Berita Bali

Bahas Penyelamatan Pariwisata Bali dengan Menparekraf Sandiaga, Koster: Semakin Cepat Semakin Baik

Penulis: Zaenal Nur Arifin
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno bersama Gubernur Bali I Wayan Koster melakukan pertemuan tertutup di rumah dinas Gubernur Bali, Kamis 11 Februari 2021.

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno bersama Gubernur Bali I Wayan Koster melakukan pertemuan tertutup di rumah dinas Gubernur Bali, Kamis 11 Februari 2021.

Terkait pertemuan tersebut, Koster berterimakasih kepada Menparekraf Sandiaga yang telah menunjukkan komitmen dan kepeduliannya terhadap pariwisata di Bali.

"Kami tadi diskusi dengan serius untuk membicarakan sejumlah program yang bisa menyelamatkan kepariwisataan kita di Bali dalam jangka pendek, jangka menengah dan juga jangka panjang," tutur Koster.

Dihantam Pandemi, 60 Hotel di Bali Akan Dijual, PHRI: Orang Punya Uang pun Masih Berpikir

"Apa yang telah disampaikan tadi oleh Bapak Menteri kita dukung sepenuhnya karena itu (program-program) merupakan aspirasi dari para pelaku usaha di Bali dan juga sektor-sektor pendukung pariwisata lain. Kami tadi memohon agar program-program ini bisa direalisasikan di tahun 2021 ini, semakin cepat semakin baik agar nafas para pelaku usaha bisa bangkit lagi, tertolong dan terselematkan," sambungnya.

Mengenai program soft loan atau pinjaman lunak bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif sebesar Rp9,4 triliun, Menparekraf Sandiaga Uno telah menyampaikan langsung kepada Menteri Keuangan dan Menko Bidang Perekonomian.

"Yang ketiga tadi kita membicarakan tentang Free Covid Coridor atau FCC, dimana program ini dalam pembahasan di tingkat akhir dengan Menteri Luar Negeri dan juga Menkumham, dan juga beberapa stakeholder lainnya serta Menteri Kesehatan dan Satgas Covid-19," ujar MenparekrafSandiaga.

Suasana di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Ungasan, Badung, Jumat (4/12/2020). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

"Pembahasan ini kita harapkan bahwa kita bisa berpihak kepada Bali. Bali ini adalah tulang punggung pariwisata kita dan sebelum pandemi menyumbangkan USD20 miliar. Oleh karena itu progresnya sedang berlangsung namun disamping program Rp9,4 triliun ini, kita juga mendorong program padat karya yang hari ini dapat persetujuan dari Bapak Gubernur," imbuh Menteri Sandiaga Uno.

Terakhir dalam pertemuan itu dibahas mengenai program vaksinasi, dan seiring dengan berita baik bahwa Bali akan diprioritaskan dalam program penyelenggaraan vaksin.

"Mudah-mudahan bisa direalisasikan dalam beberapa minggu kedepan. Kita doakan dan harapkan pariwisata Bali segera pulih," jelasnya.

Seperti diketahui, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno kembali berkantor di Bali mulai hari ini, Kamis 11 Februari 2021.

Setibanya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Menteri Sandiaga langsung menemui Gubernur dan Wakil Gubernur Bali di rumah dinas Gubernur Bali Wayan Koster.

Mengenakan pakaian adat Bali berwarna merah marun lengkap dengan udeng, Menparekraf keluar dari mobil kijang Innova hitam berplat nomor RI 46 dan langsung disambut oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.

60 Hotel di Bali Dijual
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah memukul telak sektor usaha.

Tak terkecuali industri pariwisata di Bali.

Baru-baru ini, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung  IGN Rai Suryawijaya mengungkapkan fakta menarik. 

Banyak Hotel di Ubud Bali Belum Laku Dijual, Kadisparda: Fenomena Jual Hotel Sulit Dihindari

Dia menyebut saat ini kurang lebih 60 hotel Pulau Bali yang akan dijual pemiliknya.

Namun, di tengah krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 belum ada investor lokal maupun asing yang sepakat membeli.

