Longsor Timpa Rumah di Karangasem

Ketut Tunas Tewas Tertimbun, Cucunya Masih Hilang Akibat Longsor di Karangasem

Rumah pasangan suami istri I Ketut Tunas dan Ni Nyoman Ririg di Banjar Ngis Kaler, Desa Tribuana, Abang, Karangasem, hancur diterjang longsor

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Istimewa
Warga dan Tim SAR melakukan pencarian orang hilang pasca sebuah rumah tertimbun longsor di Desa Tribuana, Karangasem, Bali, Jumat 7 Juli 2023. 

TRIBUN-BALI.COM, KARANGASEM - Rumah pasangan suami istri I Ketut Tunas dan Ni Nyoman Ririg hancur diterjang longsor, Kamis (6/7) tengah malam.

Bangunan semi permanen di lereng bukit di Banjar Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang dihuni I Ketut Tunas, Ni Nyoman Ririg, dan cucunya Komang Aditya.


Akibat kejadian, semua penghuni rumah tertimbun material longsoran.

Baca juga: Cuaca Ekstrem, BPBD Bali Catat 78 Kejadian Bencana Alam, 1 Orang Meninggal Dunia di Karangasem

Beberapa saat kemudian Nyoman Ririg ditemukan selamat dengan kondisi patah kaki serta dilarikan ke RSUD Karangasem.

Sedangkan Ketut Tunas ditemukan, Jumat (7/7) pagi dalam keadaan meninggal dunia. Sementara cucunya I Komang Aditya tertimbun dan hingga tadi malam belum ditemukan.


I Kadek Yasa, warga Banjar Dinas Ngis, mengatakan, tidak ada yang melihat kejadian nahas itu karena kondisi yang gelap.

Baca juga: Longsor di Desa Tribuana Karangasem Bali, Warga dan Petugas Lakukan Pencarian Korban Secara Manual

Ditambah, jarak dari lokasi kejadian menuju permukiman warga lumayan jauh. Kondisinya cukup terjal, serta banyak semak dan pepohonan. Untuk sampai ke lokasi, masyarakat harus berjalan kaki.


"Pagi hari warga sudah menemukan longsor. Warga memukul kulkul bulus. Akhirnya masyarakat berdatangan ke lokasi. Setelah itu warga berdatangan membantu mengevakuasi korban longsor," kata Kadek Yasa, Jumat (7/7).


Kejadiannya diperkirakan lumayan cepat, sehingga korban tak sempat menghindar. Apalagi hujan di lokasi kejadian cukup lama, dengan intensitas cukup lebat.

Baca juga: Tim SAR Masih Cari 1 Korban Tanah Longsor di Desa Tribuana Karangasem, 1 Orang Ditemukan Meninggal

Diperkirakan penghuni tak bisa menyelamatkan diri karena usia sudah tua. Jalan menuju lokasi kejadian tertutup longsoran serta akses sulit.


Info di lokasi kejadian, warga sekitar sempat mendengar suara gemuruh. Hanya saja masyarakat tak berani memastikan dan mengecek karena saat itu hujan cukup lebat dan suasana cukup mencekam.

Baca juga: BREAKING NEWS: Tanah Longsor Timpa Rumah di Desa Tribuana Karangasem, Dua Orang Hilang

"Katanya masyarakat sempat dengar suara gemuruh saat malam hari," kata seorang warga yang tidak menyebut nama.


Kabid Kedaruratan dan Logistik, BPBD Karangasem, Putu Eka Tirtana, mengatakan, longsor menghantam satu unit rumah. Tim gabungan dari Basarnas, BPBD Karangasem, TNI, kepolisian, dan masyarakat sekitar mencari korban yang masih tertimbun.

"Ada tiga yang tertimbun. Satu orang dalam pencarian," kata Eka.


Tim gabungan bersama masyarakat mencarian secara manual memakai cangkul, sekop, dan alat lainnya. Petugas tak bisa menggunakan alat berat karena akses jalan ke lokasi terjal, hanya bisa dilalui pejalan kaki.

