Perang Palestina Vs Israel
Wilayah Perang Israel-Hamas Berpotensi Meluas usai Warga Sipil Diperintahkan Tinggalkan Selatan Gaza
Wilayah perang antara Israel-Hamas berpotensi melebar usai Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan area selatan Gaza.
TRIBUN-BALI.COM, YERUSALEM - Wilayah perang antara Israel-Hamas berpotensi melebar usai Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan area selatan Gaza.
Adapun pihak Israel memerintahkan warga sipil di empat dibagian selatan Jalur Gaza untuk pergi pada Kamis 16 November 2023.
Akibatnya, hal ini pun meningkatkan kekhawatiran jika perang Israel-Hamas dapat meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya dianggap aman.
Melansir dari Reuters via Kompas.com, diketahui bagian utara di Palestina merupakan daerah yang dikuasi oleh Hamas.
Pihak Israel mengatakan jika militernya masih berada di rumah sakit yang terbesar di Gaza, Al Shifa.
Baca juga: MER-C Ungkap 3 Relawan asal Indonesia yang Sempat Hilang Kontak di Jalur Gaza Palestina Selamat
Lebih lanjut, pihak Israel kini tidak merinci soal operasai mereka sejak hari sebelum saat mereka memasuki fasiltan tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, Reuters pun tidak dapat memverifikasi terkait hal yang terjadi di Al Shifa pada Kamis pagi usai kontak dengan para dokter di dalamnya pada Rabu 15 November 2023.
Selebaran yang dijatuhkan semalam dari pesawat terbang meminta warga sipil untuk meninggalkan kota Bani Shuhaila, Khuzaa, Abassan dan Qarara, di tepi timur Khan Younis, kota utama di bagian selatan.
Kota-kota tersebut, yang secara kolektif dihuni oleh lebih dari 100.000 orang di masa damai, kini menampung puluhan ribu orang lainnya yang mengungsi dari daerah lain.
"Tindakan kelompo Hamas mengharuskan pasukan pertahanan untuk bertindak melawan mereka di daerah tempat tinggal Anda," kata selebaran itu. "Demi keselamatan Anda, Anda harus segera meninggalkan tempat tinggal Anda dan pergi ke tempat penampungan yang telah diketahui."
Warga mengatakan daerah itu dibombardir dengan bom semalaman.
Israel telah memerintahkan evakuasi seluruh bagian utara Gaza sebelum mengirimkan pasukan daratnya pada akhir Oktober lalu.
Iring-iringan panjang orang-orang yang hanya membawa sedikit harta benda telah berjalan ke selatan setiap hari di bawah pengawasan tentara Israel selama "jeda taktis" selama enam jam untuk mengizinkan warga pergi.
Baca juga: Disergap Tentara Israel, Ratusan Mayat Berserakan di Halaman RS Al-Shifa, Kini Dikubur Massal
PBB mengatakan sekitar dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza telah kehilangan tempat tinggal, sebagian besar dari mereka berlindung di kota-kota di selatan, sejak Israel mulai melakukan pembalasan terhadap Hamas atas serangan mematikan di kota-kota Israel selatan.
Hamas menerobos pagar pembatas di sekitar Gaza pada tanggal 7 Oktober dalam sebuah serangan yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang dalam hari paling mematikan dalam sejarahnya.
Sekitar 240 sandera diseret kembali ke Gaza.
Iran Tak Ikut Perang Lawan Israel
Di sisi lain, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameni mengatakan jika pihaknya tidak akan ikut berperang melawan Israel dalam konflik di Gaza, Palestina.
Ia pun mengatakan jika pihaknya telah berbicara dengan Ketua Hamas, Ismail Haniyeh.
Pihak Iran beralasan jika tdiak bergabungnya dalam perang melawan Israel lantaran Teheran tidak mendapatkan pemberitahuan soal serangan pada 7 Oktober 2023 kemarin.
Dalam laporan yang mengutip tiga pejabat senior, Reuters mengatakan Khamenei telah mengatakan kepada Haniyeh bahwa meskipun Iran akan menawarkan dukungan politik kepada Hamas, negaranya tidak akan mengintervensi secara langsung perjuangan tersebut.
Pemimpin Iran itu juga dilaporkan meminta Haniyeh untuk membungkam suara-suara di Hamas yang menyerukan Iran dan kelompok proksinya, Hizbullah, untuk langsung bergabung dalam perang melawan Israel dengan kekuatan penuh.
Baca juga: Isi Lengkap Fatwa MUI yang Melarang Beli Produk Israel: Hukumnya Haram
Laporan itu mengatakan Hizbullah juga terkejut dengan serangan tersebut.
“Kami terbangun karena adanya perang,” kata seorang komandan kelompok Lebanon yang tidak disebutkan namanya.
Perang meletus ketika Hamas menyerbu dari Gaza ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan paling mematikan dalam sejarah negara Yahudi tersebut.
Israel kemudian melancarkan serangan udara dan darat, bersumpah untuk melenyapkan militer dan kelompok itu tersebut di Jalur Gaza, tempat mereka berkuasa sejak 2007.
Sejak konflik dimulai, telah terjadi serangkaian serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah, serta baku tembak hampir setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon antara Hezbollah dan IDF.
Namun Hizbullah menahan diri untuk tidak meluncurkan kampanye besar-besaran, dan Israel juga telah berusaha untuk mengambil tindakan tegas, merespons dengan senjata yang signifikan terhadap serangan dan percobaan serangan.
Pertempuran terus-menerus di sepanjang perbatasan telah mengakibatkan tiga kematian warga sipil di pihak Israel, serta kematian enam tentara IDF.
Di pihak Lebanon, hampir 100 orang tewas.
Korban jiwa tersebut mencakup setidaknya 74 anggota Hizbullah, delapan anggota kelompok Palestina, sejumlah warga sipil, dan satu jurnalis Reuters.
Sementara itu, pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menembakkan beberapa rudal ke Israel namun berhasil dicegat di Laut Merah atau meleset dari sasarannya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Khamenei Tegaskan Iran Tak Akan Ikut Perang Lawan Israel di Gaza, Sesuai Prediksi Rusia? dan di Kompas.com dengan judul Israel Perintahkan Warga Sipil Tinggalkan Selatan Gaza, Area Perang Berpotensi Melebar.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.