Sponsored Content
Waspada Rabies Pada Anak
Dinas Kesehatan Bali mencatat jumlah kasus rabies tertinggi pada 2022. Tercatat ada 690 kasus rabies di Pulau Dewata
TRIBUN-BALI.COM - Waspada Rabies Pada Anak oleh dr. Ni Putu Anggita Medyantari. Dinas Kesehatan Bali mencatat jumlah kasus rabies tertinggi pada 2022.
Tercatat ada 690 kasus rabies di Pulau Dewata sepanjang tahun lalu, dimana 22 orang meninggal karena rabies.
Akhir-akhir ini beredar kabar di sosial media terdapat 2 kasus rabies di Bali hingga menimbulkan kematian pada anak.
Kasus kematian terjadi karena keterlambatan penderita gigitan hewan penular rabies ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan tatalaksana kasus gigitan hewan penular rabies.
Menurut Badan Kesehatan Dunia/WHO pada tahun 2021, angka kematian akibat rabies yang sebenarnya dapat lebih besar dari data yang terlaporkan karena under-reporting, terutama kematian pada anak usia 5-14 tahun.
Hal ini tentu menjadi perhatian bagi kita semua terutama orang tua untuk waspada terhadap rabies agar tidak terjadi keterlambatan penanganan khususnya pada anak.
Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia yang disebabkan oleh virus rabies.
Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017, cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan, cakaran atau jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies.
Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa namun tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh.
Di dunia sebanyak 99 persen kematian akibat rabies disebabkan oleh gigitan anjing.
Di Indonesia, hewan yang dapat menjadi sumber penularan utama adalah anjing, sekitar 98 persen dari seluruh penderita rabies tertular melalui gigitan anjing.
Rabies bisa bersifat fatal bagi siapapun yang terkena virusnya, terutama anak-anak.
Rabies pada beberapa kasus berlangsung sangat panjang yaitu sekitar 20-90 hari setelah digigit, sehingga penyakit ini digolongkan ke dalam penyakit slow virus, yang artinya setelah seseorang tergigit oleh tersangka rabies, gejala rabies belum langsung muncul.
Masa inkubasi rabies sangat bervariasi yaitu 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia/WHO pada tahun 2007 disebutkan bahwa masa inkubasi rata-rata adalah 30-90 hari. Adapun perbedaan masa inkubasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a) Jenis virus rabies
b) Jumlah virus yang masuk
c) Kedalaman luka gigitan, semakin dalam luka gigitan kemungkinan virus rabies mencapai sistem saraf semakin besar.
d) Lokasi luka gigitan, semakin dekat jarak luka gigitan dengan otak, maka gejala klinis akan lebih cepat muncul.
e) Banyaknya persarafan di wilayah luka gigitan
f) Imunitas dari penderita
Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan tahun 2016, virus rabies berjalan melalui sistem saraf, sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum muncul gejala klinis rabies.
Gejala klinis yang dapat timbul pada manusia terbagi menjadi beberapa stadium, yaitu:
a. Tahap Prodromal
Pada tahap awal gejala yang timbul adalah demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan,sulit tidur/insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan dan sering ditemukan nyeri.
b. Tahap Sensoris
Pada tahap ini sering ditemukan rasa kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan, cemas dan reaksi berlebih terhadap rangsang sentuhan.
c. Tahap Eksitasi
Penderita mengalami berbagai macam gangguan saraf, penderita tampak bingung, gelisah, tampak ketakutan disertai perubahan perilaku menjadi agresif, serta adanya bermacam-macam fobia yaitu hidrofobia (takut air), aerofobia (takut udara), fotofobia (takut cahaya). Hidrofobia merupakan gejala khas penyakit rabies.
Selain itu akan muncul gejala lain seperti kaku otot, berkeringat, mengelurkan banyak air liur. Setelah beberapa hari pasien meninggal karena henti jantung dan pernafasan.
Dari seluruh penderita rabies sebanyak 80 persen akan mengalami tahap eksitasi dan lamanya sakit untuk tahap ini adalah 7 hari dengan rata-rata 5 hari.
d. Tahap Paralisis
Tahap ini ditandai dengan kelumpuhan otot secara bertahap dimulai dari bagian bekas luka gigitan/cakaran.
Penurunan kesadaran berkembang perlahan dan akhirnya mati karena kelumpuhan otot pernafasan dan jantung.
Pada pasien dengan gejala kelumpuhan ini sering tidak terlaporkan.
Melihat keparahan gejala yang muncul akibat virus rabies, diperlukan pengetahuan masyarakat terutama orang tua mengenai pencegahan penularan rabies, sehingga diharapkan penanganan yang diberikan tidak terlambat.
Hal utama dan sangat penting dilakukan setelah tergigit oleh hewan tersangka rabies adalah pencucian luka.
Pencucian luka dilakukan sesegera mungkin dengan sabun dibawah air mengalir selama kurang lebih 15 menit.
Pencucian luka tidak menggunakan peralatan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan luka baru dimana virus akan semakin masuk ke dalam.
Pencucian luka dapat dilakukan oleh penderita atau keluarga.
Penderita kemudian diberikan antiseptic untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan.
Antiseptik yang dapat diberikan diantaranya povidon iodine, alkohol 70 persen, dan zat antiseptik lainnya.
Setelah itu penderita segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit yang menjadi Rabies Center untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya seperti mendapatkan vaksin anti rabies dan serum anti rabies sesuai dengan indikasi dari tenaga medis dengan mempertimbangkan kondisi hewan pada saat pajanan terjadi, hasil observasi hewan, hasil pemeriksaan laboratorium spesimen otak hewan, serta kondisi luka yang ditimbulkan.
Walaupun penanganan yang tanggap terhadap gigitan hewan bisa mengontrol infeksi rabies sebelum menyebar ke otak dan menimbulkan gejala serius bahkan kematian, hal terpenting adalah mengetahui cara mencegah rabies sebelum terlambat.
Maka dari itu khususnya orang tua dapat melakukan pencegahan seperti mengajarkan anak untuk tidak mendekati dan mengganggu hewan liar yang mereka temukan di jalanan.
Untuk menghindari hewan liar berada di area rumah, orang tua bisa memastikan bahwa sampah-sampah rumah tangga tertutup sempurna dalam tong sampah.
Selain itu, apabila berencana untuk mengadopsi anjing atau kucing yang ditemukan di jalan, pastikan hewan tersebut diberi vaksinasi dahulu dengan vaksin rabies agar tidak membawa virus ke dalam rumah.(*)