Berita Jembrana

Kisah Ayu Mang, Disabilitas Perajut di Jembrana, Tak Ingin Bergantung pada Orang Lain

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana
Editor: Karsiani Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RAJUTAN - Gusti Ayu Komang Budi Rahayu saat membuat rajutan berupa tas di rumahnya di Jalan Raya Sudirman, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Senin (28/2).

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA- Kekurangan fisiknya tidak membuatnya patah semangat.

Bahkan, ia tidak pernah menggantungkan seluruh hidupnya kepada keluarganya.

Gusti Ayu Komang Budi Rahayu (45) tampak sedang serius membuat rajutan berupa tas di rumahnya di Jalan Raya Sudirman, Kecamatan/Kabupaten Jembrana.

Ayu Mang begitu sapaan akrabnya, merupakan penyandang disabilitas.

Ayu Mang menuturkan, dia merupakan penyandang disabilitas sejak lahir.

Baca juga: Satu Ekor Babi untuk Satu Desa Adat, Tamba: Jembrana Jadi yang Pertama Punya Program Ini

Baca juga: Harga Mi Instan Hingga Roti di Dalam Negeri Berpotensi Naik Akibat Perang Rusia-Ukraina 

Baca juga: Harga Gas Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg Resmi Naik, Berikut Ini Harga yang Berlaku

Dan sejak 16 tahun dirinya kehilangan pendengaran karena sakit.

Karena itu pulalah dirinya menggunakan alat bantu pendengaran. Hanya saja saat ini alat bantu pendengaran itu kini sedang bermasalah.

Akibatnya, Ayu Mang pun kesusahan ketika berkomunikasi dengan keluarga dan tetangga atau tamu yang datang ke rumahnya.

“Saya sejak lahir jadi penyandang disabilitas. Dan sudah 16 tahun terakhir mengalami gangguan pendengaran karena sakit,” ucapnya, Senin (28/2).

Keterbatasan pada pendengaran, membuat wartawan pun berkomunikasi dengan Ayu Mang dengan chat di WhatsApp (WA).

Ayu Mang melanjutkan, dia tidak ingin menggantungkan dirinya kepada orang lain, terutama keluarga.

Sehingga dirinya belajar merajut sejak umur 25 hingga 35 tahunan.

Dan mulai merajut sejak 10 tahun belakangan.

Sebelumnya, dirinya juga pernah kerja di toko bunga “Gema Florist” Negara yang berada tepat di depan rumahnya, selama tiga tahun sambil terima pesanan flanel rajutan karyanya.

“Keadaan yang membuat tiang (saya) kuat, Pak. Saya pengin membuktikan, meski penyandang disibilitas bisa berkarya,” ungkapnya.

Ayu Mang mengaku, saat ini dirinya dalam melanjutkan usaha rajutannya masih terkendala modal dan pemasaran.

Selama ini untuk promosi dirinya dibantu saudara dan teman-teman.

Dan juga dipromosikan di media sosialnya di facebook, dan instagram.

Seluruh foto-foto hasil karyanya dipromosikan di sana.

Baca juga: SIMAK Cara Malaysia Dalam Mengatasi Masalah Minyak Goreng 

Baca juga: Harga Mi Instan Hingga Roti di Dalam Negeri Berpotensi Naik Akibat Perang Rusia-Ukraina 

Sehingga masyarakat atau pengguna media sosial bisa langsung memesan di sana disertai dengan harganya.

“Tyang tidak akan pernah menyerah dengan keadaan. Tetap akan semangat (dengan segala kekurangan yang dimiliki),” bebernya.

Ia menambahkan, yang dijual atau yang bisa dibuat oleh Ayu Mang ialah rajutan berupa boneka, baju, topi tas, dan rajutan model lainnya.

Untuk salah satu karyanya berupa boneka rajutan yang sudah laku terjual seharga Rp 250 ribu.

karya-karya rajutan Ayu Mang. (ist)

Namun, untuk harga dari rajutannya sendiri tergantung ukuran model.

Baca juga: Wamen Budi Arie Canangkan Satu Desa Satu Data di Jembrana, Budi: Peran Data Menjadi Mutlak & Penting

Baca juga: SIMAK Cara Malaysia Dalam Mengatasi Masalah Minyak Goreng 

Baca juga: Harga Gas Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg Resmi Naik, Berikut Ini Harga yang Berlaku

“Kalau boneka yang sudah terjual Rp 250 ribu dan untuk tas tyang jual Rp 350 ribu. Semua tergantung model dan ukuran untuk tyang jual,” imbuhnya. 

(*)

Berita Terkini