Hari Raya Galungan
Manis Galungan, Ini yang Harus Dilakukan Umat Hindu, Sebaiknya Tangkil ke Pura Kawitan
Perayaan Umanis Galungan tidak hanya tentang bersenang-senang secara sekala, tetapi juga perlu keseimbangan antara aspek religius dan spiritual.
TRIBUN-BALI.COM - Sehari setelah perayaan Galungan, umat Hindu melangsungkan Umanis Galungan, yaitu pada Kamis (Wraspati) Umanis wuku Dunggulan.
Terdekat, hari Umanis Galungan akan berlangsung pada 26 September 2024.
Dalam tradisi Umanis Galungan, masyarakat biasanya terlibat dalam berbagai kegiatan.
Beberapa di antaranya adalah bersilaturahmi dengan keluarga, melakukan ritual melukat, serta mengunjungi tempat-tempat wisata.
Namun, perayaan Umanis Galungan tidak hanya terbatas pada aktivitas di dunia sekala (fisik).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pinandita Ketut Pasek Swastika, aktivitas niskala (spiritual) juga perlu dilakukan.
"Umanis Galungan adalah waktu untuk mengungkapkan rasa syukur dengan bersenang-senang bersama keluarga dan kerabat," ungkapnya.
"Ini adalah wujud kebahagiaan setelah kemenangan dirayakan, misalnya dengan mengunjungi tetangga, keluarga, dan saudara. Kemudian, diakhiri dengan sembahyang ke Pura Kawitan atau pedarman, hal ini penting untuk dilaksanakan," tambahnya.
Beliau menekankan bahwa perayaan Umanis Galungan tidak hanya tentang bersenang-senang secara sekala, tetapi juga perlu keseimbangan antara aspek religius dan spiritual, baik dalam sekala maupun niskala.
"Jika kita berada di Bali dan dekat dengan Pura Kawitan, sebaiknya tangkil (bersembahyang) ke sana. Namun, jika tidak memungkinkan, lakukanlah sembahyang di merajan masing-masing," sarannya.
Baca juga: KALENDER BALI: Makna Hari Penampahan pada 24 September 2024, Sehari Sebelum Hari Raya Galungan
Selain itu, ia juga menjelaskan makna pentingnya merayakan kemenangan, merasakan kebahagiaan, dan terbebas dari pengaruh Sang Tiga Buta, Tri Mala, Sad Ripu, Sapta Timira, serta Dasa Mala dalam kehidupan sehari-hari.
Pada Paing Galungan yang jatuh keesokan harinya, umat Hindu memulai lembaran baru dengan kehidupan yang bebas dari sifat-sifat negatif.
Dalam konteks ini, Tri Semaya (masa lalu, sekarang, dan masa depan) menjadi sangat penting. Kemarin, saat Galungan, umat merayakan kemenangan dharma atas adharma, di mana Galungan secara harfiah berarti kemenangan.
"Kemarin kita merayakan kemenangan atas adharma, yang artinya kebodohan atau awidya. Secara simbolis, ini diwujudkan dengan penjor sebagai rasa syukur atas kemakmuran," tambahnya.
Perayaan Galungan dimulai dengan persembahyangan di rumah, seperti di sanggah panegtegan dan pakamulan, kemudian dilanjutkan ke sanggah orang tua, pemaksan, dadia, hingga pura di desa pakraman.
Setelah perayaan Galungan, kini umat merayakan Umanis Galungan.
"Makna Umanis Galungan seringkali bergeser menjadi sekedar liburan ke tempat wisata. Padahal, kegiatan sekala ini perlu dilengkapi dengan niskala, yaitu sembahyang di Pura Kawitan," tutupnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.