WWF di Bali
Akademisi Unud Bali Berharap WWF Jadi Forum untuk Menggagas Solusi Konkret Pengelolaan Air
Akademisi Universitas Udayana, Efatha Filomeno Borromeu Duarte menilai jika hal ini adalah angin segar bagi Bali dan bagi pengelolaan air.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah beberapa event internasional berlangsung sukses, kini Bali kembali jadi tempat pelaksanaan World Water Forum (WWF) ke-10 tahun 2024.
WWF ini akan berlangsung pada 18 - 25 Mei 2024 yang dihadiri 33 kepala negara dan menargetkan 30.000 peserta.
Terkait gelaran ini, Akademisi Universitas Udayana, Efatha Filomeno Borromeu Duarte menilai jika hal ini adalah angin segar bagi Bali dan bagi pengelolaan air.
"Pandangan saya sebagai akademisi, saya sangat mendukung penyelenggaraan WWF di Bali," ungkap Efatha, Kamis 16 Mei 2024.
Baca juga: Selama WWF ke-10, Garuda Indonesia Sediakan 34.858 Kursi Penerbangan Dari dan Menuju Bali
Ia menilai, WWF harus menjadi forum yang efektif untuk menggagas solusi-solusi konkret mengenai tantangan pengelolaan air yang dihadapi oleh Indonesia dan pemerintah dunia.
WWF ke-10 juga harus menekankan keberlanjutan dan integrasi nilai-nilai ekologi dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air.
Menurutnya, aspek utama yang harus dibahas di forum tersebut adalah pendekatan ekosentrik manajemen untuk menciptakan suistanable governance.
"Fokus WWF harus diarahkan pada isu-isu yang mendesak seperti krisis air bersih dan pencemaran sumber daya air. Sambil memastikan water security, untuk semua pihak," paparnya.
Efatha menambahkan, dengan diadakannya forum-forum dan kerja sama transnasional dapat membuat kebijakan yang terintegrasi mengenai keberlangsungan air.
Juga menjadi kunci untuk mengatasi isu-isu mengenai pengelolaan air yang baik.
Dikatakannya pentingnya Blue diplomasi tidak bisa dianggap remeh.
Diplomasi menjadi alat untuk memperkuat kerjasama internasional untuk pengelolaan sumber daya air.
"WWF menjadi harapan besar untuk Indonesia dan seluruh para pemangku stakeholder yang berkepentingan untuk memastikan komitmen dalam mengimplementasikan kebijakan yang taktis dan efektif dalam pengelolaan air," katanya.
Juga untuk memicu aksi nyata yang untuk melakukan hidrological resilience dalam rangka pemulihan dan pelestarian sumber daya air di Indonesia dan dunia. (*)
Kumpulan Artikel Denpasar

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.