"Masih proses pencarian. Kita pakai peralatan manual. Semua warga membantu," kata Eka, sore kemarin.


Kendala yang dihadapi petugas gabungan dan masyarakat di lapangan saat mengevakuasi yakni cuaca tidak bersahabat. Sampai berita ditulis, hujan masih mengguyur lokasi kejadian. Kondisi tanah juga labil karena masih hujan.

Potensi longsor masih ada karena kondisi tanahnya labil dan rawan.


"Makanya petugas harus hati-hati saat pencarian karena kondisi tanah labil. Apalagi hingga kini di lokasi kejadian masih hujan," kata Eka.


Hujan yang beberapa hari mengguyur Bali menyebabkan berbagai kejadian bencana alam di beberapa lokasi kabupaten.

Di Klungkung, bangunan Bale Piasan di Pura Dadia Arya Dauh di Banjar Gerombong, Desa Sulang rata dengan tanah, Jumat (7/7). Hal ini karena hujan disertai angin kencang yang mengguyur Kabupaten Klungkung.


Tanah tempat pura kuno itu berada terus digerus aliran Sungai Unda yang meningkat debitnya karena hujan deras di hulu.

"Pura di Banjar Gerombang Desa Sulang (Pura Dadia Arya Dauh), tanahnya kembali terseret aliran Sungai Unda dan diterpa angin kencang sehingga mengakibatkan bangunan roboh," ujar Perbekel Desa Sulang, Wayan Sukasna, Jumat.


Di Badung, tanah longsor yang dipicu hujan lebat terjadi di Banjar Bantas, Desa Sibang Gede, Abiansemal, Jumat. Pohon di sana tergerus dan tumbang hingga menutupi jalan.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung I Ketut Murdika mengatakan, tim siaga bencana dari Desa Sibang Kaja melaporkan kejadian itu sekitar pukul 07.35 Wita. Tim pun bergerak untuk langsung membersihkan.


Jalan Raya Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal banjir, Jumat siang. Banjir yang terjadi di jalan utama itu karena hujan deras yang mengguyur Badung sejak Kamis malam.

Kadek Mastika, warga Blahkiuh mengaku hujan lebat terjadi terjadi sejak Kamis malam. Hal itu pun membuat debit air besar hingga meluap ke jalan.


Di Tabanan, pohon tumbang terjadi di depan Sekolah Mapindo, BTN Sanggulan Desa Banjar Anyar Kecamatan Kediri. Pohon tumbang ini menimpa mobil Avanza, Kamis (6/7) pukul 19.15 Wita.

Kapolsek Kediri, Kompol Ni Luh Komang Sri Subakti mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun mobil Avanza hitam milik Hengki Hutrisa rusak tertimpa pohon tumbang. Kerugian sekitar Rp5 juta.


Selain pohon tumbang, juga terjadi banjir di Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar Kecamatan Kediri. Setidaknya ada beberapa perumahan yang terendam banjir, seperti di Perumahan Griya Multi Jadi dan BCA Pesona Jadi.


Di perumahan Griya Multi Jadi, sebuah rumah ambruk karena bencana banjir. Kemudian, mobil hanyut dan barang warga ikut hanyut.

Ketinggian air menurut warga 6-80 cm. Selain di Sanggulan, kejadian juga ada di beberapa wilayah, seperti di Banjar Gerang/Pasekan Desa Dajan Peken dan di Banjar Tuakilang Desa Denbatas Kecamatan Tabanan.


Di Banjar Gerang mobil hanyut karena luapan air sungai. Tanah longsor terjadi di Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, sehingga pagar rumah milik Made Darma sepanjang 20 meter roboh.

Di Banjar Tatag, Desa Kukuh tanah longsor mengakibatkan senderan dan pagar rumah I Nyoman Mawa roboh sepanjang 20 meter.


