Pria Obesitas di Gianyar

SOSOK Bombom Dikenal Toleran dan Periang oleh Temannya, Pria Berbobot 210 Kg Tak Pernah Dibully

Mendiang Bombom Dikenal Toleran dan Periang oleh Temannya, Pria Berbobot 210 Kg Tak Pernah Dibully

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Kartika Viktriani
Kolase Instagram / @goes_bombom / Istimewa
Kolase foto - Bombom atau I Putu Bagus Trisna Hadibrata (34) saat melangsungkan pernikahan bersama sang istri Ayu Pariati (kiri) dan Bombom berfoto bersama sang istri sebelum meninggal dunia pada Sabtu 3 Februari 2024 malam (kanan) - Mendiang Bombom Dikenal Toleran dan Periang oleh Temannya, Pria Berbobot 210 Kg Tak Pernah Dibully 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Sosok mendiang I Putu Bagus Trisna Hadibrata (34) alias Bombom, selama hidupnya dikenal memiliki banyak teman.

Sebab ia suka bergaul, dan nongkrong di kawasan Kota Gianyar meskipun ia berasal dari Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Gianyar, Bali.

Meskipun memiliki bobot lebih dari 200 kilogram, Bombom tidak pernah menjadi bahan bully atau perundungan.

Malahan Bombom sangat dihargai dalam lingkungan pergaulannya. Sebab ia memiliki sifat-sifat darmawan, yakni toleran terhadap teman, suka menghibur dan sangat ramah.

Bahkan ia juga selalu ikut  'megebagan' atau melayat jika ada acara duka di rumah teman-temannya meskipun lain banjar maupun lain kepercayaan.

Seorang teman mendiang, I Kadek Agus Arimbawa asal Banjar Sangging, Kelurahan/Kecamatan Gianyar mengatakan ia sangat kehilangan sosok Bombom.

"Orangnya baik, suka melucu dia memiliki toleransi tinggi. Saat ada teman punya acara duka, pasti dia datang," ujar Gus Arimbawa sapaannya.

Gus Arimbawa menuturkan bahwa ia sendiri memeluk agama Kong Hu Chu.

 

Kata dia, setiap ada acara di Konco, mendiang Bombom selalu datang meramaikan acara.

"Warga keturunan China di Gianyar tentu kehilangan. Karena dia sering datang setiap ada acara di Konco," ujarnya.

Disebutkan bahwa sejak kecil, mendiang Bombom besarnya di Kota Gianyar.

Baca juga: Kisah Bombom Pria Obesitas yang Meninggal di Gianyar Bali, Kedua Orang Tua Sudah Lama Tiada

Sebab dulu, orangtuanya memiliki studio foto di Kota Gianyar.

Bahkan dulu, Arimbawa sering mengajak mendiang bermain basket untuk menurunkan berat badannya.

Namun yang bersangkutan lebih suka menggeluti bidang musik.

"Dia piawai main gitar melodi, bukan hanya vocalnya saja yang bagus," ujar Arimbawa. 

Terkait pola makan, Arimbawa mengatakan tidak ada makanan khusus yang digemari.

Namun ia melihat selama ini mendiang suka makan dengan porsi berlebih.

"Cara makannya biasa saja, dia makan sedikit-sedikit, sangat menikmati setiap kunyahan. Tapi porsinya yang banyak, biasanya dua piring mie," ujarnya.

Saking dekatnya dengan mendiang Bombom, Arimbawa pun mengetahui bagaimana mendiang memperoleh pakaian.

Kata Arimbawa, mendiang tak membeli pakaian, tapi yang dibeli adalah kain, lalu dibawanya ke tukang jahit untuk dijadikan pakaian.

Baca juga: Pria Berbobot 210 Kg di Gianyar Bali Meninggal Dunia, Bombom Alami Gagal Nafas Saat Dibawa ke UGD

Sebab tidak ada pakaian di pasaran yang ukurannya pas untuk mendiang.

"Pakaiannya spesial. Dia beli kain untuk dijadikan pakaiannya," ujar Arimbawa yang lebih tua delapan tahun dari mendiang.

Bombom menghembuskan napas terakhirnya usai mendapatkan penanganan medis di RSUD Sanjiwani, Sabtu 3 Februari 2024 malam.

Informasi dihimpun Tribun Bali, Minggu 4 Februari 2024, pria yang karib disapa Bombom itu meninggal Sabtu sekitar pukul 22.16 Wita.

Pihak rumah sakit menyatakan korban sudah gagal napas saat tiba di sana.

Sebelumnya diberitakan Wakil Direktur Umum RSUD Sanjiwani Gianyar, Putu Awan Saputra, membenarkan bahwa pasien obesitas atas nama Bombom telah meninggal dunia.

"Pasien masuk UGD sudah dalam kondisi gagal napas, diberi tindakan maksimal, kejut jantung tidak ada respon. Jenazah masih dititip di kamar jenazah," ujarnya, kemarin.

Saat Tribun Bali mendatangi rumah mendiang di Serongga, di sana tampak sepi.

Hanya ada adik almarhum, orang satu-satunya di rumah duka.

Sementara istrinya, kata adik mendiang, telah pulang ke rumahnya di Denpasar.

Diketahui bahwa kedua orangtua mendiang telah lama meninggal dunia.

Namun sang adik enggan memberikan komentar terkait meninggalnya sang kakak.

Dirinya juga belum tahun kapan Bombom akan dimakamkan.

"Maaf, tidak bisa (memberi komentar). Pemakamannya juga belum tahu, belum ada rapat keluarga," ujar adik mendiang, Minggu sekitar pukul 09.00 Wita.

Pihak keluar besar mendiang I Putu Bagus Trisna Hadibrata (34) alias Bombom telah melakukan rapat keluarga, untuk menentukan langkah penanganan jenazah Bombom.

Diketahui saat ini Jenazah Bombom masih dititipkan di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani, Gianyar, Senin 5 Februari 2024.

Dalam hal ini, mereka menyepakati mendiang yang memiliki berat badan 210 kilogram tersebut, dikremasi di krematorium Cekomaria, Denpasar.

Paman mendiang, Tunik kepada Tribun Bali membenarkan hal tersebut.

Kata dia, kremasi akan digelar pada 10 Februari 2024 ini.

"Dikremasi di Cekomaria pada tanggal 10 nanti," ujarnya.

Tarkait proses pengantaran jenazah ke krematorium, Tunik memastikan keponakannya tersebut akan diantar secara layak, tidak menggunakan pikap.

"Nanti dari pihak krematorium akan melakukan prosesnya, yang pasti menggunakan ambulans," ujarnya via telepon.

Tunik pun tidak bisa memberikan komentar lebih lanjut terkait mendiang Bombom.

Sebab ia masih dalam suasana beduka.

"Saat ini saya masih sangat berduka. Jika mengingat-ngingat soal mendiang, hati saya rasanya sesak sekali," ujarnya menutup wawancara.

Kepala Pelaksana BPBD Gianyar, Ida Bagus Putu Suamba mengatakan, pihaknya berharap proses pengantaran jenazah mendiang diupayakan menggunakan ambulans.

Sebab jika menggunakan pikup, kesan tidak bagus.

Pihaknya memaklumi anggotanya saat membawa mendiang ke RSUD Sanjiwani menggunakan pikap.

Sebab saat itu situasinya sangat darurat, dan hanya kendaraan tersebut yang bisa dimanfaatkan agar yang bersangkutan segera mendapatkan pertolongan medis.

"Kalau bisa, sebaiknya memang jangan menggunakan pikap. Tidak baik kelihatannya," ujar Gus Suamba. 

Sebelum dinyatakan meninggal dunia, Bombom sempat mengalami pingsan di rumahnya pukul 21.30 Wita. Ia pun hendak dibawa ke rumah sakit.

Evakuasi pun berjalan dramatis. Proses evakuasi ini melibatkan tim BPBD Gianyar dan warga setempat. Bahkan Bombom harus dilarikan ke RSUD Sanjiwani Gianyar menggunakan pikap BPBD Gianyar.

Dikarenakan memiliki bobot 210 kilogram, pihak ambulans PMI Gianyar yang sempat dihubungi oleh BPBD Gianyar tidak bisa melakukan evakuasi terhadap Bombom.

"Tidak memungkinkan pasien masuk ke ambulans, karena kondisi yang sangat besar," ujar Wakil Kepala Markas PMI Gianyar, I Made Gede Lokayasa, kemarin.

Kepala Pelaksana BPBD Gianyar, Ida Bagus Putu Suamba, membenarkan bahwa pihaknya sempat berkoordinasi dengan PMI Gianyar untuk mengevakuasi korban ke rumah sakit. Dimana saat mendapat laporan, diketahui Bombom dalam keadaan pingsan.

"Dikarenakan memang tidak memungkinkan masuk ke ambulans, sehingga kami evakuasi tubuh korban menggunakan pikap," ujar Ida Bagus Suamba, kemarin.

Gus Suamba mengatakan, evakuasi ke atas pikap membutuhkan proses yang cukup panjang. Dikarenakan tubuh Bombom yang berat, mengakibatkan pengangkatan ke atas pikap membutuhkan tenaga banyak orang.

"Dibantu oleh warga setempat, sekitar pukul 21.45 Wita, Bombom bisa diangkat dari kamarnya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat itu yang bersangkutan pingsan," ujar Suamba.
Sebelum dievakuasi ke RSUD Sanjiwani pada Sabtu malam, BPBD Gianyar juga sempat diminta tolong oleh keluarga untuk memindahkan Bombom dari tempat tidur satu ke yang lainnya pada Jumat 2 Februari 2024.

Saat itu, Bombom mengerang kesakitan. Informasinya, yang bersangkutan mengalami sakit asam urat.

"Sebelumnya kita juga turunkan Tim TRC untuk memindahkan tubuhnya, saat itu ia kesakitan. Tapi masih sadarkan diri," ungkap Suamba.

Setelah mengalami kesakitan karena asam uratnya, Bombom kemudian pingsan pada Sabtu malam. Hingga akhirnya penderita obesitas tersebut gagal napas dan meninggal dunia saat dibawa ke RSUD Sanjiwani.

Mendiang I Putu Bagus Trisna Hadibrata alias Bombom (34) mengalami kegemukan hingga menderita obesitas sejak masih anak-anak.

Berat badannya terus bertambah saat Bombom memasuki remaja hingga dewasa. Namun demikian, berat badannya sempat mengalami penurunan setelah menikah.

Terakhir ditimbang, Bombom memiliki berat badan mencapai 210 kilogram (kg). Dimana semasa hidupnya dulu, berat badannya pernah menyentuh angka 228 kg.

Berdasarkan berbagai sumber yang dihimpun Tribun Bali, Minggu 4 Februari 2024, Bombom pernah bercerita bahwa ia telah mengalami kegemukan sejak masih duduk di sekolah dasar.

Beratnya saat SD dulu telah menyentuh 100 kg.

Berat badannya semakin bertambah setelah remaja. Sebab saat itu nafsu makannya tidak terkontrol. Alhasil berat badannya pernah menyentuh 228 kg.

Namun sejak berkenalan dengan seorang perempuan bernama Ayu Pariati, yang kemudian menjadi istrinya, Bombom pernah menjalani program penurunan berat badan alias diet.

Meski tak signifikan, namun ia berhasil menurunkan berat badannya.

"Bukan (diet) tidak makan nasi, tapi mengurangi. Baru berhasil turun beberapa kilo. Termotivasi juga karena berat 228 kg itu sulit bagi saya beraktivitas," ujar Bombom semasa hidupnya.

Diketahui bahwa meskipun memiliki berat badan berlebih, selama hidupnya Bombom merupakan orang yang aktif.

Ia pernah ikut dalam sebuah grup musik bernama Bombom Band, di sana ia memegang peranan sebagai vocalis.

Sementara riwayat pendidikannya, ia bersekolah di SMPN 3 Gianyar, SMAN 1 Blahbatuh, dan pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Udayana (Unud).

Namun ia memilih berhenti, dikarenakan terpukul saat ayahnya meninggal.

Sementara selama hidupnya, Bombom diketahui bekerja di sebuah usaha Vape di Sanur, Denpasar.

Dia menikah dengan pujaan hatinya Ayu Pariati pada Oktober 2023. (weg)

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved