Siyat Yeh Festival Air Suwat Kesembilan, Meneduhkan Panas Iklim dan Panas Hati

TRIBUN-BALI.COM - Mendung yang menyelimuti langit perlahan menghilang. Suara kukul berbunyi tepat pukul 14.00 Wita. Warga berdatangan menuju catus pata Desa Adat Suwat, Gianyar. 

Suara kukul ini jadi penanda ritual awal tahun segera dimulai. Ritual penyucian bernama Siat Yeh serangkaian Festival Air Suwat yang kesembilan. Puncak acara berlangsung Senin (1/1/2024). 

Festival kali ini mengusung tema The Power of Water. Tema yang diangkat untuk memaknai secara mendalam esensi air yang memiliki kekuatan luar biasa, menyejukkan di tahun-tahun yang panas.

Belakangan ini, cuaca begitu terasa panas karena anomali iklim El Nino.

Musim yang tak seperti biasanya, terik matahari bahkan embusan udara pun serasa bikin gerah.

Dampaknya sampai pada krisis pangan terutama padi.

Belum lagi panas hati karena intensitas sengit kontestasi politik jelang Pilpres 2024 hingga Pileg 2024.

Siyat Yeh memberi makna menyejukkan diri dari panas iklim dan panas hati.

Baca juga: SADIS, Wanita Asal Bali Dimutilasi Jadi 10 Bagian, Diduga Jengkel Karena Tak Ikut Pulang ke Malang

Mengajak warga tetap tenang dan rukun merespons hiruk pikuk di luar sana. 

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, siat yeh kali ini diawali dengan bagi-bagi uang.

Lembaran uang beragam pecahan total senilai jutaan rupiah dilemparkan ke udara.

Peserta siat yeh pun berebut. Berbagai perangai terlihat dalam momen-momen ini. 

Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya mengatakan, bagi-bagi uang ini sebagai simbol pembagian kesejahteraan.

Ia meminta agar uang ini tidak dibelanjakan namun disimpan. 

"Ini pica (anugerah), jangan dilihat dari nominalnya. Saya minta uang ini tidak dibelanjakan tapi dilinggihkan (diletakkan di tempat yang suci) supaya rezeki kita berlipat," ujar Sudibya di antara kerumunan warga.