TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Guru Besar Virologi Universitas Udayana, Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika menjelaskan, terkait kegiatan untuk pencegahan Covid-19 yang telah dilakukan pemerintah di Bali selama ini.
Menurutnya, selain efek vaksinasi yang belum optimal dan realisasi vaksinasi tahap kedua baru 53 persen, masih tingginya angka penularan Covid-19 dan tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Bali juga disebabkan testing dan tracing yang belum optimal.
"Aktivitas tracing dan testing menjadi upaya yang sangat penting dilakukan untuk melacak penyebaran virus. Untuk pelacakan ini, harus diperbaiki, lakukan pelacakan sesuai dengan riwayat kontak, bukan berdasarkan KTP," sebutnya, Selasa 24 Agustus 2021.
Dia mengatakan, aktivitas tracing dan testing sudah dilakukan, namun metode dan pelaksanaannya masih menyimpang karena pelacakan yang dilakukan tidak berdasarkan riwayat kontak pasien dengan orang lain, namun berdasarkan alamat yang tertera di KTP, sehingga tracing ini diakuinya sama sekali tidak efektif.
Baca juga: Kisah Pembuat Tahu di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Hantaman Paling Parah
"Supaya penyebaran virus dan upaya treatment bisa segera dilakukan, selain itu vaksinasi tahap kedua juga harus dilakukan sehingga efek vaksinasi bisa segera dirasakan dan angka fatalitas bisa ditekan," tambahnya.
Terkait tracing dan testing yang masih lemah, Ketua IDI Cabang Denpasar dr I Ketut Widiyasa MPh, menyebutkan, pihaknya mengakui sampai saat ini pemerintah sudah menggencarkan upaya testing, tracing, dan treatment (3T).
"Sampai saat ini, pemerintah sudah menggencarkan 3T, khususnya di daerah-daerah zona merah, sehingga pasien yang positif bisa segera diberi perawatan dan angka kematian bisa diminimalkan," kata Widiyasa.
Untuk mengencarkan 3T, Widiasa menyebutkan, pemerintah melibatkan seluruh komponen yang ada, seperti kepolisian, TNI, babinsa dan lain sebagainya.
Namun Widiasa mengakui aktivitas 3T belum optimal.
Sementara itu, bersama TNI dan Polri, Fakultas Kedokteran Unud membantu pelaksanaan tracing dan testing di kawasan Denpasar dan Badung.
Pihak fakultas menerjunkan 200an mahasiswa dalam kegiatan ini.
Hal ini dikatakan Dekan Fakultas Kedokteran Unud, Prof Dr dr I Ketut Suyasa, di Gedung Agrokomplek, Unud, Selasa.
"Kami turunkan 200an orang mahasiswa Kesehatan Masyarakat untuk tracing dan testing dan juga dokter residen," kata Suyasa.
Ia mengatakan, penemuan kasus merupakan langkah penting untuk menekan penyebaran Covid-19.
Sehingga semakin awal menemukan kasus, maka bisa langsung isolasi terpusat (Isoter) untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Namun di lapangan pihaknya mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan tracing dan testing ini.
Salah satu kendala yang dihadapi saat turun ke lapangan, keluarga yang kontak sudah diungsikan sehingga kesulitan menemukan keberadaan mereka.
"Sehingga partisipasi masyarakat juga penting. Jangan satu terkonfirmasi posiitf, keluarga diungsikan. Kan sulit melacak," katanya.
Baca juga: FK Unud Terjunkan 200 Mahasiswa untuk Bantu Tracing & Testing Covid-19 di Denpasar dan Badung
Menurutnya, mahasiswa pun sudah berusaha dengan maksimal membantu penelusuran bersama Babinsa dan Babinkamtibmas.
Sebelum ikut terjun dalam pelaksanaan testing dan tracing ini, pihaknya bekerjasama dengan IDI Denpasar untuk menggelar telekonseling.
Dengan telekonseling ini memberi pemahaman kepada masyarakat, kapan isolasi dan kapan harus ke rumah sakit. (sar/sup)
Kumpulan Artikel Corona di Bali