Berita Internasional

Cegah Abrasi, QNET Tanam Ribuan Pohon Bakau di Pesisir Bali, Kampanye Plastic Free July di Mesir

QNET bermitra dengan yayasan lingkungan perintis Mesir, VeryNile, membuang lebih dari 5.000 kilogram sampah plastik dari perairan

Istimewa
Kampanye Plastic Free July yang dilakukan oleh QNET dan VeryNile di Mesir - Cegah Abrasi, QNET Tanam Ribuan Pohon Bakau di Pesisir Bali, Kampanye Plastic Free July di Mesir 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepedulian QNET terhadap isu lingkungan terus bergulir, belum lama mereka menamam ribuan pohon bakau di pesisir Bali, kali ini menyasar wilayah negara Mesir melakukan kampanye Plastic Free July.

Penanaman ribuan pohon bakau di Bali bertujuan untuk mencegah abrasi dan menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan di daerah pesisir.

Sedangkan di Mesir dan negara lain pihaknya gencar melakukan kampanye Green Legacy Program.

QNET perusahaan penjualan langsung yang berfokus pada gaya hidup dan kesehatan global itu menggandeng yayasan VeryNile.

Baca juga: Tukar Sampah Plastik di Buleleng Bali, Dapat Satu Ekor Ayam Untuk Galungan

Mereka membersihkan dan melindungi saluran air penting Sungai Nil sebagai bagian dari komitmennya untuk menegakkan nilai-nilai berkelanjutan.

CEO QNET, Malou Caluza, menjelaskan inisiatif bersama ini mendukung mata pencaharian masyarakat lokal dan sejalan dengan gerakan global Plastic Free July,

"Kampanye pengurangan plastik tersebut berhasil menghentikan sekitar 300 juta kilogram plastik mencemari lingkungan setiap tahun," kata Malou kepada Tribun Bali, Kamis 4 Agustus 2023.

QNET bermitra dengan yayasan lingkungan perintis Mesir, VeryNile, membuang lebih dari 5.000 kilogram sampah plastik dari perairan di sekitar Pulau Qursaya.

Inisiatif VeryNile berfokus pada Pulau Qursaya, tempat sungai kuno mengalir di antara kota metropolitan modern Giza dan Kairo.

Sekitar 250 keluarga dari latar belakang berpenghasilan rendah tinggal dan bekerja di sini, menjaga tradisi memancing di Sungai Nil yang telah berusia berabad-abad tetap hidup.

Namun, peningkatan polusi mengancam kekayaan warisan sungai terpanjang di dunia dan banyak mata pencaharian yang didukungnya.

"Sampai-sampai Sungai Nil menjadi salah satu sungai teratas yang menyumbang 90 persen sampah plastik yang masuk ke lautan dunia saat ini," ungkapnya.

Salah satu masalah paling mendesak yang dihadapi dunia saat ini adalah kantong plastik dan botol.

Produk-produk ini biasanya hanya digunakan sekali dan kemudian dibuang.

"Mereka berakhir di daerah seperti Sungai Nil, di mana mereka rusak, menjadi partikel kecil yang mencemari air, mengancam satwa liar, dan memengaruhi kesehatan masyarakat di sepanjang sungai," jabarnya.

Malou Caluza menambahkan bahwa kemitraan kami dengan VeryNile membawa perhatian publik yang sangat dibutuhkan terhadap ancaman serius polusi plastik di Sungai Nil yang telah menjadi jalur kehidupan Mesir sejak zaman Firaun dan merupakan sumber 97 persen airnya.

“Sejak didirikan 25 tahun lalu, QNET telah mempelopori berbagai inisiatif lingkungan, seperti Green Legacy Program, yang secara aktif melindungi alam dengan menanam pohon yang membantu memperbaiki ekosistem lokal yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat," ujarnya.

Menurut Laporan Dampak 2022 dari Plastic Free Foundation, partisipasi dari bisnis dan organisasi lokal seperti QNET dan VeryNile dalam Plastic Free July berdampak pada lingkungan lebih dari sekadar peningkatan kesadaran akan polusi plastik di kalangan masyarakat.

Dari 140 juta orang yang berpartisipasi dalam Plastic Free July pada tahun 2022, lebih dari 88 persen peserta telah membuat setidaknya satu perubahan permanen dalam perilaku konsumsi plastik mereka, seperti memilih menggunakan botol yang dapat digunakan kembali dan menerapkan praktik daur ulang di rumah mereka.

VeryNile didirikan pada tahun 2018 sebagai inisiatif yang berfokus pada penciptaan sarana berkelanjutan untuk membersihkan dan mengurangi polusi air di Sungai Nil.

Plastik kemudian didaur ulang dan diubah menjadi bahan mentah yang dapat diubah oleh perempuan yang tinggal di sepanjang Sungai Nil menjadi kerajinan tangan dan produk gaya hidup yang dapat digunakan, menyediakan saluran ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat.

"Kami senang melihat semakin banyak perusahaan di Mesir yang mengambil tindakan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak polusi plastik dan lingkungan," kata Pendiri VeryNile, Alban de Ménonville.

Sejak mulai tahun 2019, VeryNile telah mengumpulkan lebih dari 21.500 kilogram dari Sungai Nil.

"Saya ingin berterima kasih kepada QNET karena telah membantu misi kami menjaga Sungai Nil bebas plastik dan mendukung komunitas Pulau Qursaya setempat," bebernya.

QNET memiliki sejarah panjang dalam mengadvokasi kehidupan berkelanjutan melalui produk dan bisnisnya.

Selain itu, QNET juga melarang penggunaan plastik sekali pakai di semua kantor, acara, dan konvensinya dan berkomitmen untuk sepenuhnya bebas plastik pada tahun 2025.

Melalui kemitraan strategis dengan organisasi garis depan seperti VeryNile, QNET membuat perbedaan di komunitas seperti Qursaya dan banyak lainnya di seluruh dunia. (*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved