Sponsored Content
Wayang Kulit Dalang Wanita Badung Menarik Perhatian Penonton PKB 2025, Gunakan Pakem Khas Sulangai
Dalam kesempatan itu, Sanggar Seni Wayang Kulit Parwa Bendu Semara membawakan kisah Pralaya Senopati Salya.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Parade Wayang Kulit Dalang Wanita Sulangai, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, yang merupakan duta Kabupaten Badung pada perhelatan Pesta Kesenian Bali, tampil di depan Gedung Kriya, Art Centre Denpasar, Selasa 15 Juli 2025 malam.
Dalam kesempatan itu, Sanggar Seni Wayang Kulit Parwa Bendu Semara, membawakan kisah Pralaya Senopati Salya. Menariknya, parade Wayang kulit ini dibawakan dengan menggunakan pakem klasik khas Sulangai.
Sang dalang wanita, Ni Luh Gede Anik Darmayanti menjelaskan, bahwa kisah ini mengangkat kakon besar dari kisah Mahabarata. Di mana saat itu Prabu Salya, Raja Mandaraka ditunjuk sebagai Senopati utama dari pasukan Korawa dalan perang Bharatayudha.
Dari penunjukan itu, Prabu Salya mengalami pergolakan batin. Dimana dengan posisinya tersebut, artinya dia akan berhadapan langsung dengan Nakula dan Sahadewa yang merupakan keponakan kandungnya yan saat itu membela pihak Pandawa.
Baca juga: Pelaku Pencurian Velg dan Ban di Parkir Bandara Ngurah Rai Ditangkap, Polisi Buru Pelaku Lain
Baca juga: Bhakti Penganyar di Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Pemkab Badung Mepunia Rp 100 Juta
”Di tengah pergolakannya itu, Prabu Salya tetap menjalankan perannya selaku panglima," katanya. Diakui Salya sendiri dikenal memiliki kekuatan besar. Di mana setiap tetes darah dari tubuhnya bisa menjelma menjadi raksasa. Hal itu membuat Korawa yakin bisa meraih kemenangan dalam pertempuran.
Namun penasehat Pandawa, yakni Kresna hadir sebagai penentu arah perang. Dia mengungkap bahwa hanya manusia berdarah putih yang bisa mengalahkan kekuatan besar dari Prabu Salya.
Ada tiga sosok yang memiliki darah putih atau suci tersebut. Ketiganya yakni Subali, Rsi Bagaspati yang merupakan guru dari Prabu Salya sendiri, lalu yang terakhir adalah prabu Darmawangsa.
”Dalam pertempuran sengit itu, Prabu Darmawangsa terlibat duet dasyat dengan Prabu Salya. Atau Pandawa melawan pamannya sendiri hingga akhirnya prabu Salya gugur. Pesan yang ingin disampaikan dari cerita ini, intinya kita selalu berbuat baik, entah itu ke saudara atau orang lain," beber dalang wanita yang masih berusia 20 tahun ini.
Dia menjelaskan, sebelum pementasan ini dirinya memang kerap tampil sebagai dalang di sejumlah pertunjukan kecil. Namun, ini adalah pertamakalinya dia menjadi dalang dalam hajatan Pesta Kesenian Bali. ”Kaminlathjna kurang lebih empat bulan. Dan ini kali pertamanya saya tampil di PKB," tungkasnya. (Adv/Gus)
Al Hikmah IIBS Batu: Boarding School Internasional di Indonesia yang Hadirkan Generasi Muslim Global |
![]() |
---|
Hiromi Restaurant & Bar Hadirkan “Sushi Bang!” Sensasi Mukbang Sushi dalam Satu Platter |
![]() |
---|
ASCOTT BALI AREA Gotong Royong Bersihkan Pantai Legian Pada Hari Bersih-bersih Sedunia |
![]() |
---|
Harmonisasi Produk Hukum Daerah Denpasar, Kakanwil Kemenkum Bali Tekankan Sinergi dan Kepastian |
![]() |
---|
Kerjasama Gojek dan Bali United Perluas Dampak Sosial Ekonomi di Pulau Dewata |
![]() |
---|