Bencana alam juga menimpa warung milik I Made Dwi Amerta di Banjar Gunungsiku, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga. Tanah longsor mengakibatkan warung tersebut tertimpa longsoran tanah sepanjang 8 meter dan ketinggian sekitar 4 meter.

Kerugian materiil yang dialami diperkirakan Rp 55 juta.


Di Banjar Bugbugan, Desa Marga Dajan Puri pohon rambutan tumbang menimpa pos kamling dan atap rumah. Di Banjar Kuwum Anyar, Desa Kuwum tiang listrik PLN tumbang.

Di SMAN 1 Marga tembok pagar sekolah roboh sepanjang 25 meter. Di banjar Gereseh, Desa Payangan, pohon cempaka tumbang menimpa rumah dan pelinggih. Kerugian Rp 10 juta.


DI Jembrana, ada 9 titik peristiwa bencana alam yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. Diantaranya 6 titik lokasi banjir yang menyebabkan rumah warga tergenang dan 3 titik lokasi pohon tumbang. Saat ini, tim sedang melakukan penanganan lebih lanjut.

Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra menyebutkan, banjir terjadi di wilayah STIT Desa Kaliakah, di jalan Sahadewa Kelurahan Banjar Tengah, di Jalan Ngurah Rai sekitar depan Pom Bensin kota sampai depan Pasar Umum Negara menyebabkan arus lalu lintas terhambat.


Banjir terjadi di Lingkungan Awen Kelurahan Lelateng menyebabkan 4 rumah tergenang dan terisolir. Banjir juga di Desa Pengambengan, di Jalan Sudirman depan Kantor PN Jembrana.


Pohon tumbang terjadi di jalan Pulau Irian wilayah Desa Budeng, Jalan Denpasar Gilimanuk wilayah Desa Banyubiru Depan MIN 5 Negara serta pohon tumbang di Banjar Munduk Kemoning Desa Dangin Tukadaya.


Kapolres Jembrana, AKBP I Dewa Gde Juliana mengatakan, jalur utama Denpasar-Gilimanuk tepatnya di Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, Jembrana terpaksa dialihkan sementara karena aliran sungai yang jadi perbatasan Desa Pangyangan-Gumbrih meluap. Sejumlah kendaraan dilaporkan terjebak.


Cuaca ekstrem juga mengakibatkan puluhan perahu nelayan di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana tenggelam, Jumat.

Warga Banjar Pebuahan, Yanto (44) mengatakan, terjangan gelombang tinggi membuat warga Pebuahan harap-harap cemas hingga pasrah mengingat beberapa perahu juga sudah lenyap terbawa arus. 


BPBD Catat 78 Kejadian


CUACA ekstrem kembali menerpa Bali sejak beberapa hari belakangan. Hujan dengan intensitas yang cukup tinggi menerpa sejumlah kabupaten/kota di Bali hingga menyebabkan tanah longsor, pohon tumbang, hingga rumah warga yang jebol.


Kepala Pelaksana BPBD Bali, Made Rentin dalam rilis yang diterima Tribun Bali menyebutkan, hingga Jumat (7/7) pukul 17.00 Wita pihaknya mencatat setidaknya ada 78 kejadian di kabupaten/kota se-Bali.


78 kejadian tersebut terdiri dari pohon tumbang di 31 titik, banjir di 12 titik, tanah longsor di 29 titik, bangunan jebol di 4 titik, jalan jebol di 1 titik, dan 1 orang hanyut dan berhasil selamat.


Sementara itu, kejadian terbanyak berada di Kabupaten Gianyar dengan total 28 kejadian yang terdiri dari 16 titik pohon tumbang, 11 titik tanah longsor, dan 1 orang hanyut. Kemudian di Kabupaten Badung terjadi 19 kejadian yang terdiri dari 6 titik tanah longsor, 8 titik pohon tumbang, 2 titik banjir, dan 3 bangunan roboh.


Kemudian di Kabupaten Bangli terjadi 15 kejadian yang terdiri dari 3 titik pohon tumbang, 10 titik tanah longsor, 1 bangunan roboh, dan 1 jalan jebol.


BPBD Bali juga mendata adanya 1 orang meninggal dunia, I Ketut Tunas akibat tanah longsor di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Karangasem.


Atas kejadian tersebut, 3 orang atas nama Ni Nyoman Ririg, I Komang Aditya, dan I Ketut Tunas menjadi korban. Ni Nyoman Ririg berhasil selamat namun mengalami patah kaki dan telah dilarikan ke RSUD Karangasem.


Personel SAR Karangasem terus melakukan pencarian dan berhasil menemukan I Ketut Tunas, namun dalam kondisi telah meninggal dunia. Sementara itu, hingga Jumat pukul 18.50 Wita, I Komang Aditya belum ditemukan.

“Masih belum ditemukan. Tadi kondisi hujan dan tanah semakin labil. Ops SAR dilanjutkan besok (hari ini, Red),” jata Humas Basarnas Bali, Ayu Wijayanti. (mah/sar)


BMKG: Gelombang 6 Meter di Bali


BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini potensi tinggi gelombang laut di jalur lintas di Bali yang diperkirakan mencapai 6 meter hingga Minggu (9/7).


"Kami mengimbau agar selalu memperhatikan informasi BMKG, terutama peringatan dini cuaca," kata Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Kamis (6/7).


Berdasarkan pantauan BMKG, jalur penyeberangan yang diperkirakan memiliki tinggi gelombang laut hingga enam meter adalah Selat Bali bagian selatan, Selat Badung bagian selatan, dan Selat Lombok bagian selatan. Angin diperkirakan bergerak dari arah timur-tenggara dengan kecepatan hingga 20 knot (37 km) per jam.


Selain itu, perairan selatan Bali yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia juga diperkirakan memiliki ketinggian gelombang laut hingga 6 meter.


Kecepatan angin di wilayah tersebut lebih kuat yang diperkirakan mencapai 25 knot (46 km) per jam bergerak dari arah timur-tenggara. Sedangkan Laut Bali dan Selat Bali bagian utara diperkirakan memiliki tinggi gelombang laut hingga 2,5 meter.


Selat Bali merupakan jalur lintas Bali-Jawa dan Selat Lombok merupakan jalur lintas Bali-Lombok dan merupakan jalur pelayaran dari Bali ke sejumlah kota di Indonesia bagian timur. Sedangkan Selat Badung merupakan jalur penyeberangan dari Sanur ke kawasan Nusa Penida, Klungkung dan merupakan kawasan wisata bahari.


Di kawasan wisata bahari juga berdampak, yakni di perairan wisata Nusa Dua, ketinggian gelombang laut diperkirakan mencapai 4 meter. Sedangkan di kawasan wisata Kuta diperkirakan mencapai 3 meter, sedangkan di Sanur dan Tanah Lot Tabanan diperkirakan mencapai 2,5 meter.


Menurut BMKG, kondisi angin dan gelombang laut yang berisiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran, menurut BMKG adalah kapal penangkap ikan yang kecepatan anginnya lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.

Kapal tongkang saat kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, kapal ferry saat kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.


Beredar pesan di media sosial bahwa cuaca dingin di Indonesia belakangan ini terjadi karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion.

Dijelaskan bahwa saat berada di titik Aphelion, cuaca di bumi akan cenderung lebih dingin dibanding periode lainnya.


Informasi tersebut tersebar dengan sangat cepat dan cukup meresahkan masyarakat.


Dari keterangan resmi BMKG yang diterima Tribun Bali, Jumat (7/7) disebutkan, fenomena Aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

Sementara itu kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode bulan Juli tidak terkait dengan fenomena Aphelion.


Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.


Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September). Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau.


Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.


Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.


Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar, sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin, terutama pada malam hari.


Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved