Tak Hanya Ari Puspitasari, Perawat dan Dokter Meninggal Terpapar Virus Corona di Surabaya

Editor: Eviera Paramita Sandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perawat Suhartatik dan dokter Doedhi Harsono meninggal dunia saat berjuang mengatasi pandemi Covid-19 di Surabaya.

TRIBUN-BALI.COM, SURABAYA  - Belum hilang kesedihan atas meninggalnya perawat RS Royal Surabaya, Ari Puspitasari, kini kabar duka kembali datang. 

Seorang perawat dan dokter di Surabaya meninggal dunia terpapar virus corona covid-19.

Perawat yang gugur dalam tugas mulia menangani pandemi covid-19 itu adalah Suhartatik Amd, Kep. 

Perawat RSUD dr M Soewandhie ini meninggal saat menjalani tugas kemanusiaannya, Rabu (20/5/2020).

Kabar meninggalnya perawat RSUD dr Soewandhie langsung menjadi perbincangan hangat di jagad maya.

Selain postingan resmi atas nama Pemkot Surabaya juga beredar cuplikan video pendek yang memperlihatkan sebuah ambulance bertuliskan RSUD dr M Soewandhie.

Dalam video tersebut nampak barisan orang yang menangis sembari memberikan hormat pada ambulance tersebut.

Captionnya, menyebutkan bahwa perawat bernama Suhartatik berpulang sebagai pahlawan kesehatan.

Saat dikonfirmasi, Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Dr. M Soewandhie Surabaya, Rince Pangalila membenarkan hal itu.

Tenaga medis tersebut berposisi di bagian intensif struk unit.

Belum bisa dipastikan dari mana penularan virus tersebut.

"Terinfeksi Covid-19 statusnya konfirmasi," katanya saat dihubungi.

Tangkap layar dari sebuah video pendek yang beredar di media sosial dengan caption duka cita mendalam atas meninggalnya perawat RSUD dr M Soewandhie. (Foto Istimewa)
Dia mengatakan, sebelum tutup usia, perawat tersebut sempat menjalani perawatan intensif. Selama beberapa hari terakhir menjalani perawatan di rumah sakit milik Pemkot Surabaya itu.

Kemudian, juga sempat dirujuk ke RS Husada Utama Surabaya. Namun nahas, sang perawat harus tutup usia di tengah tugas kemanusiaannya.

"Tadi pagi meninggal," ujarnya.

Kabar ini memang mengejutkan. Pasalnya, belum lama ini juga terdapat tenaga medis RS Royal Surabaya yang berposisi sebagai perawat harus tutup usia di tengah penanganan pandemi Covid-19 di Surabaya.

Dokter Boeddhi Harsono Gugur

Selain Suhartatik, dr Boedhi Harsono juga dikabarkan meninggal dunia karena terpapar virus yang menyerang paru-paru ini.

Kabar duka tersebut mulanya tersebar melalui akun Instagram resmi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya.

Pada postingan itu, dijelaskan bahwa dr Boedhi Harsono, tutup usia Senin (18/5) pada pukul 22.06 WIB.

Saat dikonfirmasi, Sutrisno Ketua IDI Jawa Timur mengatakan, dr Boedhi menghembuskan nafas terakhir saat menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Surabaya.

Selain Covid-19, Boedhi juga disebut memiliki penyakit penyerta.

"Infonya meninggal karena memang positif Covid-19. Namun beliau (dr Boedhi) juga ada penyakit lain. Selain itu umurnya sudah lebih dari 60 tahun," kata Sutrisno, saat dikonfirmasi Rabu pagi (20/5/2020).

Kabar duka ini ditambah kondisi istri dokter Boedhi yang juga seorang dokter, Theresia Muktiwidjojo dikabarkan ikut tertular Covid-19.

Informasinya, kini Theresia sedang menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit Surabaya karena kondisinya yang tengah kritis.

"Ya memang istrinya juga positif kena (Covid-19)," ucapnya. 

Namun saat ditanya, dirawat di rumah sakit mana, Sutrisno enggan bisa menjelaskan lebih detail.

"Saya gak bisa buka. Pokoknya di sebuah rumah sakit Surabaya," pungkasnya.

Perlu diketahui, dr Boedhi, sudah tak aktif lagi melakukan praktik setelah sadar menderita sakit.

Sedangkan dr Theresia merupakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang bertugas di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya. 

Perawat RS Royal meninggal dalam kondisi hamil 

Sebelumnya, Ari Puspitasari, perawat RS Royal Surabaya positif  virus corona covid-19 dalam kondisi hamil.  

Ari Puspitasari sudah pernah di rapid test dua kali, tetapi hasilnya negatif. 

Namun, hasil tes swab terbaru justru perawat RS Royal Surabaya ini positif covid-19. 

Mengapa bisa demikian? 

Kepastian mengenai hasik tes swab Ari Puspitasari diungkapkan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim Joni Wahyuhadi seusai bertemu dengan direktur RS Royal Surabaya.

Joni menjelaskan, sebenarnya hasil dua kali rapid testnya non reaktif, namun karena mengalami gejala klinis Covid-19 akhirnya dilakukan PCR.

Joni menjelaskan, gejala klinis tersebut muncul usai tiga hari cuti bekerja.

“Sebetulnya tetap disarankan cuti. Tapi, dia pengen masuk. Kemudian, kebijakannya tidak ditempatkan dalam perawatan COVID-19. Jadi rumah sakit dipisah antara yang merawat COVID-19 dan tidak,” kata Joni, Selasa (19/5/2020).

“Habis dinas dia dicutikan. Hari ketiga atau keempat pasca libur baru merasakan gejala-gejalanya,” lanjutnya.

Dirut RSUD dr Soetomo ini melanjutkan, kasus yang menimpa Ari memang tergolong berbahaya karena sedang hamil sehingga menjadi lebih rentan.

Pun saat dilakukan rapid test, antibodinya tidak muncul terhadap antigen virus corona. Sehingga hasilnya rapid test nya non reaktif.

Jika antibodi tersebut tidak muncul, padahal pasien tersebut positif Covid-19 otomatis pasien tersebut tidak punya ketahanan tubuh terhadap virus yang masuk.

“Ini menunjukkan bahwa orang punya resiko seperti hamil, hipertensi, diabet, itu rapid testnya sering negatif karena tidak ada immunoglobulin. Ini yang paling berbahaya,” ucapnya.

Kondisi Suami Ari Belum Terungkap

Di bagian lain, hingga kini kondisi suami Ari Puspitasari belum diketahui setelah sang istri meninggal dunia.  

Pemerintah Kota Surabaya belum bisa memberikan keterangan mengenai kondisi  terbaru suami Ari. 

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser mengaku belum bisa memberi kondisi suami karena belum mengupdate kabar terbaru.

"Sori saya belum tahu perkembangannya jujur," kata Fikser saat dihubungi, Selasa (19/5/2020).

Saat ditanya, keberadaan suami Ari, apakah sedang melakukan karantina mandiri, Fikser pun kembali belum bisa menjawab.

"Nah itu belum tahu. Saya belum cek. Saya belum tahu jujur," ucap dia.

Fikser mengaku, akan segera mencari informasi terbaru kondisi suami Ari dengan menanyakan ke Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Surabaya.

"Saya akan cek dulu ya ke Bu Febria Rachmanita (Feny)," pungkas dia.

Sementara, saat Surya, mencoba menghubungi Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Surabaya, hingga kini belum mendapat tanggapan.

Perlu diketahui, setelah Ari Puspita Sari  meninggal pada Senin (18/5), pukul 10.50 WIB, suaminya juga diisukan tutup usia pada siang hari saat berada di ruang ICU Rumah Sakit Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Ramelan Surabaya atau yang biasa disebut RSAL.

Kabar tersebut tersebar di beberapa grup WhatsApp.

Menanggapi hal tersebut, drg Aldiah Humas RSAL membantah kabar viral  tersebut salah.

"Enggak meninggal, itu hoax (berita bohong). Tadi itu pukul 13.30, dia (suami Ari) masih mendampngi waktu jenazah dimakaman di TPU Keputih," kata Aldiah saat dihubungi, Senin (18/5/2020). (tony hermawan/tribun jatim).

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Seusai Ari Puspitasari, Perawat dan Dokter Meninggal Terpapar Virus Corona di Surabaya, Istri Kritis

Berita Terkini