TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sederetprestasi yang diraih Putu Ayu Saraswati, membuktikan siapapun bisa menjadi apapun.
Sejauh seseorang mau berusaha dan berani mencoba tantangan baru, Ayu yakin, pasti akan terbuka jalan untuknya.
Perempuan kelahiran Denpasar itu, pada awal Agustus lalu, dinobatkan sebagai Jegeg Bali 2015.
(Ayu Saraswati Ingin Buka Praktek Dokter Gratis Kelak)
Ia berhasil menyisihkan perwakilan terbaik dari seluruh kabupaten di Bali.
Ayu mengaku, sesungguhnya ia terbilang pendatang baru dalam kontes beauty pigeon seperti itu.
Namun semangat untuk belajar dan terus mengisi diri, membuatnya mampu keluar dari zona nyaman.
“Saya ingin mencoba tantangan baru ini. Astungkara ternyata berhasil dipilih. Awalnya memang sempat tidak percaya diri sebab saya tidak punya pengalaman dalam dunia fashion show atau modeling. Tapi sedari awal memang semuanya sudah saya persiapkan sematang mungkin. I am into this already. Jadi harus total dan maksimal,” ungkapnya saat ditemui Tribun Bali di Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Bali.
Pengalamannya selama enam tahun bergelut dalam klub debat, sangat mempengaruhi kemampuan komunikasi Ayu.
(Tribun Bali/ I Nyoman Mahayasa)
Begitu pula dengan kecermatannya menganalisa sebuah permasalahan.
Ia terbiasa mengikuti perkembangan isu politik, sosial, maupun hubungan internasional.
“Nah, dalam seleksi Jegeg Bagus ini, ada sesi wawancara. Kemampuan kami dites, terutama untuk pengetahuan umum. Syukur sekali saya aktif mengikuti perkembangan terkini, termasuk pembangunan daerah,” tutur Ayu yang sempat bermimpi ingin menjadi politikus itu.
Ayu dinilai sebagai figur yang paling tepat mewakili seorang jegeg (perempuan) Bali.
Selain memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik, ia juga fasih berbahasa Inggris dan Mandarin.
Wawasan luas, lengkap dengan kepribadian santun, serta didukung penampilannya yang meyakinkan, membuat Ayu semakin dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Jegeg Bali tahun ini.
Alumni SMA N 4 Denpasar itu kembali menekankan, sesungguhnya tidak ada hal yang tidak mungkin sejauh seseorang mau mencoba dan berjuang untuk meraihnya.
“Saya memulai semuanya dari nol. Saya sadar, kalau tidak begitu bagus menari Bali, kemudian ya saya belajar. Begitu juga dalam seni budaya, saya tidak tinggal diam,” tandasnya.
Selama masih muda, menurutnya, baiknya seseorang mencoba sebanyak mungkin pengalaman.
Apabila merasa lelah, itu sifatnya hanya sementara dan dapat dipulihkan kembali dengan beristirahat.
Tapi keberhasilan berkat kerja keras itu akan terus terbawa, menjadi motivasi untuk terus berprestasi.
“Kita masih muda dan diberikan kesehatan, masa hanya hidup segini saja. Banyak hal yang bisa dilakukan. Yang paling penting itu bagaimana kita menggunakan segala kesempatan untuk menyerap ilmu,” imbuhnya.
Ayu mengungkapkan, ayahnya yang berprofesi sebagai dokter, awalnya tidak mendukung pilihan Ayu untuk mengikuti kontes seperti itu.
Ia disarankan hanya tetap fokus pada studi.
Capaian prestasi akademik menjadi tolak ukur utama.
Namun Ayu mampu meyakinkan orangtuanya, tidak selamanya pandangan itu benar.
Ia bisa membuktikan, sukses di akademis selaras dengan prestasi dalam berkreasi.
Bahkan belakangan, ternyata ayahnya justru turut membantu Ayu untuk mengasah dan mengembangkan kemampuannya.
“Ayah yang memastikan kalau saya benar-benar bisa cat walk di panggung. Sebelumnya saya tidak pernah ikut beginian. Tidak ada waktu, karena jadwal kegiatan saya sudah sangat padat,” katanya sambil tertawa.
Ayu selalu berpegang pada prinsip untuk mencoba sesuatu yang awalnya tidak ia bisa hingga kemudian menjadi bisa. (*)
Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:
Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali
Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali