Breaking News

Hari Raya Saraswati

Banyu Pinaruh setelah Hari Raya Saraswati, Berikut Maknanya!

Hari Banyu Pinaruh, yang jatuh pada Redite Paing wuku Sinta, bertepatan pada 14 Juli 2024.

Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribun Bali/Wayan Eri Gunarta
Ilustrasi Hari Banyupinaruh di Pura Tirta Empul - Hari Banyu Pinaruh, yang jatuh pada Redite Paing wuku Sinta, bertepatan pada 14 Juli 2024. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah merayakan Hari Saraswati pada 13 Juli 2024, umat Hindu melanjutkan tradisi dengan mengunjungi pantai atau sumber mata air keesokan harinya.

Tradisi ini dikenal dengan Hari Banyu Pinaruh, yang jatuh pada Redite Paing wuku Sinta, bertepatan pada 14 Juli 2024.

Menurut Ida Bagus Saskara, Jan Banggul atau Pemimpin Pemangku di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Banyu Pinaruh dilaksanakan untuk membersihkan diri secara niskala, sehingga umat manusia siap melanjutkan kehidupan dengan pengetahuan yang telah diperoleh.

“Setelah bersyukur dan berterima kasih, keesokan paginya kita melakukan pembersihan diri ke laut atau sumber mata air lainnya. Di sana, kita menjadi bersih atau ‘Ning’, dan siap kembali menjalani kehidupan dengan pengetahuan yang akan kita dapatkan kembali,” ujar Ida Bagus Saskara pada Sabtu, 22 Oktober 2022.

Ida Pedanda Wayahan Wanasari dari Griya Wanasari Sanur menjelaskan bahwa saat pelaksanaan Banyu Pinaruh, umat harus melakukan samadhi serta palukatan atau pembersihan diri di laut, campuhan, atau danau.

“Atau bisa juga melukat ke sulinggih atau pedanda,” tambahnya.

 

Setelah itu, ada prosesi natab banten Aji Saraswati, yang dilanjutkan dengan nunas nasi yasa untuk menyucikan diri dan mengimplementasikan pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda menjelaskan bahwa Banyu Pinaruh bermakna air pengetahuan. “Kita memohon tirta amerta setelah merayakan Hari Raya Saraswati,” kata Ida.

Baca juga: Makna Soma Ribek Setelah Hari Saraswati dan Banyupinaruh, Hari Senin Penuh Anugerah Bagi Umat Hindu

Ia menambahkan bahwa pengetahuan akan mengalir apabila diri kita telah bersih, melalui tirta amerta ini.

Dari segi mistik dan magis, segala mala, dosa, papa, pataka, wigna dapat dihanyutkan melalui kehadiran Dewi Gangga di bumi.

"Seperti dalam kisah Adi Parwa di mana 60 ribu anak Prabu Sagara diruwat menuju kehidupan keabadian dengan menurunkan Gangga,” jelasnya.

Keabadian yang dimaksud mencakup amerta kamandalu, amerta sanjiwani, dan amerta pawitra.

Pada Banyu Pinaruh, umat tidak hanya mandi di laut, tetapi juga melakukan upacara mapekelem mapahayuning jagat untuk memperkuat kebersihan spiritual dan lingkungan.

(Tribun Bali/Ida Bagus Putu Mahendra/Putu Supartika)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved