaan gantung diri di sekitar asrama Yon Arhanud 16/Makassar pada Jumat (14/4/2023).

Baca juga: Panglima TNI: Tak Ada Humanis untuk KKB Papua, Saat Disenggol Naluri Tempur Prajurit Harus Muncul

Korban sempat shalat jumat Juru bicara keluarga korban, Muhib Ali mengatakan, pihak keluarga mengetahui informasi korban meninggal dari Danton Yon Arhanud 16/Makassar yang menghubungi lewat sambungan telepon.

Berdasarkan keterangan dari pihak batalyon, korban sempat melakukan ibadah salat Jumat dan menghilang sekitar pukul 14.00 Wita.

 Jasad korban kemudian ditemukan tergantung di sekitar asrama pada pukul 15.00 Wita.

Pihak keluarga tidak 100 persen percaya dengan penjelasan pihak batalyon karena menemukan sejumlah kejanggalan pada jasad korban.

"Setelah dilakukan pembukaan peti, diduga ada bekas lebam atau luka fisik hasil kekerasan," paparnya, Sabtu (15/4/2023).

Muhib Ali mengungkapkan pihak keluarga telah meminta jasad korban diotopsi ulang.

Baca juga: Usai RSUD Buleleng Alami Kelangkaan Anti Bisa Ular, Pusat Langsung Gelontorkan 30 Vial ABU

Sebelum korban meninggal, pihak keluarga berulang kali mendapat curhatan dari korban yang sudah tidak ingin melanjutkan dinasnya.

"Mengapa otopsi ulang, karena ada kronologi sebelumnya yang bermula dari chat antara almarhum dengan keluarga," jelasnya.

Tekanan yang dirasakan korban sudah sejak lama dan diduga berasal dari senior.

"Menyampaikan kondisi sangat tertekan ada tindakan senioritas. Ada chat almarhum ke keluarga yang menyatakan sangat tertekan secara psikis dan kekerasan fisik," sambungnya.

Selain meminta melakukan autopsi ulang, pihak keluarga juga akan melaporkan kasus ini.

"Karena yang bersangkutan merupakan anggota aktif TNI makanya kita langsung lapor ke DENPOM dulu," tandasnya.

Baca juga: FINAL, Mahfud MD: RUU Perampasan Aset Ditandatangani Presiden Jokowi Setelah Lebaran

Sementara itu, seorang kerabat korban, Ayu mengungkap sejumlah luka yang ditemukan di jasad korban seperti luka robek di bibir, hidung mengeluarkan darah, dagu hingga rahang memar dan bengkak.

Selain itu ada juga tulang rusuk kiri lebam cekung ke dalam diduga patah, bawah ketiak kanan bengkak, betis memar dan bagian belakang terlihat luka robek seperti bekas cambukan.

"Belakangnya entah dicambuk pakai besi, kayu atau apalah. Yang jelas seperti tercongkel."

"Di leher hanya sedikit bekas jeratan. Jadi apa iya benar ponakan saya gantung diri?" tandasnya.

Ayu juga menjelaskan pihak keluarga telah berkomunikasi dengan dokter forensik di Makassar dan membenarkan adanya kejanggalan.

"Katanya entah pas sudah sekarat baru dijerat, atau sudah meninggal baru digantung. Kami tidak tahu yang mana benar," tuturnya.

Kini jasad korban telah dimakamkan di pemakaman Muslim Desa Perjiwa, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara pada Minggu (16/4/2023) pukul 11.00 Wita.

Sosok Serda MHF

Kerabat korban, Serda Pandu Akbar mengatakan, korban adalah teman seangkatannya dan masuk pendidikan TNI pada tahun 2021.

Serda MFH adalah lulusan Bintara Prajurit Karier (PK) 29 Gunung Kupang, Komando Daerah Militer VI Mulawarman ( Kodam VI/MLW), Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

"Kami masuk 2021 dan pelantikan pada 2022. Almarhum ditugaskan di Arhanud (Makassar), saya di Armed Jembayan Tenggarong," ungkapnya, Minggu (16/4/2023), dikutip dari TribunKaltim.com.

Menurut Serda Pandu Akbar, korban merupakan sosok yang gigih dan pantang menyerah.

Dalam masa pendidikan, korban tidak pernah mengeluh meski mengalami sakit dan selalu mengikuti kegiatan.

"Sesakit apapun dia selalu paksa untuk ikut kegiatan. Dia gigih, pantang menyerah," tuturnya.

Ia mengaku masih aktif berkomunikasi dengan korban melalui aplikasi chat dan membuat rencana untuk bertemu teman-teman seangkatan.

"Tapi dia mau nunggu kami yang baru cuti tanggal 17 April. Kami mengiyakan. Tapi dia pulang hanya tinggal nama," lanjutnya.

Meski tidak sempat bertemu lagi dengan korban, Serda Pandu Akbar mengaku bahagia dapat mengantarkan korban ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Selamat jalan dan tenang di alam sana saudara kami Serda MHF. Semoga kejadian ini yang terakhir," tandasnya. (*)

 

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Serda MHF Ditemukan Tewas Gantung Diri di Asrama, Keluarga Curiga karena Ada Luka Lebam dan Bekas Cambukan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved