Sponspor Content

Vokasi Pertanian Penting Jadi Diversifikasi Ekonomi Bali Selain Pariwisata, Ini Kata Cok Ace

Vokasi di Bali saat ini, memang lebih banyak di bidang pariwisata sesuai dengan pekerjaan yang mendominasi di Pulau Dewata.

ISTIMEWA
Program Pemetaan Ekosistem Vokasi Berbasis Potensi Daerah Bali di Living World Denpasar, 18 November 2024. 

TRIBUN-BALI.COM – Bali menjadi salah satu surga Indonesia bahkan surga dunia, bagi pelancong atau wisatawan.

Tapi apakah internal Bali juga menikmati dampak dari pariwisata itu, atau bahkan tidak sama sekali.

Berdasarkan data Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, jumlah penduduk di Bali 4,47 juta jiwa, dengan penduduk usia kerja sebanyak 3,5 juta lebih.

Pengangguran di Bali mencapai 48.680 jiwa. Data itu diambil dari 9 kabupaten/kota, 57 kecamatan, 716 desa/kelurahan dan 1.493 desa adat.

Baca juga: Bandara Ngurah Rai Tambah Frekuensi ke IKN, Garuda Indonesia Terbang Perdana Denpasar-Balikpapan

Baca juga: Cegah Terlibat Judi Online di Bali, Kanit Propam Polsek Sukawati Cek Hp Personel

Ilustrasi - Pengangguran di Bali mencapai 48.680 jiwa. Data itu diambil dari 9 kabupaten/kota, 57 kecamatan, 716 desa/kelurahan dan 1.493 desa adat.
Ilustrasi - Pengangguran di Bali mencapai 48.680 jiwa. Data itu diambil dari 9 kabupaten/kota, 57 kecamatan, 716 desa/kelurahan dan 1.493 desa adat. (pexels.com)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat bahwa pengangguran SMP paling mendominasi sejak Agustus 2022-2024.

Terbatasnya sektor forma dan lambatnya perubahan keahlian pekerja, menjadi salah satu penyebab pengangguran di Bali.

Pertumbuhan ekonomi juga belum sepenuhnya, mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja yang signifikan.

Tidak seimbangnya supply dan demmand, serta mismatch antara kurikulum pendidikan dengan vokas dengan kebutuhan pasar kerja millenial juga menjadi masalah.

Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, atau yang biasa disapa Cok Ace tidak menampik hal ini. Sebagai penggiat pariwisata, dan Ketua PHRI Bali, ia mengamini bahwa vokasi non pariwisata masih minim di Bali.

Sehingga lambat laun, pariwisata kian mendominasi ladang pekerjaan di Bali, dan menjadi motor penggerak ekonomi utama. Sayangnya saat pandemi Covid-19, pariwisata terpukul dan terbukti berpengaruh besar pada pehaka pekerja.

Hal itu pun berpengaruh pada perekonomian Bali yang anjlok, sehingga ke depan harus dicarikan solusi atas hal ini. Seperti diversifikasi ekonomi yang tidak hanya bertumpu pada pariwisata saja.

“Vokasi atau kejuruan ini sangat bagus ya, apalagi kan kadang tidak semua anak-anak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,” sebut Cok Ace dalam acara Program Pemetaan Ekosistem Vokasi Berbasis Potensi Daerah Bali di Living World Denpasar, 18 November 2024.

Vokasi penting sebagai tahap awal, setelahnya tetap ditanamkan spirit semangat untuk bekerja. “Etos kerja orang Bali itu luar biasa,” tegas mantan Wakil Gubernur Bali ini.

Kemudian harus paham membaca peluang. “Kadang kan ada banyak peluang, tapi malah orang lain yang dapat. Kita terpaku dalam keindahan, kenyamanan, zona nyaman,”katanya.

Peluang akan tercipta, saat seseorang paham bagaimana membaca potensi diri dan potensi lingkungan. Jangan sampai diam atau stuck, sebab semakin diam maka makin kecil peluang yang akan diperoleh.

Vokasi di Bali saat ini, memang lebih banyak di bidang pariwisata sesuai dengan pekerjaan yang mendominasi di Pulau Dewata.

“Kenapa di Bali, vokasi pertanian minim justru yang banyak vokasi pariwisata. Ya karena kita terlalu sempit membaca, atau terlalu melihat pertanian hanya mencangkul saja lalu menghasilkan produk seperti padi,” jelas panglingsir Puri Ubud ini.

Namun dengan vokasi pertanian, seseorang bisa menjadi maju di bidang ini walaupun dengan lahan sempit. Cok Ace mencontohkan, di Kerawang ada pemilik lahan sampai memiliki 4 hektare. Sementara di Bali paling hanya 20-30 are saja, tentu harus dipikirkan cara untuk mendapatkan hasil setara dengan pariwisata.

Ilustrasi petani - Pertanian modern bisa diaplikasikan di Bali, sehingga hasil pertanian bisa dikontribusikan ke pariwisata dan akan menjadi bisnis yang sustainable ke depannya. Begitu juga dengan peluang pekerjaan lain, harus diraih oleh tenaga lokal.
Ilustrasi petani - Pertanian modern bisa diaplikasikan di Bali, sehingga hasil pertanian bisa dikontribusikan ke pariwisata dan akan menjadi bisnis yang sustainable ke depannya. Begitu juga dengan peluang pekerjaan lain, harus diraih oleh tenaga lokal. (Dok. Tribun Bali)

Pertanian modern bisa diaplikasikan di Bali, sehingga hasil pertanian bisa dikontribusikan ke pariwisata dan akan menjadi bisnis yang sustainable ke depannya. Begitu juga dengan peluang pekerjaan lain, harus diraih oleh tenaga lokal.

Jangan sampai semua hal dihabiskan oleh tenaga luar Bali. Seperti peluang bekerja di jalan tol, jalan lingkar, Tower Turyapada, bahkan hingga di Bandara Bali Utara.

Hal ini diamini Ketua Tim Konsorsium Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah Bali, Dr. Ni Nyoman Sri Astuti, SST.Par.,M.Par.

Sri, sapaannya, menjelaskan bahwa dari pemetaan ekosistem yang sudah dilakukan dan hasilnya sudah internalisasi ke pemda melalui OPD terkait.

Selanjutnya dilakukan dialog publik, dan berkaitan dengan job fair serta talkshow. “Jadi salah satunya adalah menjembatani dunia usaha, dan industri yang ada. Melalui perusahaan yang hadir hari ini, kemudian dibuka secara umum. Jadi jika ada masyarakat yang masih memerlukan pekerjaan di sini banyak hadir yang memberi lowongan pekerjaan,” sebutnya.

Itu adalah program internalisasi dari hasil yang didapat, dengan ada stakeholder dari akademisi kemudian dari pemerintah juga hadir, seperti Disnaker.

Lalu dukungan dari Kadin, diharapkan bisa memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mungkin hadir dari publik. Untuk bisa memberikan jalan keluar, dari permasalahan yang ada terkait dengan tenaga kerja dan ekosistem vokasi khususnya di Bali.

Vokasi pertanian yang masih kurang di Bali, kata dia, juga memang hasil penelitiaan yang didapat dari pemetaan ekosistem.

“Makanya dari hasil narasumber tadi, diharapkan pertanian itu kita siapkan dan sistemnya,” jelasnya. Sebab berkaca dari pandemi, Bali tidak bisa hanya mengandalkan pariwisata saja. Harus ada sektor penopang ekonomi lainnya.

“Vokasi pertanian, seharusnya memang digencarkan. Karena paradigma selama ini pertanian dianggap tidak bisa mensupport kehidupan layak,” katanya.

Sehingga salah satu yang bisa dan jelas, selama ini adalah pariwisata dan akhirnya berkembang dengan pesat. “Diharapkan di luar pariwisata, pertanian itu masih ada. Nah bagaimana integrasi antara pertanian dengan pariwisata juga penting. Hasil pertanian bisa dipakai di pariwisata dan sebagainya,” imbuhnya. (ADV)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved