Bisnis

PRODUKSI Beras Diprediksi Naik 11,17 Persen, Mentan: Produsen Jual Tak Sesuai Standar Ditindak

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional akan terus meningkat hingga kuartal III-2025.

KONTAN/CAROLUS AGUS WALUYO
MENATA - Karyawan menata beras di kios beras Pesanggarahan, Jakarta, beberapa hari lalu. 

TRIBUN-BALI.COM  - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional akan terus meningkat hingga kuartal III-2025. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa potensi produksi beras sepanjang Juli hingga September 2025 diperkirakan mencapai 9,08 juta ton.

Angka ini naik 0,91 juta ton atau tumbuh 11,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. “Namun, angka potensi ini masih dapat berubah tergantung pada kondisi pertanaman padi dan hasil pengamatan lapangan selama Juli hingga September,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/8).

Ia menjelaskan, potensi panen bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti serangan hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT), banjir, kekeringan, serta waktu pelaksanaan panen oleh petani. 

Baca juga: DLHK Badung Bingung Tangani Sampah, Masih Kirim 250 Ton Per Hari Sampah Tak Terpilah ke TPA Suwung

Baca juga: GENG RUSIA Dibantu 2 Petugas Imigrasi? WNA Terlibat Kasus Pemerasan, Penculikan dan Penganiayaan

Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) per Juni 2025, sekitar 9,86% lahan pertanian padi telah memasuki fase panen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi Juni 2024 yang berada di level 9,55%. Selain itu, 42,38% lahan tercatat berada dalam fase standing crop, yang berarti tanaman padi masih dalam tahap pertumbuhan dan berpotensi untuk dipanen dalam waktu dekat.

Secara rinci, pada Juni 2025, fase vegetatif awal mencakup sekitar 16,37% lahan, vegetatif akhir sebesar 12,51%, dan fase generatif sebesar 13,50%. “Tanaman padi dalam fase generatif umumnya siap panen dalam waktu satu bulan ke depan. Sementara itu, fase vegetatif akan dipanen dalam dua hingga tiga bulan, dan fase vegetatif awal dalam waktu tiga bulan mendatang,” jelas Pudji.

Dengan demikian, potensi panen padi masih cukup tinggi hingga akhir kuartal III-2025, asalkan tidak terjadi gangguan akibat cuaca ekstrem maupun serangan OPT. Dari sisi geografis, potensi panen terbesar masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya di provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Selain Jawa, wilayah Sumatera seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan (Banyuasin, OKU Timur), Lampung (Tengah dan Selatan), serta Aceh juga menunjukkan potensi panen yang signifikan. Potensi serupa juga tercatat di Sulawesi Selatan (Bone, Wajo, Sidenreng Rappang), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Kalimantan Selatan (termasuk Barito Kuala).

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan produsen yang menjual beras tidak sesuai ketentuan akan di proses melalui jalur hukum. Amran mengatakan, ketegasan ini bagian dari arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan efek jera kepada pelaku usaha beras yang melakukan kecurangan. “Arahan bapak Preiden, tindaklanjuti!,” kata Amran di Istana Merdeka, Rabu (30/7) malam. 

Amran menegaskan pelaku usaha yang ditindak bukan hanya yang melakukan pengoplosan beras. Namun seluruhnya yang menjual beras tidak sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah. 

Dia menjelaskan bahwa penjualan beras medium dan premium memiliki syarat yang berbeda. Amran mencontohkan bahwa khusus medium batas broken atau pecahan beras ditetapkan 25?n premium ditetapkan 15%. 

Namun, kata Amran, dari 263 merek beras yang diperiksa, 212 merek di antaranya tidak sesuai dengan standar yang ditentukan pemerintah. “Brokennya ada yang 30 %, 35%, 40?hkan ada yang 50%, jadi tidak sesuai standar, ini mau oplos ataupun apa saja namanya yang terpenting tidak sesuai dengan ketetapan pemerintah,” urai Amran. 

Amran mengatakan, laporan ini sudah disampaikan kepada penegak hukum, Kepolisian dan Kejaksaan Agung. Dan berdasarkan laporan yang didapatkannya, menunjukkan hal sama yakni ada ketidakpatuhan produsen dalam menjual beras di pasaran. “Setelah diperiksa ulang, datanya sama, hasilnya sama. Jadi, penegak hukum menindaklanjuti semuanya yang tidak sesuai aturan ini,” ungkap Amran. (kontan)  

Produksi Jagung Melonjak 45,7%

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi jagung nasional menunjukkan kenaikan pada Juni 2025. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebut, produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% pada Juni 2025 diperkirakan mencapai 1,53 juta ton, melonjak 45,70% dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya mencapai 1,05 juta ton.

Pudji menjelaskan lonjakan produksi ini tidak lepas dari meningkatnya luas panen jagung yang mencapai 0,26 juta hektare pada Juni 2025. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Juni 2024 yang seluas 0,18 juta hektare. 

“Dengan demikian, angka sementara produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% Januari hingga Juni 2025 diperkirakan mencapai 8,52 juta ton atau meningkat sebesar 19,23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Jumat (1/8).

Sumber: Kontan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved