TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Mencintai adalah anugrah yang terindah dari Tuhan.
Cinta selalu menghangatkan jiwa, ketika jalinannya berbalas.
Namun, terkadang ada kalanya cinta tidak berbalas.
Bahkan, kisah cinta yang telah dijalin indah dalam waktu yang panjang, harus berakhir dengan alasan ketidakcocokan.
Alasan klise yang selalu mengakhiri sebuah hubungan.
Lebih menyakitkan lagi, ketika kisah yang pernah indah berakhir tanpa alasan.
Pergi begitu saja tanpa meninggalkan pesan.
Bagi jiwa-jiwa yang saat ini merasa tersakiti.
Relakan jika memang harus berakhir, karena akhir sebuah kisah adalah pertanda bahwa akan ada kisah baru yang bisa jadi lebih baik.
Tundukkanlah keinginan untuk terus menjalani kisah tersebut.
Seperti dalam Sloka 456 Sarasamuscaya, ‘Bagaimanakah rupa dan wujud dari keinginan? Adalah sesuatu yang tidak berbadan namun sangat kuat melekat dalam badan, tidak mungkin tersingkirkan oleh orang-orang jahat; ia tidak turut musnah apabila badan sakit, merana dan sengsara, bahkan dapat tetap bertahan hidup walaupun badan telah mati. Jika keinginan itu dapat ditundukkan dan dikendalikan, kebahagiaan sejati pasti tercapai.’
Maka relakanlah, jangan diperbudak keinginan apalagi memaksakan kemauan. (*)