Berita Denpasar
Tradisi Ngerebong di Kesiman Denpasar Bali, Pembersihan Sekala Niskala, Puluhan Orang Kerauhan
Ribuan Krama Ikuti Prosesi Ngerebong di Kesiman Denpasar, Puluhan Orang Kerauhan dan Ngurek
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Desa Adat Kesiman Denpasar kembali menggelar Tradisi Ngerebong, Minggu 11 Mei 2025.
Ribuan umat memadati areal Pura Petilan Pangrebongan Kesiman dalam pelaksanaan tradisi ini.
Saat prosesi berlangsung, ratusan orang dengan mengusung pralingga, tapakan, barong, maupun rangda menuruni tangga dari utama mandala pura menuju ke madya mandala.
Ada juga puluhan krama yang kerauhan dan dibopong oleh dua orang pengabih.
Baca juga: Tradisi Mekotek Munggu Bali Kembali Digelar Saat Kuningan, Tak Boleh Disatukan di Sembarang Tempat
Setelah turun tangga, peserta menuju ke arah utara mengelilingi wantilan dengan putaran melawan arah jarum jam sebanyak tiga kali yang disebut maider buwana.
Peserta pun berbaris dan puluhan orang baik lelaki maupun perempuan berteriak, histeris, menangis.
Sementara itu, di sekeliling wantilan sudah ada ribuan krama yang menanti termasuk sampai ke jalan.
Gamelan terdengar bertalu-talu dan ketika ketukan gamelan semakin cepat teriakan histeris semakin keras terdengar.
Para pengabih yang berjumlah dua orang atau lebih memegang punggung mereka yang kerauhan.
Di samping mereka seorang pengayah membawa keris dan pengayah lain membawa sarung keris.
Ketika putaran sampai di depan tangga pintu masuk utama mandala mereka yang kerauhan utamanya yang lelaki akan berteriak lalu meminta keris.
Setelah keris diserahkan mereka akan menusuk bagian dada maupun leher mereka sekuat-kuatnya.
Inilah sekilas melaksanakan tradisi Ngerebong di Pura Agung Petilan Pengerebongan, Kesiman, Denpasar.
Tradisi Ngerebong ini digelar enam bulan sekali tepatnya pada Minggu Pon Medangsia.
Prosesi ini digelar mulai pukul 16.00 Wita dan berakhir sekitar pukul 19.00 Wita.
Bendesa Desa Adat Kesiman, I Ketut Wisna mengatakan, ribuan pemedek melakukan persembahyangan ke pura saat prosesi ini digelar.
"Itu baru yang di wilayah Kesiman, belum lagi dari luar. Karena ada pemedek dari Pemogan, Sanur dan beberapa desa lainnya," katanya.
Di mana untuk persembahyangan tersebut sudah bisa dilakukan mulai pukul 08.00 Wita.
Sementara itu, pukul 10.00 Wita, Ida Bhatara mulai ngelunganin atau hadir ke pura yang sudah diatur untuk Kesiman Petilan, Kesiman Kertalangu maupun Kelurahan Kesiman
Ia menambahkan, Desa Adat Kesiman terdiri dari 32 banjar adat dan juga ada beberapa krama dari luar Kesiman yang hadir dalam prosesi ini.
Ia menjelaskan, Ngerebong sendiri memiliki filosofi melaksanakan pembersihan alam semesta sekala niskala.
Hal ini dikarenakan ada prosesi nguntar bumi, di mana poleng Kesiman diturunkan untuk pembersihan alam semesta sekala niskala.
Bahkan menurutnya, Ngerebong ini kerap disebut sebagai Magalung di Kesiman
“Karena seperti suasana Galungan, masyarakat berbelanja membeli jajan, daging babi, kemudian juga dipersembahkan seperti layaknya Galungan,” katanya.
Selain itu, ada juga yang menyebut Ngerebong dengan sebutan ngereh lemah.
“Karena ada ritual ngunying (ngurek, menusuk tubuh dengan keris dalam kondisi trance) dan dilaksanakan saat matahari masih ada. Kan biasanya dilakukan saat malam prosesi seperti itu, sementara di Kesiman saat matahari terang,” katanya. (*)
Kumpulan Artikel Denpasar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.