"Puluhan hotel atau kurang lebih ada sekira 60 hotel sekarang on sale artinya mau ditawarkan untuk dijual. Saya rasa orang punya uang pun masih berpikir saat sekarang. Jadi kalau ingin pariwisata Bali selamat harus secepatnya pemerintah pusat membantu kita," kata Suryawijaya, Jumat 5 Februari 2021.

Dia mengatakan, bisnis perhotelan di Bali sangat terpukul oleh pandemi virus corona.

Saat ini rata-rata tingkat hunian atau okupansi hotel hanya satu digit sedangkan jumlah kamar hotel di Bali sebanyak 146 ribu unit.

"Saat ini tingkat hunian hotel di Bali hanya single digit, jadi ada satu hotel miliki 100 kamar cuma isi 5 kamar. Punya kamar 200 isi 9 sampai 10 kamar, itu kan kecil sekali. Tidak akan bisa menutup biaya operasional hotel," kata  Suryawijaya.

Ia mengungkapkan kekuatan pengusaha di bidang hotel dan restoran biasanya memiliki dana cadangan selama tiga bulan.

Setelah tiga  bulan mereka akan mantab atau makan tabungan, setelahnya lagi akan manfest atau makan investasi yakni menjual asetnya.

Terpukul Pandemi, Hotel Bintang 5 Ini Jualan Nasi Bungkus Ala Pedagang Kaki Lima, Seporsi Rp 7 Ribu

Menurut Suryawijaya, kendati pemerintah memberikan kebijakan relaksasi tetapi tidak membantu banyak.

Demikian pula pemberian dana hibah pariwisata itu hanya bisa memenuhi dana operasional satu atau dua bulan.

Suryawijaya mengatakan, pelaku usaha pariwisata  di Bali sangat mengharapkan soft loan (pinjaman lunak)  yang diajukan Pemprov Bali sebesar Rp 9,7 triliun segera terealisasi.

"Kalau itu segera direalisasikan dengan bunga rendah dan waktu 10 tahun mungkin akan bisa tertolong. Kalau tidak situasi dan kondisi pengusaha akan semakin sulit dan banyak yang akan kolaps dan pailit," kata Rai Suryawijaya.

Diakuinya puluhan hotel di Bali yang dijual itu  lantaran sulit bertahan sementara kewajiban membayar bunga pinjaman bank tetap berjalan.

"Beberapa pemilik hotel ada yang langsung bilang ke saya (hotelnya dijual), dan menawarkan siapa tahu saya punya networking investor yang akan membelinya. Beberapa  secara diam-diam (jual hotel) ya karena ini adalah rahasia perusahaan. Kalau yang pailit memang ada,” ujar Rai Suryawijaya.

Suasana Pantai Double Six, Seminyak, Badung, yang mulai dipadati pengunjung, Kamis (30/7/2020). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Menurut dia, puluhan hotel yang dijual  itu mulai dari hotel bintang tiga, bintang empat, bintang lima serta vila.

"Bintang tiga banyak yang ingin menjualnya. Pilihannya mereka tutup atau jual. Paling banyak di Badung khususnya wilayah Kuta, Jimbaran dan juga ada di Nusa Dua tapi di daerah lain juga ada," jelas Rai Suryawijaya.

Ia mengatakan, investor asing yang melirik hotel di Bali berasal dari Eropa dan Amerika karena Pulau Dewata masih dianggap aman dan nyaman untuk berinvestasi jangka panjang.

Tapi sejauh ini belum ada investor yang sepakat membeli hotel di Pulau Dewata.

"Mereka berpikir mungkin setelah tahun 2022 bisa. Masih dalam negosiasi, masih dalam proses. Kalau kemauan berinvestasi di Bali banyak yang tertarik," urainya.

Investor asing berminat terhadap properti hotel atau resort di pinggir pantai dan memiliki akses langsung ke pantai.

Investor lokal juga berminat membeli tapi lebih pada budget hotel sesuai kemampuan mereka. (*)

Berita Terkini