Community

Jagonya Bartender, Olah Gerak Untuk Jaga Cita Rasa

Penulis: Niken Wresthi KM
Editor: Rizki Laelani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di antara bisingnya deru motor yang melintasi Jalan Raya Puputan, Renon, Denpasar, Minggu (21/9/2014), sore itu, gelak tawa terdengar dari sekelompok laki-laki berbusana santai yang berkumpul di selatan lapangan Puputan Renon.

Di atas sebuah meja taman berlapis keramik berjajar beberapa botol bekas dan shaker atau tempat untuk mencampur dan mengaduk.

Terlihat seorang dari mereka berdiri, mengambil beberapa botol dan shaker sekaligus, lalu beratraksi menggunakan peralatan yang biasa ditemui di balik meja bar ini.

“Shaker umumnya terbuat dari aluminium, fungsinya untuk mengocok minuman pada saat proses peracikan,” tutur Oka Angga, seorang di antara mereka.

Ketika malam mulai datang, Oka Angga dan sekawanan laki-laki ini akan menanggalkan pakaian santainya, dan menggantinya dengan seragam kerja masing-masing.

Meraka lalu mulai menjalankan profesinya, meracik dan menyajikan minuman. Masyarakat menyebut mereka bartender. Menjadi seorang bartender tidak hanya mahir soal meramu minuman beralkohol.

Melainkan soal seni menyajikan minuman melalui ketangkasan gerak yang atraktif dan menarik. “Seni meracik dan menyajikan minuman itu sendiri bisa digolongkan menjadi dua macam, operasional dan eksibisi atau exhibition, pertunjukkan,” tutur pria bertubuh ramping yang biasa disapa Oka ini.

Operasional bartending, sebagaimana namanya, menitikberatkan pada ketepatan racikan minuman dan kecepatan pelayanan.

Semakin lama durasi penyajian, semakin buruk kualitas penyajiannya. Karenanya, pada operasional bartending, peracikan minuman biasanya minim gerak atraktif. Sebaliknya, eksibisi bartending tidak terikat pada ketepatan waktu.

Proses peracikan minuman tidak hanya dilihat dari ketepatan racikan, namun juga keindahan proses peracikan hingga penyajian minuman kepada pelanggan.

Demi menciptakan keindahan itu, seorang bartender biasanya melakukan beberapa gerakan atraktif seperti melempar lebih dari satu botol dan shaker sekaligus ke udara, sebagai bagian dari proses peracikan dan penyajian minuman.

Gerakan ini biasa disebut flair bartenders atau juggling. “Tujuan utama flair bartenders ini, selain meracik dan menyajikan minuman, tapi juga bagaimana proses peracikan dan penyajian itu bisa menghibur pengunjung, tentunya tanpa mengurangi cita rasa minuman itu,” tutur Oka yang mengaku tertarik dengan kesibukan di balik meja bar ini sejak duduk di bangku sekolah menengah.

Alat yang digunakan dalam flair bartenders umumnya adalah botol kaca dan shaker. Dalam gerakan tersebut, pengocokan minuman sebagai proses peracikan tidak dilakukan secara konvensional.

Namun, dengan cara melempar botol dan shaker ke udara. Sekali gerakan, umumnya pelaku flair bartenders maksimal menggunakan empat shaker dan empat botol.

Kemudian memindahkan minuman dalam botol ke gelas saji untuk kemudian disuguhkan ke pengunjung. (*)

Berita Terkini