Berita Gianyar
Pentas di Gianyar, Teater Api Pentaskan Keruntuhan Monarki Lahirkan Dinasti Modern
Pentas di Gianyar, Teater Api Pentaskan Keruntuhan Monarki Lahirkan Dinasti Modern
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - "Dinasti tidak akan pernah mati karena runtuhnya abad kerajaan. Dia akan bermetamorfosis dan mewujud menjadi dinasti-dinasti baru pada industri-industri kapitalis, praktik-praktik kekuasaan negara dengan pemerintahannya yang konspiratif dan bar-bar," demikianlah sekelumit potongan narasi dalam pagelaran pertunjukan yang digelar Teater Api Indonesia, dengan tajuk Dinasti Bulldog, yang digelar di Geria Olah Kreativitas Seni (Geoks) Singapadu, Gianyar, Bali, Kamis 30 November 2023.
Di atas pentas, visual diawali properti seng yang dibawa pemain, kemudian batang-batang lidi, Dinasti Bulldog mengungkap masalah runtuhnya era kerajaan kelompok keluarga kerajaan yang berkuasa tunggal, berganti menjadi pemerintahan modern.
Namun di era industrialisasi dengan ekonomi kapitalisme, secara tak disadari telah melahirkan dinasti dengan wajah baru yang melakukan penguasaan di bidang politik maupun ekonomi negara hingga saat ini.
Sutradara Teater Api Indonesia, Luhur Kayungga menegaskan, pentas ini sama sekali tidak mengarahkan penonton pada wacana politik dinasti yang belakangan santer menjadi pembicaraan masyarakat.
“Kami tidak ingin memasuki arus besar politik, namun saat kami mengkaji ulang naskah Mesin Hamlet karya Heiner Muller, yang mengungkap runtuhnya era monarkhi atau kerajaan, hingga beralih ke era industrialisasi, dan persoalan-persoalan yang muncul kemudian, memunculkan pemikiran bahwa persoalan dinasti ini menjadi persoalan yang abadi,” ujarnya.
Namun ini, kata dia, bermetamorfosis menjadi bentuk-bentuk lain dalam dunia industri dan juga penyelenggaraan negara, meskipun dalam bentuk negara yang republik atau demokratis sekalipun.
Dalam konteks negeri ini pun, kata dia, tak berbeda. "Bagaimana mewacanakan terkait dinasti ini, seberapa besar persoalan dinasti ini benar-benar menjadi persoalan di negeri ini. Dengan kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam demokrasi dan kemasyarakatan, menjadi pertanyaan yang perlu untuk dijawab masyarakat itu sendiri," ujarnya.
Pimpinan Teater Api Indonesia, M. Soleh mengatakan, pentas Dinasti Bulldog ini adalah pentas pertama di usia Teater Api Indonesia yang sudah menginjak usia ke 30.
“Teater Api indonesia sudah melewati usia 30 tahun. Kami berproses, berdiskusi, berlatih, bersinggungan dengan banyak wacana, menggelar puluhan pertunjukkan. Dan sekarang kami di sini untuk kembali menampilkan pertunjukkan teater di Cak Durasim,” ucap Soleh.
Di usia 30 tahun ini, kata dia, teater yang lahir di Surabaya ini menemukan diri dalam konsep Teater Tubuh, yang menitikberatkan laku teater dalam bentuk eksplorasi tubuh.
Baca juga: Viral! Pria Asal Canggu Roboh dan Meninggal Dunia di Lapangan Mini Soccer di Denpasar
“Dalam konsep ini, kami kembali kepada tubuh. berinteraksi dengan alam, menyikapi semua persoalan, hingga mencipta sebuah gagasan, kami berangkat dari tubuh dan kembali ke tubuh,” tuturnya.
Di usianya yang sudah tak muda lagi, Teater Api indonesia masih melanggengkan kebiasaanya, yakni pentas keliling. Soleh mengungkapkan, Teater Api sudah pernah menggelar pentas teater di berbagai kota, mulai Solo, Bandung, Makassar, Palu, Bali, hingga ke Mataram. “Akhir bulan November ini, setelah pentas di Cak Durasim Surabaya, kami akan menggelar pertunjukan di Geoks Arts Space Bali, kemudian beberapa kota lagi di berbagai provinsi di Indonesia," ujar Soleh. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.