TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA -- Jumlah pasien yang meninggal akibat virus Corona (Covid-19) terus bertambah di Indonesia.
Hingga Kamis (19/3), tercatat 25 pasien yang meninggal dan 308 positif kena virus Corona.
"Kita lihat dari kematian yang kemarin di Bali 1, Banten 1, kemudian DKI Jakarta menjadi 17, kemudian Jawa Barat 1, Jawa Tengah 3, Jawa Timur 1, dan kemudian Sumatera Utara 1, maka total kasus kematian adalah 25 orang," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi persnya di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (19/3).
Menurut Yuri, tercatat 309 kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Dengan pasien yang meninggal sebanyak 25 orang, angka kematian di Indonesia mencapai sekitar 8 persen.
Namun, angka tersebut bersifat dinamis lantaran pasien positif bisa bertambah dan diharapkan jumlah pasien yang meninggal dapat ditekan.
"Mudah-mudahan tidak ada lagi kasus yang meninggal.
Artinya, persentase ini adalah angka yang posisi pada hari ini angka yang dinamis dan setiap saat pasti akan berubah," ucapnya.
Pasien yang meninggal dunia memiliki rentang usia 45 hingga 65 tahun.
"Ada satu kasus yang meninggal dunia pada usia 37 tahun," lanjut dia.
Hampir semua pasien yang meninggal dunia itu memiliki penyakit penyerta alias comorbid.
"Sebagian besar adalah diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung kronis. Beberapa di antara mereka memiliki penyakit paru obstruktif menahun," jelasnya.
Adapun jumlah pasien penderita virus corona yang sembuh juga terus bertambah.
Menurut Yuri, sampai Kamis (19/3), sudah ada 15 orang yang telah dinyatakan sembuh.
Data Transparan
Sementara itu, minimnya kasus konfirmasi positif Covid-19 di Bali disinyalir menjadi penyebab kurang patuhnya masyarakat terhadap ajakan menghindari keramaian.
Selain itu, yang menjadi kendala adalah belum adanya aturan dari Pemerintah Provinsi Bali yang lebih ketat ihwal pengawasan.
Hal ini juga diduga didasari rendahnya kasus positif Covid-19 di Bali, meskipun pasien yang pernah dalam pengawasan mencapai 78 orang.
53 di antaranya dinyatakan negatif dan 24 orang masih menunggu hasil lab serta kasus positif 1 orang meninggal dunia.
"Ya memang statusnya belum lockdown, hanya kesadaran diri sendiri saja, sehingga ya pasti ini yang terjadi di masyarakat.
Memang sekolah diliburkan belajar dari rumah, karyawan bekerja dari rumah, tapi kan banyak juga yang tidak bisa work from home, itu kendala," kata Ahli Virologi Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, kepada Tribun Bali, Kamis (19/3).
Oleh karena itu, belum ada alasan kuat bagi pemerintah maupun masyarakat mengambil keputusan karantina lebih ketat.
Seperti halnya diberlakukan di negara dengan persebarannya lebih ganas daripada di Indonesia.
"Sebagian besar kasus di Jakarta, mungkin Bali masih dianggap ringan, yang konfirmasi positif kan cuma 1 yang meninggal dunia itu, dari Januari 2020 hingga Maret 2020 ini, meski ini juga menjadi pertanyaan," ucapnya.
Pemprov Bali didorong untuk membuat peta penyebaran Covid-19 di wilayah Bali secara transparan agar bisa menjadi acuan bagi masyarakat lebih waspada.
Karena seperti diketahui Covid-19 juga bersifat Asymptomatic Infection atau tidak menampilkan gejala klinis.
"Untuk mengambil keputusan, harus peta kasus, peta risiko, data virus. Sebelum ada itu ya belum ada alasan lockdown di Bali," ucapnya.
Selain itu, pihaknya meminta Pemprov Bali segera mengefektifkan laboratorium untuk uji lab Covid-19 di wilayah Bali.
"Kasus diperiksa di Bali berapa yang positif? Lebih transparan untuk data, lalu baru bisa ada keputusan, jadi tidak perlu ke Jakarta," tandasnya.
Saat ini, harus ada kesadaran dari diri sendiri dalam diri warga untuk mengamankan dirinya dan lingkungan dari wabah Covid-19.
"Seperti saya hari ini datang ke lab hanya mengerjakan yang penting dikerjakan lalu pulang, di lab juga hanya ada 2-3 orang saja jadi memang usahakan seminim mungkin," kata dia. (kompas.com/ian)