Berita Bali
Arsitektur Khas Bali Dihadirkan pada Jembatan Penyebrangan Orang Bandara Ngurah Rai
Dengan dilakukannya pekerjaan optimalisasi dan beautifikasi fasilitas Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali saat ini kapasitasnya meningkat dari 24 juta
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Arsitektur Khas Bali Dihadirkan pada Jembatan Penyebrangan Orang Bandara Ngurah Rai
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Dengan dilakukannya pekerjaan optimalisasi dan beautifikasi fasilitas Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali saat ini kapasitasnya meningkat dari 24 juta penumpang menjadi 32 juta penumpang per tahun.
Proyek design & build optimalisasi dan beautifikasi fasilitas Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dikerjakan oleh Angkasa Pura Property (APP).
“Tahun 2024 ini Angkasa Pura Property mendapatkan penugasan dari Angkasa Pura Indonesia untuk melakukan satu pekerjaan yang namanya optimalisasi di Bandara Ngurah Rai."
Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali Raih Penghargaan SNI Award 2024 Peringkat Perunggu
"Disebut optimalisasi karena kita meng-create area yang existing menjadi lebih bermanfaat sehingga kapasitasnya ini semakin meningkat,” ujar Direktur Utama APP, Ristiyanto Eko Wibowo, Jumat 29 November 2024 dalam kegiatan media site visit.
Eko Wibowo menambahkan fokus utama yang tengah dikerjakan APP sekarang adalah di sisi darat atau land side di Bandara Ngurah Rai.
Kita melakukan pelebaran jalan dari dua lajur menjadi empat lajur in dan out, kemudian kita membangun juga salah satu fasilitas untuk penyebrangan orang atau Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) di terminal domestik.
Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali Tambah Rute Domestik Tujuan Palembang dan Pontianak
Artinya apa? Crossing atau persimpangan antara penumpang dan kendaraan yang selama ini terjadi dan itu menjadi permasalahan Bandara Ngurah Rai sudah terpecahkan dengan pengerjaan optimalisasi.
“Sehingga dengan optimalisasi ini kapasitas yang saat ini 25 juta itu disisi land sidenya sudah bisa kita tingkatkan menjadi 32 juta. Untuk selanjutnya nanti dari AP Indonesia juga akan ada rencana-rencana pengembangan,” imbuh Eko Wibowo.
Untuk proyek optimalisasi ini, tambahnya terdapat dua paket pekerjaan, yang sudah kami selesaikan itu paket satu pada 20 Oktober 2024 lalu mulai dioperasikan adalah JPO dan pengerjaannya kurang lebih 6 bulan.
Namun jika keseluruhan perencanaan hingga pembangunan selesai mencapai 9 bulan.
“Karena ini design and build jadi perencanaan kurang lebih 3 bulan. Buildnya atau pembangunannya kurang lebih sekitar 6 bulan sehingga kurang lebih total waktunya 9 bulan dari bulan Februari kita kerja sampai bulan Oktober selesai."
"Dan nilai total investasi kita untuk pekerjaan optimalisasi kurang lebih Rp250 miliar lalu yang paling besar menelan biaya adalah pembangunan JPO,” ungkap Eko Wibowo.
Dalam pekerjaan JPO memakan nilai investasi paling besar dibanding pekerjaan lainnya dimana menelan kurang lebih 67 persen dari dari total investasi Proyek Design & Build Optimalisasi dan Beautifikasi Fasilitas Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Sementara itu paket kedua pekerjaan yang sedang kami kerjakan adalah pembaharuan signage I Gusti Ngurah Rai Airport, beautifikasi Toll Gate Parkir (akses masuk dan keluar mobil), pembuatan verticap garden dan membran light di area terminal internasional dan pembuatan kolam air.
Arsitektur khas Bali sangat kental dihadirkan pada JPO dimana struktur utama bisa dilihat yang mirip seperti batu tempel itu kami pakai bahan foam tapi kalau secara arsitektur terlihat unsur Bali-nya seperti Bali Aga.
“Jadi itulah arsitektur terlihat masif begitu jalan naik travelator keatas kemudian di area tengah menuju turun ke area penjemputan itu sangat kental nuansa Bali-nya,” imbuhnya.
Disinggung mengenai tantangan selama pengerjaan optimalisasi dan beautifikasi fasilitas di Bandara Ngurah Rai, Eko Wibowo menyampaikan ada dua tantangan.
Tantangan terbesar kami dalam mengerjakan ini adalah bagaimana bisa menyeimbangkan pekerjaan konstruksi dengan kegiatan operasional yang harus bisa jalan.
Kadang-kadang kita butuh koordinasi ketat dengan teman-teman operasi dan security dengan konsep buka tutup.
“Ada area-area yang bisa dikerjakan tapi ada area yang harus kita tinggal dulu. Nanti bergantian dan seterusnya karena tidak boleh berhenti itu operasional bandara."
"Tantangan kedua khusus untuk optimalisasi yang di land side ini adalah cuaca karena pekerjaan semuanya di outdoor. Kita sangat bergantung dengan cuaca ya mana kala cuaca terang tidak hujan kita bisa optimal kerja,” demikian kata Direktur Utama Angkasa Pura Property Ristiyanto Eko Wibowo.
Sebagai tambahan informasi, Proyek Desain & Build Optimalisasi & Beautifikasi Fasilitas di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang dikerjakan oleh Angkasa Pura Property mengusung konsep Forest Airport dengan tetap mengutamakan sentuhan kearifan lokal.
Proyek ini dilakukan guna meningkatkan pelayanan bandara dan menghadirkan customer experience serta passanger journey yang menyenangkan bagi para penumpang.
Pekerjaan vertical garden dan membrane light mini dirancang untuk menyelaraskan konsep 'forest airport' yang menjadi ciri khas bandara I Gusti Ngurah Rai.
Pembuatan kolam air ini guna menyelaraskan konsep forest aiport dan menciptakan suasana sejuk serta menambah estetika di area bandara.
Untuk area JPO ini menghubungkan area kedatangan domestik dengan gedung parkir guna menunjang kenyamanan para penumpang menuju area penjemputan pickup zone dan gedung parkir.
Kemudian pembuatan area taman air bertujuan untuk melengkapi konsep forest airport dengan menghadirkan suasana sejuk, sekaligus menciptakan suasana yang lebih asri dan nyaman bagi para pengunjung.(*)
Berita lainnya di Bandara Ngurah Rai
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.