Berita Denpasar
Guru TK dan PAUD Antusias Ikut Permainan Tradisional Bersama Made Taro dan Gede Tarmada di Denpasar
Made Taro mengatakan, ada 5 pemain tradisional yang ditampilkan kepada guru-guru PAUD dan TK ini.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Dengan menghadirkan maestro permainan anak, Made Taro, Rumah Budaya Penggak Men Mersi menggelar workshop permainan tradisional dan membaca puisi serangkaian Rare Bali Festival (RBF) 2024.
Made Taro memberikan worskhop bersama putranya Gede Tarmada yang digelar di Rumah Budaya Penggak Men Mersi, Kesiman, Denpasar, Senin, 3 Juni 2024.
Dalam workshop ini, Made Taro memainkan musik, sementara putranya memandu workshop.
Adapun peserta workshop kali ini adalah guru TK dan Paud di Denpasar.
Baca juga: Pokja Bunda PAUD Kota Denpasar Kembali Sapa Siswa di Kecamatan Densel dan Dentim
Dalam workshop ini, guru-guru TK dan PAUD terlihat sangat antusias mengikuti permainan ini.
Made Taro mengatakan, ada 5 pemain tradisional yang ditampilkan kepada guru-guru PAUD dan TK ini.
Permainan itu yakni Godog-godogan, Keranjang Duren, Kedis-kedisan, Kul Kuk, dan Sepit-sepitan.
"Ada banyak hal yang bisa dipelajari dalam permainan tradisional ini seperti tanggungjawab, disiplin, kebersamaan, sampai konsentrasi," katanya.
Menurutnya permainan ini sarat dengan karakter.
Meskipun hanya bermain, namun secara tidak langsung karakter mereka terbentuk.
"Dan ini juga menimbulkan sikap berjuang, harus berhasil dengan berjuang. Termasuk yang mendapat hukuman," katanya.
Sementara Gede Tarmada mengatakan permainan tradisional bersifat kolektif.
"Artinya tidak bisa sendiri-sendiri. Tidak seperti bermain gadget yang bisa dilakukan sendiri di dalam kamar," katanya.
Ia mengatakan permainan tradisional dilaksanakan minimal oleh dua orang.
"Semakin banyak semakin seru permainannya. Dan permainan tradisional ini tak hanya untuk anak-anak, tetapi juga dewasa. Bahkan saya bersama kakek guru pernah memberikan workshop ke lansia dan mereka sangat antusias," katanya.
Ketua Panitia RBF, I Putu Suryadi, menyatakan hasil akhir dari pelaksanaan workshop akan dilombakan pada saat Rare Bali Festival.
"Tingkat keberhasilan workshop ini akan menjadi materi lomba saat digelarnya RBF 2024," kata Suryadi.
Ia menambahkan, Rare Bali Festival pertama kali digelar pada tahun 2014 bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar.
Namun, acara ini sempat terhenti karena pandemi.
Mengingat pentingnya acara ini di tengah krisis karakter anak, tahun 2024 acara ini kembali digelar.
"Khusus kegiatan workshop, kami berkolaborasi dengan Disdikpora dan IGTKI Kota Denpasar untuk melibatkan guru PAUD dan TK sebagai peserta. Di sini ada kegiatan mengenal dan memahami permainan tradisional dari Maestro Made Taro yang bermanfaat sebagai materi belajar di sekolah PAUD dan TK," tambah Suryadi.
Terkait kehadiran Rare Bali Festival di tengah tantangan dan problema karakter anak saat ini, kegiatan ini bertujuan memberikan ruang lebih bagi anak-anak serta mengakomodir upaya pelestarian permainan tradisional anak yang mulai ditinggalkan.
Terlebih, dinamika kecepatan penggunaan digital yang sulit dibendung dapat berdampak positif maupun negatif, terutama pada ruang dan waktu bermain anak-anak yang kian terbatas.
Selaku Penanggung Jawab sekaligus Klian Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, menambahkan bahwa untuk pelaksanaan tahun ini, ide awalnya adalah mengajukan proposal ke Kementerian lewat Dana Indonesiana untuk dokumentasi Maestro Made Taro.
"Sosok Made Taro dan hasil karyanya akan didokumentasikan dalam bentuk video dokumenter dan tutorial. Kegiatan ini merupakan program yang telah lolos hasil seleksi Dana Indonesiana Kemendikbud RI," jelas Wahyudita.
Rare Bali Festival (RBF) 2024 mengusung tema "Merawat Tradisi, Cipta Inovasi, Untuk Generasi."
Tema ini diterjemahkan menjadi berbagai kegiatan seperti pendokumentasian karya Maestro I Made Taro, workshop, lomba, pergelaran, parade budaya anak, pameran, dan saresehan.
Kadisdikpora Denpasar, AA Gde Wiratama menyatakan bahwa Rare Bali Festival adalah ide yang sangat bagus dalam memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berekspresi melalui bermain.
"Melibatkan anak-anak dalam kepesertaan ini memungkinkan mereka mengenal budaya Bali sekaligus mendidik mereka tentang pelajaran budi pekerti," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa permainan tradisional merupakan bentuk olahraga tradisional yang sangat bagus dalam melatih mental anak-anak.
Disdikpora akan melibatkan IGTKI untuk menyiapkan para guru dalam mengikuti workshop nanti. (*)
Kumpulan Artikel Denpasar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.