Berita Karangasem

Berita Duka Prof Dr AA Gde Putra Agung Berpulang, Bali Kehilangan Sosok Sejarawan

Berita duka, Prof Dr AA Gde Putra Agung berpulang, Bali kehilangan sosok sejarawan.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribun Bali/Saiful Rohim
Anak Agung Ayu Dewi Girindrawardani, anak ke 2 Alm. Prof. Dr. AA Gde Putra Agung, berdiri disamping foto mendiang, pada Jumat 18 Mei 2023. 

AMLAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Bumi Lahar berduka.

Anak Raja ke - 9 Kerajaan Karangasem, Prof. Dr. Anak Agung Gde Putra Agung (88), menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis 18 Mei 2023 sekitar pukul 04.16 WITA.

Beliau mninggal dunia saat dirawat di Wings Internasional, Rumah Sakit (RS) Sanglah, Denpasar, Bali.

Beliau merupakan putra ke - 9 dari 10 bersaudara Raja Karangasem, Ida AA. Agung Anglurah Ketut Karangasem dari permaisurinya I Dewa Ayu Mayun dari Sidemen.

Pria kelahiran tanggal 3  September 1935  mmiliki 3 anak, 4 cucu, dan seorang cicit.

Beliau meninggal setelah didiagnosa mengalami infeksi paru -paru.

Sebelum meninggal beliau merupakan dosen dan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, sebagai pendiri Fakultas Sastra Sejarah.

Beliau juga pernah menjabat sebagai Kepala Prodi Jurusan Sejarah dan menjabat Wakil Dekan III.

Selain itu, beliau juga mengajar di UNHI dan Penasehat SEKAR (Sekeha Karangasem) di Denpasar.

Baca juga: BERITA DUKA! Penyusun Kalender Bali I Gede Marayana Tutup Usia

Anak Agung  Ayu Dewi Girindrawardani, anak ke 2 Prof. Dr. AA Gde Putra Agung, mengatakan, kepergian sang ayah terjadi dalam waktu singkat.

Awalnya hanya merasakan flu, panas, batuk, dan agak sesak.

Sempat hendak dibawa ke RS, akan tetapi yang bersangkutan menolak.

Akhirnya dicari home care untk proses pengobatan.

"Biar dapat  pengobatan maksimal, akhirnya kita bawa ke Wings Internasional, RS Sanglah tanggal 17 Mei. Awalnya ayah saya menolak  berobat  ke RS. Setelah diyakinkan akhirnya bersangkutan menerima. Kondisi beliau drop pukul 24.00 WITA. Meninggal 18 Mei 2023, pukul 04.16 WITA," kata AA. Ayu Dewi, pada Jumat 19 Mei 2023.

Ditemui di Puri Agung Karangasem, istri dari AA. Made Kosalya, menceritakan perjuangan ayahnya.

Mendiang adalah seorang akademisi yang  berjuang untuk memajukan Bangsa dan Bali khususnya.

Banyak karyanya yang hingga kini dijadikan rujukan oleh banyak orang.

Beliau sering menulis, meneliti, serta menjadi pembicara.

Semasa hidup, sepenuhnya dicurahkan untuk dunia  pendidikan.

Baginya, kata Gung Dewi, pendidikan adalah pengabdian terhormat.

Sejak duduk di bangku SD hingga akhir hayatnya, beliau tidak mau melepaskannya.

Mengajar, berdiskusi, meneliti, serta menulis adalah kegiatan yang tak boleh dikesampingkan.

"Beliau menempuh pendidikan dasarnya di Karangasem. Setelah tamat SD, beliau memilih mlanjutkan studi ke Kota Yogyakarta hingga kuliah. Tamat S1 beliaunya meengajar di Udayana. Lalu  melanjutkan S2 dan S3 ke Yogyakarta. Waktunya kebanyakan habis di Yogyakarta," imbuh Gung Dewi, spaan akrabnya.

Tak hanya sampai disitu.

Beliau juga menyempatkan untuk berdiskusi saat kumpul dengan keluarga.

Minimal keluarga tahu serta mengerti sesuatu yang tidak diketahuinya.

"Setelah diskusi biasanya beliau membaca buku, dan surat kabar. Kadang menonton berita," tambah Gung Dewi, wanita yang juga dosen di Udayana.

"Beliau panutan bagi kami. Sering mengajarkan pada anak - anak dan cucunya untuk tetap toleran, moderat, dan tidak membeda - bedakan. Beliau juga menghargai siapapun. Welcome," akuinya.

Selain bergelut di dunia akademis, beliau juga memiliki hobby yang sering dilaksanakan saat libur.

Yakni travelling serta wisata kuliner.

Banyak daerah yang telah dikunjunginya hanya untuk mengetahui nilai sejarahnya.

Yang paling sering dikunjunginya yakni Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Yogjakarta.

"Yogyakarta menjadi kota favoritnya. Makanya  beliau sering  berkunjung. Maklum beliau tinggal di Kota Yogyakarta sejak masih SMP hingga Kuliah. Beliau juga sering wisata kuliner. Makanan favorit bebek manis,"imbuh AA. Ayu Dewi.

Dari rapat keluarga besar Puri Agung Kaarangasem yang dihadiri oleh Bagawanta Ida Pedanda Gede Putra Tamu dari Geria Jungutan Bungaya selaju penasehat spiritualnya.

Akhirnya diputuskan tanggal 30 Juni 2023 akan digelar upacara pelebonnya.

Acara digelar sesuai tradisi digelar di Pura Karangasem

Upacara Munggah Tumpang Salu (Upacara untuk munggah ke Semanggen ) akan dilaksanakan pada 27 Juni 2023.

Dan untuk Upacara selanjutnya ketingkat yang lebih tinggi yaitu Upacara Melihia Lajur rencananya digelar 13 November 2023.

Pelaksanaan Upacara Meligia Lajur masih memerlukan pembahasan.

Mantan Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharma Wijaya Mantra, turut menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian Prof Dr Anak Agung Gede Putra Agung.

“Beliau merupakan dosen kami angkatan pertama magister ilmu agama & kebudayaan Unhi Denpasar. Kami turut berduka cita atas berpulangnya Guru Besar kami, dumogi Amor Ing Acintya, nyujur sunia loka,” tulis Rai Mantra di akun Instagram-nya, pada Jumat 19 Mei 2023.

Di mata Rai Mantra, mendiang merupakan sosok seorang sejarawan, penulis buku -buku bermutu, jurnal serta peneliti bereputasi internasional dan guru besar yang rendah hati.

Anak Agung Gede Putra Agung lahir di Puri Agung Karangasem pada 3 September 1937 sebagai putra Raja Kerajaan Karangasem Anak Agung Agung Anglurah Ktut Karangasem, sedangkan ibunya adalah salah satu Permaisuri Raja yang bernama  I Dewa Ayu Mayun.

Anak Agung Gede Putra Agung menyelesaikan studi tingkat sarjananya di Fakultas Sastra, jurusan Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada pada tahun 1974 serta menyelesaikan Studi Pasca Sarjananya dalam Program Studi Humaniora Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun 1983.

“Beliau juga pernah melakukan penelitian di Algemeen Rijkarchief di Den Haag dan Perpustakaan Rijkuniversitiet Leiden Belanda pada tahun 1986 di bawah bimbingan sejarawan Dr Henk Schulte Nordholt dan sekaligus memperdalam pengetahuan dan masalah birokrasi dari Prof Dr H. Sutherland ahli sejarah dari Vrije Universitiet Amsterdam,” tulis Rai Mantra.

Selama melakukan penelitian di Negeri Belanda, almarhum tinggal di rumah Prof. Dr. H. I. R. Hinzler yang juga banyak membantu penelitiannya di Perpustakaan Rijkuniversitiet Leiden.

“Penelitian beliau di Negeri Belanda dimungkinkan berkat adanya kerjasama dan biaya dari The Programme of Indonesia Studies (PRIS) Leiden, dengan ketua pengarah program di Belanda adalah Prof. Dr. A. Teeuw.”

“Dalam kerjasama Indonesia-Belanda untuk pengembangan Studi Indonesia yang Ketua pengarahnya di Indonesia adalah Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar dan Prof Dr. Sartono Kartodhirdjo yang kemudian hari menjadi promotor utama dalam disertasinya. Dan masih banyak lagi riwayat keilmuan beliau." tutupnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved