Berita Bali
BFP 2025 Angkat Bali Jadi Pusat Mode Dunia Dihelat Di Rumdin Gubernur Bali, Limbah Jadi Desain Indah
BFP Model Search 2025 menjadi ajang pencarian bakat yang diumumkan pemenangnya pada 15 Agustus 2025.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Melibatkan puluhan model profesional, desainer, dan brand ternama Bali, Jakarta, dan mancanegara, Bali Fashion Parade (BFP) menggaungkan keberlanjutan dengan bahan desain yang tidak mencemari lingkungan atau zero waste.
Menggunakan limbah botol plastik, limbah rafia dan lainnya dapat digunakan dalam fashion dan bahkan hasil dari daur ulang limbah ini bisa digunakan untuk keseharian.
Salah satu pergelaran busana terbesar di Bali ini memasuki edisi ke-4 yang hadir dengan nuansa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini BFP diselenggarakan selama dua hari di dua lokasi ikonik di TS Suites Seminyak pada 31 Agustus dan Jaya Sabha rumah dinas Gubernur Bali pada 1 September.
Baca juga: BAWA Prada Emas ke Malaysia Fashion Week, Desainer Lenny Hartono Ikuti Even Internasional di KL
Ajang ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Bali melalui Dekranasda Provinsi Bali.
Dukungan tersebut menjadi komitmen pemerintah untuk mengangkat potensi fashion lokal, memperkuat peran UMKM kreatif, serta menjadikan Bali sebagai pusat mode berkelas dunia.
"Tahun ini, BFP melibatkan 25 desainer dan brand dari Bali, Jakarta, dan internasional, menampilkan kurang lebih 300 busana di runway, dengan melibatkan 150 model yang terdiri dari anak-anak, remaja, hingga dewasa profesional," kata Founder BFP, Yongki Perdana.
Sebelumnya dilakukan pemilihan model Icon and Teaser BFP 2025 yang diselenggarakan pada 28 Juni 2025, menampilkan model terpilih sebagai wajah resmi dan pembawa semangat Bali Fashion Parade tahun ini.
BFP Model Search 2025 menjadi ajang pencarian bakat yang diumumkan pemenangnya pada 15 Agustus 2025.
Peserta tidak hanya diuji dari segi penampilan, namun juga mendapatkan pembelajaran langsung dari profesional, kesempatan tampil di runway besar, dan membangun jaringan industri yang solid.
"Kriteria utamanya tentu penampilan menarik, postur tubuh proporsional, karakter yang kuat dan potensi untuk bersinar di panggung lokal dan internasional," bebernya.
Sementara itu tema utama, konsep runway, dan kolaborasi strategis dirancang untuk mengangkat Bali sebagai destinasi fashion berkelas dunia.
Desainer Bali, Agung Kresna Vindhari menyampaikan bahwa Bali Fashion Parade 2025 saat memotivasi, memberikan ruang, dan mendukung karya desainer serta model agar bisa diekspresikan secara maksimal.
"Harapan terbesar, Bali tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai Icon Fashion yang mampu bersaing di panggung internasional," jelasnya.
Creative Director BFP 2025, Adith menyampaikan, tema BFP tahun ini adalah Cultural Revival mencerminkan semangat kebangkitan dan pelestarian budaya yang diinterpretasikan ulang dalam bahasa fashion modern.
"Bukan sekadar menampilkan busana indah, tetapi membawa cerita, identitas, dan nilai luhur warisan budaya ke panggung dunia," ujar dia.
Dalam konteks Bali Fashion Parade, “Cultural Revival” memiliki arti menghidupkan Kembali Warisan Nusantara dengan mengangkat kain tradisional, motif etnik, seni kriya, dan filosofi budaya yang mungkin mulai terlupakan, lalu mengemasnya dengan sentuhan kontemporer agar relevan di era global.
Selain itu, Perpaduan Tradisi dan Modernitas dengan memberikan ruang bagi desainer untuk mengeksplorasi bagaimana tradisi bisa bertemu inovasi.
"Kain tenun bisa dipadukan dengan potongan modern, batik bisa tampil dalam siluet internasional, dan aksesori tradisional bisa hadir dalam gaya high fashion," jelasnya.
Selanjutnya, menjadi identitas lokal di Panggung Dunia dengan menjadikan Bali, Indonesia bukan hanya penonton, tetapi pemain utama dalam industri fashion internasional, dengan kekuatan utama berupa kekayaan budaya.
Lanjut dia, BFP memiliki misi Edukasi dan Apresiasi dengan mengajak generasi muda, desainer, dan pecinta fashion untuk tidak hanya memakai, tetapi memahami makna di balik setiap karya.
Sehingga budaya tidak hanya menjadi tren sementara, melainkan warisan yang terus hidup.
"Intinya Cultural Revival adalah ajakan untuk kembali ke akar budaya, namun dengan langkah maju yang percaya diri menuju masa depan fashion dunia," pungkas Adith. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.