Kemacetan Parah di Bali

Kemacetan di Bali, Pengamat Pariwisata Anom: Wisatawan Tidak Akan Mau Lagi Berkunjung

Pengamat Pariwisata mengatakan, belum terurainya kemacetan khususnya di Bali Selatan akan beresiko pada berkurangnya jumlah repeater

|
Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
Ilustrasi kemacetan - Kemacetan di Bali, Pengamat Pariwisata Anom: Wisatawan Tidak Akan Mau Lagi Berkunjung 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Macet dijalur pariwisata Bali bukan hanya terjadi saat libur Libur Tahun Baru 2024 lalu.

Buktinya setelah Shortcut Canggu-Tibubeneng sudah dibuka, namun penumpukan kendaraan masih saja terjadi.

Bahkan arus lalulintas yang padat itu pun masih terlihat, bahkan sempat diabadikan oleh sejumlah pengendara.

Padahal Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Badung, sudah menerapkan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) di shortcut Canggu-Tibubeneng, Kuta Utara sejak dibukanya Shortcut itu pada Rabu, 10 Januari 2024 lalu.

Masih melekat di benak masyarakat kemacetan di jalur pariwisata ini juga sempat menjadi perbincangan publik dan viral di media sosial.

Baca juga: MACET! 50 Ribu Pengunjung Datang ke Pesta Rakyat Gemoy dan Santuy Prabowo-Gibran

Selain macet, perosalan sampah juga hingga kini belum menemukan penyelesaian.

Kondisi ini telah menjadi kekhawatiran jauh sebelumnya.

Jika masalah macet dan sampah tidak segera ditangani akan memberikan citra buruk bagi pariwisata Bali.

Terlebih akan membuat keengganan wisatawan berkunjung ke Bali (atau repeater).

Pengamat Pariwisata Prof. Dr. Drs. I Putu Anom, B.Sc., M.Par mengatakan, belum terurainya kemacetan khususnya di Bali Selatan akan beresiko pada berkurangnya jumlah repeater atau kunjungan kembali oleh wisatawan.

“Wisatawan tidak akan mau lagi berkunjung untuk kedua kalinya. Karena macet itu buat tidak nyaman. Kondisi ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Terlebih di Bali Selatan yang infrastruktur sudah tidak memadai dengan jumlah penduduk dan pemukiman yang padat. Ditambah kunjungan wisatawan yang menumpuk di wilayan tersebut,” kata Anom pada Sabtu 13 Januari 2024.

Lebih lanjutnya ia mengatakan meski underpass sudah dibangun di dua titik, saat ini menurutnya belum bisa membantu.

Dia pun mengusulkan tambahan underpass pada perempatan Jalan Kampus Unud yang lalulintas selalu krodit.

“Karena ke wilayah tersebut kan banyak juga resort-resort di sana, ada Pandawa, Desa Kutuh, Pecatu dan lain sebagainya. Itu padat, oleh karena itu perlu dikaji di perempatan trafic light perempatan Unud ke Nusa Dua bisa dibangun underpass untuk mengurai kemacetan,” imbuhnya.

Di sisi lain, persoalan sampah juga menjadi momok menakutkan bagi citra pariwisata Bali.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved