Kebakaran Pura Majapahit Denpasar

Kebakaran Pura Majapahit Denpasar, 7 Pregian Kerauhan, Ternyata Ada Firasat Ini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kebakaran yang terjadi Rabu (29/1/2020) di Pura Majapahit, Banjar Monang Maning, Denpasar sekitar pukul 12.15 Wita, pregina kerauhan.

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kebakaran yang terjadi Rabu (29/1/2020) di Pura Majapahit, Banjar Monang Maning, Denpasar, Bali sekitar pukul 12.15 Wita tak hanya menyebabkan terbakarnya beberapa pelinggih, namun beberapa pregina juga kerauhan.

Setidaknya sebanyak 7 pregina di pura ini kerauhan akibat kebakaran ini.

Salah seorang pregina yang mengalami kerauhan Putu Kania mengatakan setelah mendapat informasi jika pura tersebut terbakar, dirinya pun datang ke pura.

Tujuan kedatangannya yakni untuk melihat kondisi pura.

“Soalnya di rumah tidak enak, rasanya sedih, makanya saya ke sini. Saya niatnya hanya melihat saja,” kata perempuan yang menjadi guru di salah satu SMP di Denpasar ini.

BREAKING NEWS Kebakaran Pura Majapahit Denpasar, Pelinggih Tajuk Ludes

Namun saat masuk ke jeroan pura dirinya langsung tak sadarkan diri.

Menurut orang-orang yang melihat dirinya menangis.

“Tidak sadar, saya menangis, sedih istilahnya,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu orang tua yang anaknya kerauhan, Komang Suwerti mengatakan sehari sebelumnya anaknya merasa kepanasan.

Bahkan sempat mendadak sakit kepala dan pusing.

“Anak saya merasa panas kemarin. Juga mendadak sakit, merasa kepalanya pusing tidak karuan,” katanya.

Tak hanya itu, pregina lainnya juga ada yang mendapat firasat dicari asap.

Sebelum terjadinya kebakaran ini, banyak pemedek yang melakukan persembahyangan ke pura ini.

Hal ini dikarenakan saat ini bertepatan dengan Buda Cemeng Warigadean, sehingga banyak yang tangkil ke pura ini.

Prajuru di Pura Majapahit, Made Subagia menuturkan usai masyarakat sembahyang sekitar pukul 12.00 Wita, pemangku pura menutup gerbang pura.

Namun tak berselang lama tiba-tiba ada informasi kebakaran.

Masyarakat dan pengempon pura pun berdatangan untuk melakukan pemadaman api dengan peralatan seadanya sebelum pemadam kebakaran datang.

Menurut Subagia, api muncul dari Pelinggih Tajuk yang selanjutnya menjalar ke pelinggih lainnya.

“Awalnya dari Pelinggih Tajuk lalu meluas ke pelinggih gedong, pelinggih menjangan saluang dan bale munduk sari," katanya.

Pelinggih Tajuk ludes dan hanya menyisakan pondasi bata, sementara pelinggih lainnya terbakar di bagian atap.

Adapun pelinggih yang terbakar yakni pelinggih tajuk, gedong dua unit, pelinggih menjangan saluang, dan bale mundak sari.

Tak hanya palinggih, pohon kepuh yang berada di belakang pelinggih gedong juga dilalap api.

Namun beruntung pelawatan pura seperti rangda dan pretmia lainnya tak ada yang terbakar.

Setelah api berhasil dipadamkan, pengempon pura pun melakukan pembersihan di areal pura dengan melepas atap ijuk sisa kebakaran pada pelinggih.

Selanjutnya, Subagia mengaku akan melaksanakan paruman dengan pengempon pura

Rembug dumun pemaksan pura untuk langkah berikutnya.

"Kami rembug dulu untuk langkah selanjutnya. Nanti bagaimana langkah yang akan kami tempuh. Ini kan sudah terbakar pasti akan diganti. Kami juga akan melaksanakan upacara ngulapin," katanya.

Kerugian akibat kebakaran ini ditaksir mencapai Rp 500 juta. (*)

Berita Terkini